chapter 17

2.3K 111 0
                                    

Lisya

Dia menghampiri kami dengan kesenangan yang dia pendam, aku bisa merasakan itu, meskipun tidak dia nampakkan.

Dia berada tepat didepan kami, menatap kami. "Selamat datang kembali. " ucapnya dengan senyum tipisnya kemudian dia berlalu pergi meninggalkan kami berdua.

Aku menatap fatimah dengan bingung akan sikap sahabat kami barusan. Ralat. Sahabat yang dulu.

Dia menatapku dengan tatapan yang sama, dia sendiri juga bingung.

Kami pun lanjut berjalan untuk ke asrama, meninggalkan rasa bingung itu. Karena yang lebih penting saat ini adalah segera merebahkan diri setelah perjalanan jauh yang baru kami lalui.

.

.

.

Aku bangun sedikit lebih pagi dari yang lainnya, sekitar setengah empat. Aku keluar dari asrama, ingin menghirup udara yang dingin ini. Dan tubuhku juga menjadi lebih segar.

Aku merentangkan kedua tanganku, menikmati udara Sejuk nan dingin. Namun itu hanya berlangsung sebentar, sebelum suara benda jatuh mengganggu aktivitasku.

Aku menatap kearah suara tersebut dan aku bisa melihat, seorang santri yang sangat kukenal berada ditengah-tengah tangga. Dia juga menatapku dan benda yang jatuh tadi adalah suara gayung yang mungkin dia bawa.

Dan apa, dia membawa gayung?

Apa dia baru saja mandi?

Sepagi ini?

Berbagai pertanyaan muncul diotakku dan dia masih tetap mematung disana, dan matanya tidak lepas menatapku dengan ketakutan. Aku bingung, oleh karena itu aku memutuskan untuk menghampirinya.

Semakin aku melangkah mendekatinya, semakin dia menjauhiku. Aku sampai mengerutkan kening, dan aku memutuskan untuk menghentikan langkahku ditengah-tengah tangga sedangkan dia berada dianak tangga paling bawah. "Ada apa? "

"Kau__." dia tergugup dan tidak berani menatap kearahku. "Bukan jin yang menyamar jadi lisya kan. " lanjutnya yang langsung membuatku membelalakkan mata.

Aku?

Jin?

Sejak kapan?

"Syarah ada apa denganmu, kamu tidak apa-apa kan? " tanyaku yang mulai khawatir terhadapnya.

"Kamu beneran lisya? "

"Menurutmu? " aku mulai mendekat kearahnya dan kali ini dia tidak menjauh seperti tadi. "Kamu tidak apa kan? " tanyaku sekali lagi.

"A__ku tidak apa. " setelah mengatakan itu, dia mengambil gayungnya yang jatuh kemudian dengan cepat menaiki tangga meninggalkanku. Sendirian.

Aku kira dia sudah melupakan kejadian yang aku tidak mengerti itu, tapi kenyataannya tidak. Dia masih tidak peduli dan mungkin hari itu adalah hari dimana kita sudah tidak memiliki hubungan persahabatan seperti sebelumnya. Namun tetap saja, aku selalu akan mendoakan kita yang nantinya akan bersama lagi.

Aku menatap bintang yang masih berhamburan dengan terang diatas, berusaha mengadukan apa yang aku alami selama ini, siapa tahu mereka mendengar.

"Tuhan kapan dia kembali? " ucapku pelan seraya menatap kearah langit, menikmati pemandangannya serta merasakan kesedihanku.

.

.

.

"Syarah ada? " tanyaku kepada santri-santri yang sekamar dengan syarah, aku kesini untuk memberikan titipan orangtuanya serta ada juga dari kami yang sengaja kami belikan, untuk menghibur dirinya. Dan agar dia sadar bahwa kami masih sangat peduli kepadanya.

"Ada, masuk saja kedalam." balasnya seraya menyuruh kami untuk masuk kedalam kamar.

"Iya ukhti, terimakasih."

Aku bersama fatimah berdiri dipintu, melihat keadaan didalam karena kami akan berbicara dengannya nanti diluar, tidak disini. "Assalamualaikum. " ucap kami bersamaan.

"Wa'alaikumsalam. " jawab semua santri yang berada didalam, dan aku bisa melihat syarah yang sedang berbincang-bincang bersama Bella sebelum menjawab salam kami.

"Kenapa kesini? " tanya Bella dengan sinis, membuatku ingin melakban mulutnya itu.

"Ada perlu sama syarah. " ucapku sehalus mungkin, aku tidak mau nantinya akan jadi pertengkaran disini dan apalagi aku adalah tamu.

"Oh. " balasnya seraya membuang muka dengan sombong.

Setelah itu syarah keluar, aku dab fatimah pun mengikutinya. "Ada apa? " tanyanya begitu sudah sampai diluar asrama.

"Ini dari orangtuamu. " ucapku seraya memberikan bingkisan dari orangtuanya. "dan i__ni dari kami. " lanjutku seraya menyerahkan hadiah yang dibungkus kertas kado dengan rapi, dan isinya adalah baju yang sama denganku dan fatimah, hanya berbeda warna saja. Dan pemilihan warna itu kami sesuaikan dengan kesukaan syarah yaitu biru.

"Terimakasih. " balasnya, dan aku bisa melihat sedikit air mulai berkumpul disudut matanya. "Aku masuk dulu. " lanjutnya seraya berjalan dengan cepat masuk ke asrama, entah ingin menghindari kami atau menyembunyikan kesedihan yang dia pendam.

"Ayo fatimah. " ajakku padanya yang sedari tadi hanya diam memperhatikan, tidak bicara sedikitpun pada syarah.

"Ayo. "

.

.

.

Aku sedang berada dilantai dua memperhatikan pesantren dari sini dan sambil menunggu maghrib tiba, karena menurutku ini bisa menghilangkan rasa bosan.

Aku melihat dibawah sana, ada ical dan yahya yang tengah berbincang-bincang, mengingatkanku akan oleh-oleh yang belum aku berikan. Padahal tadi pagi ketika sekolah ical memberikan oleh-oleh kepadaku yaitu sebuah kerudung yang dia belikan untuk tiga orang dan bermotif kembar. Untukku, fatimah dan syarah.

Aku langsung masuk kedalam kamar dengan segera, mengambil oleh-oleh itu sebelum mereka pergi dari sana. Setelah mengambilnya aku langsung berlari menuruni tangga dengan capat dan beruntungnya mereka masih berbincang-bincang ditempat yang tadi.

"Ica__." ucapanku terhenti ketika melihat syarah juga menghampiri mereka berdua dari arah yang berlawanan denganku. Aku menunduk untuk menyembunyikan wajahku seraya mundur kebelakang dengan perlahan. Beruntungnya ical dan yahya tidak mengetahui keberadaanku yang sudah cukup dekat dengan mereka. Aku tidak ingin jika syarah melihatku dengan mereka terutama yahya, akan terjadi kesalahpahaman lagi, dan aku tidak menginginkan itu.

"Tunggu. " syarah sepertinya menyadari keberadaanku, aku tidak tahu harus bagaimana dengan terpaksa aku mendongakkan kepalaku.

"Ikhwan sepertinya ada yang mencarimu. " ucapnya seraya menatapku dan nada bicaranya itu seperti tidak senang.

Entah apa salahku sehingga dihadapkan dengan situasi seperti ini, dan sebentar lagi aku yakin bahwa syarah akan semakin membenciku.

***

3 juni 2018

Fatma🌊

Persahabatan Dan Cinta Pesantren [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang