Segmen 2 [Revisi]

253 34 5
                                    

Woohyun terbangun di sebuah tempat yang sangat aneh. Ia melihat tiga mahkluk kecil yang berdiri di sampingnya. Pohon aneh yang menunduk di depan wajahnya. Sungguh ini di luar nalar manusia.

"Siapa kalian? Di mana aku?"

Itulah kalimat pertama yang muncul di kepala Woohyun. Ia mencoba menggerakkan tubuhnya, namun nihil. Tubuhnya sangat kaku bagai terikat tali dengan kuat. Bahkan untuk mengangkat kepalanya saja tidak bisa. Woohyun meneguk ludahnya kasar ketika ranting pohon dengan wajah menyeramkan memperhatikannya, mengikuti arah perginya.

"Tenanglah, kau akan baik-baik saja."

Terlihat seorang peri cantik dengan rambut panjang dengan telinga runcing tersenyum, memperlihatkan semua gigi taringnya. Woohyun melihat itu dengan ekor matanya, tersenyum ketakutan sebelum akhirnya ia kembali tak sadarkan diri.

Ketiga peri melanjutkan perjalanan menuju kerajaan, di mana sang baginda raja sudah menunggu kedatangan mereka. Tak lama kemudian, sampailah mereka di sebuah tumpukan ranting pohon-jika dilihat sekilas. Tapi itu adalah sebuah pintu masuk menuju kerajaan Diexin. Ketika Sungyeol menyentuhnya, ranting- ranting itu terbuka, seolah memberikan jalan untuk mereka.

Welcome to Diexin Kingdom.

Sebuah tulisan dengan warna hitam di sebuah papan yang sengaja digantung di antara kedua pohon Moxe—pohon yang tidak memiliki ranting, hanya sebuah batang tunggal—yang menjulang setinggi hampir 5 meter. Biasanya masyarakat menggunakan pohon ini sebagai penghubung untuk meletakkan kain, di antaranya yang digunakan untuk tidur para peri pekerja.

Setelah berjalan beberapa ratus meter, terlihat sungai yang airnya sangat bening dan berwarna ke merah mudaan. Itu disebabkan karena adanya ganggang merah atau biasa disebut Wec tinggal di dalamnya. Jika dilihat lebih dekat, ada yang aneh dari sungai ini. Aliran sungainya dari hilir ke hulu. Di pinggir sungai, terdapat tanaman seperti pakis yang sesekali mengeluarkan cahaya berwarna biru terang bernama Towi. Tanaman itu juga menghasilkan nektar dengan warna senada sebagai campuran minuman raja.

Perjalanan Howon, Sungyeol, dan Aeri yang mengawal Woohyun telah sampai di sebuah bangunan tua yang dipenuhi oleh lumut. Tepat di depan pintu, terdapat dua prajurit peri dengan memakai baju besi juga membawa tombak. Wajahnya yang garang, tak jarang membuat Aeri ketakutan.

Mereka membungkuk memberikan hormat kepada raja dan meletakkan tubuh Woohyun yang masih tak sadarkan diri dihadapan raja.

"Lapor Baginda. Hamba sudah membawa seseorang sesuai perintah Baginda," kata Howon melapor.

"Kerja bagus. Tidakkah kalian pikir tubuhnya terlalu besar untuk berada di lingkungan kerajaan kita?"

Sungyeol, Aeri dan Howon yang berlutut menunduk saling melemparkan tatapan. Mereka tidak tahu harus merespon apa. Sang raja pun menghela napas dan berkata, "Panggil peri pengubah untuk memperkecil tubuhnya."

Aeri pun berdiri dan bergegas memanggil salah satu peri pengubah. Ia berlari menghampiri seorang peri yang sedang berlari kecil.

"Hyeji-ya!"

Peri bernama Hyeji pun menoleh melihat Aeri-teman dekatnya-itu memanggilnya. Dengan napas terengah- engah, Aeri menjelaskan alasan kenapa ia memanggil.

"Ommo? Benarkah?"

Tanpa menjawab keterkejutan Hyeji, Aeri segera menarik peri itu untuk menghadap raja. Benar saja, Hyeji terkejut dengan apa yang dilihatnya. Ternyata apa yang Aeri bilang benar. Astaga, apa ini yang bernama manusia? Setelah ratusan tahun, aku baru bisa melihat langsung sekarang. Batin Hyeji terus saja berkata, hingga titah sang raja menghantam monolognya.

Beberapa orang yang ada di sana menatap penuh harap ketika Hyeji membuat tubuh Woohyun terangkat dan mengeluarkan cahaya yang sangat terang hingga membuat mereka yang ada di sana tidak sanggup melihatnya. Dengan kekuatan penuh, Hyeji berhasil membuat ukuran tubuh Woohyun mengecil. Raja Woojin tersenyum puas.

"Maafkan saya Baginda, saya tidak bisa membuatnya memiliki telinga runcing pun juga sayap," kata Hyeji bersujud di hadapan Raja. Ia merasa bersalah tidak bisa mengubah Woohyun seperti peri yang semestinya.

"Tidak. Yang kau lakukan sudah benar. Dia akan seutuhnya menjadi peri ketika ia sudah melaksanakan misi yang seharusnya dilakukan oleh peri. Pengawal, tolong bawa dia ke kamar yang sudah kusiapkan. Dan kalian boleh pergi," titah Raja Woojin.

Howon, Sungyeol, Aeri dan Hyeji pamit undur diri dari hadapan raja.

***

Keadaan di Puxo Kingdom berbanding terbalik dengan keadaan Diexin Kingdom. Awan hitam bagai menyelimuti keadaan seluruh wilayah Puxo. Pejabat kerajaan duduk bersimpuh lutut, menunduk dihadapan raja Kim Seungjoo yang kini tengah tersulut emosi. Di sisi kiri, terlihat sang pewaris tunggal tahta kerajaan-Kim Sunggyu- yang berdiri dan juga menunduk.

"Apa yang kalian semua lakukan sebenarnya?! Menjadi mata- mata saja tidak becus hingga sampai kehilangan jejak. Haruskah aku mendengar berita ini dari peri biasa? Jika harus, mengapa aku masih memperkerjakan kalian?! Sudah tidak ada gunanya."

Raja Seungjoo mengeluarkan emosinya. Satu hal yang membuatnya marah. Ia mendengar desas desus tentang kerajaan Diexin dari peri biasa ketika sedang melakukan penyamaran. Inti dari berita itu ialah, sang raja Nam yang berhasil menemukan pewaris tahta yang semestinya diberikan pada sang anak-Kim Sunggyu- yang merupakan anak dari adik kandung raja Diexin.

Kemungkinan besar tahta akan diturukan pada Sunggyu hingga raja Kim bisa memperluas wilayah kekuasaan. Namun, rencana yang sudah tersusun apik itu harus lenyap ketika mendengar berita tentang ahli waris kerajaan Diexin.

"Apa yang bisa kalian lakukan hanya diam saja, heuh?! Keluar!"

Mendengar perkataan tegas sang raja disertai dengan gertakan membuat seluruh pengikut setia raja yang hadir di sana menundukkan kepalanya dan undur diri.

Seungjoo duduk di kursi kebesarannya dengan napas yang tidak teratur. Melihat hal itu, Sunggyu selaku anak semata wayang sekaligus penerus tahta kerajaan Diexin kembali menghadap sang ayah.

"Tenanglah, Ayah. Kita pasti bisa merebut kekuasaan wilayah Diexin. Lagipula, si calon pewaris tahta itu masih tidak mengerti apa pun," kata Sunggyu menenangkan.

Seungjoo menatap Sunggyu sejenak. Sebuah bola pijar berwarna kekuningan terletak di atas kepalanya. Ia terpikir sebuah rencana lain yang sangat cemerlang.

"Aku mengerti bagaimana caranya."

Seungjoo tersenyum remeh membayangkan bagaimana rencana yang dibuatnya akan berjalan mulus dan mendapatkan sebuah kemenangan mutlak.

***

Ruse of The Chess [sedang direvisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang