chapter 18

2.5K 117 0
                                    

Cinta tidak harus tentang dua sikap yang sama lalu menjadi sempurna,

Tetapi Cinta tentang dua sikap berbeda yang kemudian disatukan untuk menjadi yang paling sempurna.

***

Author pov

Para santri tengah membersihkan lingkungan sekitar mereka, termasuk daerah luar maupun pantai yang banyak berserakan sampah, dikarenakan pengunjung yang membuang tidak pada tempatnya.

Hari ini adalah weekend oleh karena itu para santri diberi tugas untuk bergotong royong, karena menurut ajaran dipesantren kebersihan adalah sebagian dari iman. Bukankah memang begitu.

Beberapa santri tengah membersihkan daerah pantai termasuk syarah yang mendapat bagian disana, sesekali dia melirik kearah dua santriwati yang membersihkan sekitar dengan gurauan yang menghiasi tawa mereka membuatnya ingin seperti itu lagi.

"Rindu. " ucapnya pelan seraya kembali pada tugasnya, namun ketika dia menunduk membersihkan sampah yang berada dibawahnya, dia melihat sesosok bayangan yang berada disampingnya. Membuatnya langsung mendongak karena penasaran.

Tatapan sosok itu, membuat syarah terdiam. "Kalau rindu jangan dipendam ukhti, cepat diungkapkan. Siapa tahu mereka juga merasakan hal yang sama. " ucapnya seraya tersenyum kearah gadis yang tengah mendongakkan kepala kearahnya.

Mendengar perkataan itu, syarah langsung melanjutkan pekerjaannya kembali tidak ingin terlalu larut dalam perasaan yang akan menjatuhkannya lebih jauh lagi. "Ikhwan tidak mengerti. "

Kala itu dari kejauhan, dua santriwati sedang memperhatikan mereka berdua, ada seulas senyum yang terlihat dari keduanya karena bisa melihat sahabat mereka yang dulu bisa dekat kepada orang yang dia sukai.

"Mungkin memang tidak mengerti tapi apakah ukhti tidak ingin membuatku mengerti. " sesosok lelaki itu kembali membuka suaranya, membuat syarah yang tengah sibuk membersihkan sekitar langsung berhenti sejenak, lalu kemudian dia menatap mata lelaki itu dengan datar.

"Apa itu penting untuk ikhwan. " perkataan yang cocok untuk sebuah ucapan tidak enak dari pada sebuah pertanyaan. Mata syarah menyiratkan rasa kesal kepada lelaki didepannya ini, ingin rasanya dia mengusirnya. Karena dia tidak ingin terlalu dekat dengan lelaki itu, dia takut nanti dia sendiri yang akan terjatuh dengan sakit namun tidak menampakkan luka.

"Ukhti, ingat. kita tidak boleh saling berdiam diri kepada saudara kita selama lebih dari tiga hari. "

"Kenapa ikhwan tidak bicara saja dari dulu, kenapa baru sekarang." syarah mulai menampakkan kekesalannya. "Semua itu sudah terlambat. "

"Ukhti tidak ada kata terlambat untuk saling memaafkan. "

Mata syarah melotot, membuat kekesalannya semakin kuat. Dan ombak dibelakang mereka juga menyembur dengan suara yang keras, seakan-akan tengah mendukung syarah dalam menyampaikan kemarahannya.

"Kenapa ikhwan ikut campur, kejadian itu sudah sangat lama. Sudah tidak perlu dibahas lagi, urusi saja perempuan yang sering dekat dengan ikhwan sana. " ucap syarah dengan sedikit berteriak membuat para santri yang berada disekitar langsung mengarahkan pandangan kearah mereka berdua, termasuk juga dua santriwati yang tadi memperhatikan mereka dengan senang dari kejauhan, namun sekarang raut wajah mereka nampak kebingungan.

Begitu menyadari semua tatapan mata tertuju padanya, syarah langsung berjalan melenggang pergi dengan cepat. Meninggalkan lelaki itu mematung disana sendirian.

Dia menatap perginya syarah, hingga punggung gadis itu sudah tidak nampak lagi karena dia berbelok arah dan tertutupi oleh pohon-pohon didepan pesantren.

Persahabatan Dan Cinta Pesantren [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang