chapter 6

3.3K 149 2
                                    

Aku menunggu, masih menunggu. Menunggu dia yang entah pergi untuk membeli apa, tapi kemudian dia kembali dan yang aku lihat dia tidak membawa apapun. Entahlah aku tak perduli.

"Ayo ukhti. " ajaknya.

"Iya ikhwan. "

Kami kembali menelusuri jalan beraspal dengan ditemani oleh udara sejuknya pagi. Sungguh aku tidak akan pernah melupakan hari itu. Hari dimana aku dekat untuk pertama kalinya dengan dia dan hanya berdua.

Setelah itu Yahya membelokkan sepedanya menuju jalan ke pesantren dan juga ke pantai, andai aku disuruh memilih pasti aku akan ke pantai.

Angin berhembus menuju pantai dengan sejuk dan lembut, membuat kerudungku terkibas dengan pelan. Angin seperti membawa kita berdua menuju tempat yang seharusnya, namun sayang kita tidak bisa ketempat tersebut.

"Ikhwan ke pantai boleh? " entah bagaimana tiba-tiba pertanyaan itu meluncur dengan mudah dari mulutku. Mana mungkin boleh, dasar syarah yang bodoh.

"Sebentar saja ukhti. " aku tak percaya ini, kata sebentar itu saja sudah membuat hatiku terlonjak-lonjak kegirangan. Sungguh diluar dugaan.

"Beneran ikhwan? " tanyaku memastikan.

"Iya. "

"Yeayy. " aku tidak bisa menutupi rasa girangku.

Masyaallah, sungguh nikmat yang luar biasa karena aku bisa melihat hamparan air yang sangat luas seperti tidak ada ujungnya ini didepan mataku sendiri dan sangat nyata, banyak-banyak bersyukurlah pada ALLAH karena telah menciptakan ini dan tidak akan pernah terdandingi oleh apapun.

Aku sangat puitis ya, karena maklumlah aku dari kecil memang sangat suka dengan laut. Aku slalu membayangkan bagaimana bisa tuhan menciptakan air yang luas ini dan kalaupun aku tenggelam pasti butuh waktu lama untuk mencariku.

"Makasih ikhwan. " ucapku pada Yahya karena telah mengajakku kesini.

"Untuk? "

"Karena telah mengajakku kesini."

"Ohh iya sama-sama. "

Angin berhembus pelan dan matahari pagi itu juga tidak terlalu nampak karena terhalang oleh awan. Suasana yang sangat cocok.

Kami melihat pemandangan pantai ini dengan rasa takjub dan sambil duduk-duduk dibatu pinggiran pantai. Melihat anak-anak yang bermain air, pasir, bola dan berlarian kesana kemari mengingatkanku akan masa kecilku yang Indah.

"Siapa nama ukhti? " tanya Yahya kepadaku dan aku pun menoleh kearahnya dengan tersenyum. "syarah. " jawabku.

"Ana Yahya. " ana adalah bahasa arab dalam Indonesia berarti aku.

"Iya. "

"Iya apa? " tanyanya tidak mengerti maksudku.

"Iya sudah tahu. "

"Ohh. Ukhti syarah dari mana? "

"Dari Jember. " Jember adalah kawasan Jawa Timur yang paling Selatan.

"Jauh. "

"Iya ikhwan. "

"Ini untuk ukhti, sepertinya tadi ukhti menginginkannya. " ucapnya seraya menyodorkan gelang yang aku lihat di pasar tadi dan tentu saja itu membuatku senang.

"Untukku? "

"Iya. "

Spontan aku langsung mengambil gelang yang ada di tangannya lalu memakaikannya ke tanganku sendiri. "Makasih ikhwan, kau sangat baik. "

Persahabatan Dan Cinta Pesantren [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang