chapter 3

4.9K 192 2
                                    

Malam telah datang ditandai dengan banyaknya bintang yang bertaburan diatas sana.

Aku baru saja sholat isya, bersama kedua temanku, pasti kalian tahu kan siapa mereka.

Setelah itu kami melanjutkan untuk mengaji sampai pukul sebelas malam. Sungguh waktu itu, karena kita masih pertama kali, mata ini rasanya sangat sulit untuk bisa terbuka. Apalagi lisya temanku, boro-boro membuka matanya, ia malah tertidur menyenden ditembok.

Untung guru yang mengajar sabar, jadi ia tidak menegurnya waktu itu.

"Wassalamualaikum wr.wb." ucap guru itu setelah selesai mengajar seraya pergi dari asrama.

"Waalaikumsalam wr.wb." jawab semua santriwati.

Meski pesantren ini campuran, tapi tetap saja bila mengaji terpisah. Hanya sekolah saja yang menjadi satu.

Setelah berdoa untuk mengakhiri ngaji, kami kembali ke kamar masing-masing dan tentu saja sebelum itu aku dan fatimah harus membangunkan lisya yang masih tertidur dengan pulasnya.

"Lis, bangun. Lis, bangun."

"Whaaa... " ia langsung tersadar dan kemudian ia menguap dengan lebarnya.

"Udah selesai. guru tadi sangat membosankan, suaranya sangat lirih seperti tidak pernah makan selama sebulan saja. Yuk kita kembali ke kamar, aku sudah tidak tahan ingin melanjutkan tidurku. " omel lisya tidak jelas.

Kami kembali kekamar dan kemudian pergi untuk tidur, tapi entah kenapa aku tak bisa. Maksudku aku tidak bisa tertidur. Rasanya waktu itu udara sangat dingin, ditambah lagi tidurnya dilantai. Tambah parah dinginnya.

Oleh karena itu, aku memutuskan untuk keluar. Siapa tahu setelah terkena semilir angin malam, aku bisa tidur.

Aku keluar melihat suasana pesantren pada malam hari, waktu itu jam menunjukkan pukul satu malam. Sepi, sangat sepi. Semua lampu padam, sepertinya para santri sudah tidur. Hanya akulah yang belum tidur. Mungkin.

Aku bisa mendengar suara hembusan ombak dibelakang pesantren ini. Karena pesantren ini sebenarnya memang dekat dengan pantai.

Aku melihat kebawah, maksudku kearah pesantren putra. Sepi disana juga sepi.

Lama-lama pandangan mata ini semakin buram, menandakan bahwa aku sudah mulai mengantuk.

Disaat itu, aku melihat seseorang dibawah sana. Di pesantren putra. Dan ia melambaikan tangan padaku. Aku langsung kaget dan kemudian membuka lebar-lebar mataku.

Sekarang aku melihatnya dengan jelas. Aku juga mengingatnya, ia adalah laki-laki tadi pagi yang telah memperbaiki sandalku.

Ia melambaikan tangannya dan aku pun juga membalas melambaikan tanganku.

"Ukhty". Panggilnya lirih tapi aku masih bisa mendengarnya.

Aku pun memutuskan untuk turun dan kemudian menuju ke pembatas tembok setengah badan itu. Agar lebih jelas kalau berbicara dengannya.

"Iya ikhwan". Jawabku setelah berada dibawah.

"Ukhty belum tidur?" tanyanya.

"Belum. Aku gak bisa tidur. Dingin ikhwan. Ikhwan juga?" tanyaku menanyakan apakah ia juga gak tidur.

"Habis wudhu. Mau sholat tahajud ukhty. "

"Oh. "

"Lebih baik ukhty segera tidur. Besok sekolah."

Iya ikhwan, makasih. Ikhwan sangat perhatian. Jawabku tapi gak jadi. Dan aku hanya bisa bilang "iya ikhwan. "

Setelah itu aku berjalan menaiki tangga menuju kamarku lalu setelah sampai, kubaringkan tubuhku untuk tidur.

***

"Syarahh....... " teriak seseorang dikuping membuat aku langsung bangun dengan kaget.

"Akhirnya bangun juga". Ucap seseorang yang meneriakiku yaitu lisya.

"Sakit kupingku."

"Biarin. Diteriakin dari tadi gak bangun-bangun. Sana cepat wudhu!"

"Iya iya."

Setelah itu, aku langsung bergegas menuruni tangga menuju tempat wudhu,  dan disaat itu pula aku juga bisa mendengar suara adzan subuh berkumandang. Seperti suara adzan-adzan sebelumnya. Sangat merdu.

***

"Ayo cepat!" ucap lisya sambil berlari menuju masjid.

"Iya." jawabku berlari juga.

Setelah sampai, seperti biasa kita bertiga selalu berada di saf paling terakhir. Sangat memalukan dan menjadi awal kebiasaan yang buruk.

***

"Aku akan tidur lagi. " ucap lisya sambil berjalan menuju pesantren.

"Enak saja, setelah ini kita mengaji. " sahut fatimah yang berjalan disamping lisya dan aku pun juga.

"Apa?! Ngaji lagi?! Kalau begini aku bisa mati!! " keluh lisya.

"Gak usah lebay. " sahutku.

"Apa? Lebay katamu? Hehh. Seperti tidak pernah lebay saja. " ucap lisya meninggalkan kami berdua.

"Sana! Ngambek!, nanti jadi tua kamu."

"Bodo amat. "

Setelah sampai dikamar aku langsung mengambil bukuku lalu pergi ke asrama bawah untuk mengaji. Sebenarnya bukan ngaji, tapi lebih tepatnya takror. Takror adalah mengulang pelajaran yang kita telah pelajari semalam, tujuannya agar lebih paham gitu. Tapi yang ngajar takror ini bukanlah guru, namun santriwati sekelas yang pintar dalam suatu pelajaran. Kalian mengerti maksudku? You anderstand?. Kalau gak mengerti, ya udah.

***

Setelah satu jam, akhirnya takror selesai juga. Waktu itu, jam menunjukkan pukul 05.30 pagi, jadi kita punya waktu satu jam setengah untuk bersiap-siap sekolah.

Aku sampai dikamar, namun aku tidak melihat dimana fatimah dan lisya. Entah kemana mereka berdua. Terakhir saat selesai sholat subuh, kalian tahu kan? Saat aku dan lisya bertengkar hanya karena kata lebay. Waktu itu, saat sampai dikamar lisya mengajak fatimah agar bersamanya, jadi aku sendirian. Sampai sekarang. Kasian aku.

Setelah merasa kecewa, aku langsung pergi menuruni tangga untuk mandi.

***

Aku sudah selesai mandi dan setelah itu aku langsung sarapan. Disini makan hanya dua kali yaitu sebelum sekolah dan sore.

Aku menuruni satu persatu anak tangga, dan waktu itu jam menunjukkan pukul 06.45 pagi. Dan dibawah sana, aku bisa melihat lisya dan fatimah yang sedang berjalan untuk menuju ke sekolah.

"Hey fat lis. "Sapaku kepada mereka berdua yang berada didepan kelas.

"Hei. "Jawab fatimah, sedangkan lisya hanya diam saja bahkan ia tak menoleh kearah ku.

"Fat kamu duduk sama aku ya?" ajakku pada fatimah.

"Enak saja! Fatimah duduk sama aku!. " tiba-tiba lisya menyahut dan parahnya lagi sambil melotot ke arah ku.

"Biar fatimah yang tentuin. Gimana fat? " Tanyaku pada fatimah dengan penuh harap.

"Ya udah. Fat sekarang kamu yang milih. Kamu pilih dia apa aku?." tanya lisya tegas.

"Ehh.... " sepertinya fatimah bingung.

"Pilih aku aja fat, dia kan lebay. "

"Hei! Itu curang. Ini namanya penghasutan! " ucap lisya tak terima.

Disaat lisya dan aku sedang bertengkar panas-panasnya, tiba-tiba datang seorang laki-laki berkulit hitam, berambut gondrong menghampiri kami.

"You not father? " tanyanya kepada lisya.

"Apaan sih! Ganggu aja. " bentak lisya kesal.

"Maksudnya you not father yang artinya kamu tidak papa? " jelas lelaki itu.

Yang membuat kami bertiga tertawa terbahak-bahak.

***

22 February 2018







Persahabatan Dan Cinta Pesantren [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang