chapter 14

2.6K 124 10
                                    

Aku merasakan rasa hangat dikepalaku dan juga rasa nyaman dibawahku.

Aku membuka mata perlahan, berusaha untuk menyesuaikan cahaya yang sepertinya masuk melewati jendela terbuka.

"Alhamdulillah. " ucap beberapa orang disekitarku, mungkin dua atau tiga orang.

Aku berada disebuah kamar, entah dimana aku tidak tahu. Berada diatas kasur yang empuk dan terdapat kompres di dahiku.

Dan orang yang berada duduk disekitarku adalah ustadzah dan...

Dia

Yahya

Mengatakan namanya saja aku malas, tapi mau bagaimana lagi aku harus memberitahu kalian.

"Ustadzah akan ambil minum dahulu. " ucap ustadzah seraya beranjak dari duduk.

Namun sebelum ustadzah lolos dari pintu kamar, yahya menghentikannya. "Umi biar yahya saja. "

"Baiklah. " jawab ustadzah seraya berjalan kembali duduk disampingku.

Suasana hening, ustadzah menatapku dengan rasa khawatir dan penuh tanda tanya sedangkan aku masih berusaha mengingat-ingat kejadian apa yang aku alami sehingga aku bisa disini sekarang.

Hantu

Aku langsung mengingatnya, ketiga sosok itu yang tersenyum puas ketika melihatku sudah terbaring tidak berdaya.

Apa tujuan mereka sebenarnya?

"Kenapa kamu bisa berada dibawah tangga? " tanya ustadzah yang langsung memecah keheningan. "Tadi pagi ketika subuh yahya menemukanmu disana. "

"A__na_" aku bingung harus menjawab apa, tidak mungkin aku akan menjawab bahwa aku melihat hantu. Pasti ustadzah tidak akan percaya apalagi ini di pesantren. Lagipula sebelumnya tidak pernah ada kejadian seperti ini selama aku mondok. Ana (dalam bahasa Indonesia berarti aku).

"Assalamualaikum. " tiba-tiba yahya datang, yang membuatku merasa selamat atas pertanyaan yang dilontarkan ustadzah. Dia membawa segelas minuman yang langsung diletakkannya di meja dekat tempat tidur.

"Wa'alaikumsalam. " jawabku dan ustadzah dengan kompak. Dan kemudian yahya kembali duduk ditempatnya semula.

"Kenapa syarah? " tanya ustadzah lagi, yang membuatku bingung harus menjawab apa. Dan omong-omong ustadzah sudah tahu namaku karena sudah beberapa kali kita bertemu, entah karena menyuruhku untuk membeli sesuatu atau yang lainnya. "Jawab saja dengan jujur. " lanjutnya lagi yang secara tidak langsung menyuruhku agar tidak berbohong.

Aku takut kalau aku berkata jujur, tiga sosok itu malah akan mendatangiku lagi. Mengingat ketika mereka tersenyum puas, secara tidak langsung mereka menampakkan wajahnya yang sangat...

Aku tidak tahu harus berkata apa.

"A__ku tidak i_ngat. " jawabku dengan gugup, semoga ustadzah tidak menyadari kebohonganku.

"Apa kamu melihat sesuatu? " tanyanya lagi.

Dan apa yang dimaksud sesuatu?

Apa yang dimaksud adalah...

Mereka

Apa ustazdzah sudah mengetahuinya?

"Syarah. " panggilnya. " apa kamu melihat-- " kali ini suaranya penuh penekanan.

Yang membuatku langsung memotong ucapannya. " iya aku melihatnya, ketiga sosok itu... " jawabku dengan tergesa-gesa dan tanpa sadar air keluar dari pelupuk mataku.

Persahabatan Dan Cinta Pesantren [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang