Segmen 10 [END]

258 23 1
                                    

Sungkyu masih terus mendesak Woohyun yang kini telah berganti senjata. Busur panah Woohyun telah patah akibat menahan serangan cambuk dari Sungkyu setelah persembunyiannya berhasil ditemukan. Kali ini, Woohyun mengeluarkan sebilah pedang dari tangan. Kedua pangeran itu telah bermandikan keringat. Sama-sama kuat, hanya berbeda stamina. Satu-satunya cara agar tenaga Woohyun kembali pulih ialah meminum ramuan yang telah dipersiapkan Myungsoo sebelum ke medan perang ini. Ramuan itu berada dalam kantong putih yang diikatkan langsung ke tubuhnya dengan sabuk.

Woohyun mencari kesempatan. Ia berkali-kali menghindar dan sesekali menangkis cambuk Sungkyu dengan pedang miliknya. Pedang itu mengeluarkan kilat cahaya berwarna merah ketika Woohyun mengayunkannya.

Celaka! Pedang Woohyun berhasil tersangkut pada cambuk Sungkyu, sehingga pedang itu terlempar jauh dan terbang ke arah menara istana.

AWAS!

Woohyun masih sempat memperingatkan orang-orang yang berada di bawah menara sana sebelum Sungkyu dengan cepat menyergap Woohyun.

Blaar!

Menara istana sebelah kiri kini rusak parah. Reruntuhannya jatuh gedebum menghujani pasukan lain yang tak sempat menghindar.

Kini, wajah mereka saling berhadapan. Sungkyu menarik baju Woohyun, sehingga Woohyun yang tak sempat menghindar itu terpojok di tanah.

Sungkyu mengeluarkan seringainya. Rahangnya mengeras, matanya semakin memicing menatap Woohyun. Mata itu... Woohyun melihat sorot mata sendu Sungkyu yang dipenuhi oleh kebencian, keserakahan dan kesedihan secara bersamaan.

"Masih mau bermain denganku?" tanya Sungkyu mengintimidasi Woohyun. Woohyun yang tersudut itu manatap iba pada Sungkyu.

"Kasihan sekali." Dua kata itu berhasil membuat amarah Sungkyu semakin dalam. Ia menarik lebih dekat lagi wajah Woohyun. "Apa kau bilang?! Katakan sekali lagi? Kasihan?!"

Sungkyu tertawa keras-keras. Nada tawanya terdengar pedih di telinga Woohyun.

"Kau tertawa? Ah, kau menertawakan dirimu rupanya." Woohyun semakin memancing Sungkyu. Membuat pria bermata sipit itu menariknya ke udara, kemudian mendorong tubuh Woohyun dan mengayunkan cambuknya.

Cetar!

Tangan kanan Woohyun terluka akibat sambaran cambuk milik Sungkyu. Kulitnya menganga tersayat kerasnya cambuk yang Sungkyu ayunkan.

Belum sempat mengelak, Woohyun kembali ditarik oleh Sungkyu, "Argh!" desis Woohyun ketika Sungkyu mencengkeram kuat lengan tangannya yang terluka.

"Bagaimana? Sakit? Itu tidak sebanding dengan apa yang aku alami selama belasan tahun." Sungkyu kembali menerawang masa-masa sulitnya. Ia ingat bagaimana perlakuan orang-orang terhadapnya. Ia ingat, bagaimana didikan ayah Sungkyu padanya.

Saat itu... Sungkyu masih berusia tujuh tahun. Waktu bermain Sungkyu dihabiskan dengan latihan keras dari sang ayah. Seungjoo selalu mendiktrin Sungkyu untuk menjadi satu-satunya pewaris Puxo dan juga Diexin di masa depan. Ia tak dapat merasakan kehangatan dari seorang ayah seperti anak-anak keturunan peri seumurannya yang lain.

Sungkyu tidak lupa, Seungjoo sang ayah sering menghukum Sungkyu dengan cambuk. Tak jarang, Sungkyu kecil merintih kesakitan. Penderitaannya tak berhenti sampai di situ. Mungkin ia rela, jika dijadikan Pangeran boneka oleh sang ayah, namun ia sangat tidak rela ketika melihat sang ibu diperlakukan tidak baik.

Ada waktu di mana ketika Sungkyu dihukum, dan Haebin berusaha membelanya, Seungjoo malah berbalik menyakiti Haebin, persis di hadapan Sungkyu. Negeri itu kelabu, seperti bagaimana penghuninya hidup. Kelam. Tanpa keceriaan di balik wajah-wajah orangnya.

Ruse of The Chess [sedang direvisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang