chapter 19

2.4K 201 11
                                    

Author pov

Guru masih menerangkan pelajarannya di kelas dengan serius, namun tidak dengan seorang gadis yang sedari tadi memperhatikan sahabatnya  yang hari ini sedang bersikap aneh.

"Fatimah? " panggilnya pelan, namun teman sebangkunya itu tetap menghadap kedepan. Ia pun mengikuti arah pandang fatimah, dan dia sadar bahwa fatimah sedang memperhatikan kearah papan tulis, namun pikirannya mengatakan lain. Pikirannya mengatakan bahwa sahabatnya itu tengah memikirkan hal lain.

"Fatimah, " panggilnya lagi, namun tetap saja orang yang dia panggil itu sama sekali tidak menggubris, membuatnya kesal.

"Fatimah. " kali ini dia memanggilnya dengan berteriak, membuat seisi kelas langsung menoleh kearahnya.

"Ada apa lisya? " tanya guru yang sedang mengajar, namun lisya hanya membalas dengan memamerkan gigi-giginya yang berderet rapi. Memasang wajah tidak berdosa.

Melihat itu, guru tersebut hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala lalu setelah itu melanjutkan mengajarnya yang sempat tertunda.

"Kenapa lisya?" tanya fatimah begitu seluruh siswa sudah tidak memperhatikan mereka lagi.

"Kamu yang kenapa? " lisya balik bertanya seraya menampakkan wajah kesal yang dia punya. "Kamu tadi melamun kan? "

"Eh? " fatimah bingung harus menjawab apa karena sahabatnya itu telah menebak dengan benar. "Sedikit, " jawab fatimah akhirnya.

"Ngelamun apa? "

Tatapan mengintimidasi dari lisya membuat fatimah gugup, dia tidak ingin berbohong tetapi dia juga tidak ingin lisya mengetahui bahwa dirinya sedang memikirkan lelaki tadi pagi, ryan.

"Kepo. " fatimah menjawab dengan sedikit ragu karena sebelumnya dia belum pernah mengatakan kalimat gaul seperti itu, dia adalah sosok gadis pendiam dan juga alim.

Mendengar jawaban yang menyia-nyiakan rasa penasarannya, lisya mengerucutkan bibir lalu kemudian menghembuskan napas kasar. "Terserah."

Fatimah hanya tersenyum tipis melihat tingkah sahabatnya, kemudian kembali memperhatikan pelajaran yang sedang berlangsung. Seraya kembali mengingat lamunannya tadi,

Kenapa aku memikirkan dia? Tanyanya dalam hati dan sedetik kemudian dia telah mengenyahkan hal tidak penting itu dan memilih kembali fokus pada pelajaran.

.

.

.

kedua sahabat itu tengah berjalan hendak kembali ke pesantren karena waktu sekolah yang telah usai. Namun ketika mereka sedang bercanda-canda ria sembari terus melangkah, tiba-tiba ada santri laki-laki yang berjalan disamping mereka.

Begitu fatimah menyadari laki-laki tersebut yang tidak lain adalah ryan, dia langsung gugup dan juga berharap semoga dia tidak mengungkit kejadian tadi pagi didepan lisya.

"Kenapa kamu? " tanya lisya dengan cuek karena melihat wajah ryan yang tersenyum dengan senyuman playboy nya yang membuat lisya muak.

Namun ryan tidak memperdulikan omongan lisya, dia malah lebih fokus kepada gadis disampingnya yang sedang menunduk menjaga pandangan.

"Mana?! Mana?! " ucap ryan dengan nada mengejek membuat jantung fatimah langsung berdebar kencang, dia sudah menduga bahwa lelaki ini akan mengungkit kejadian memalukan itu. Sedangkan lisya yang berada disampingnya, hanya bisa memandang dengan tatapan kebingungan, tidak mengerti arah pembicaraan ryan.

"Apa maksudmu? " lisya bertanya dengan tatapan sinis juga tidak mengerti sedangkan sahabatnya yang berada disampingnya hanya bisa diam tidak berkutik, berusaha menenangkan debaran jantung dan juga seraya berdoa semoga lelaki ini segera pergi. "Ngomong gak jelas, otakmu terbalik ya?! "

"Tanya saja sama fatimah, pasti dia mengerti. " mendengar itu lisya langsung menoleh kearah sahabatnya yang sedang menunduk menyembunyikan wajahnya.

"Apa yang dia bicarakan fatimah? Kamu diapain sama playboy gadungan ini? " pertanyaan demi pertanyaan meluncur dari mulut lisya, dia tidak percaya sahabatnya yang pendiam dan alim telah berinteraksi dengan lelaki playboy seperti ryan. Dia tidak terima sahabatnya yang baik  jika diapa-apakan oleh lelaki seperti ryan.

"Sudah sudah biarkan saja, " ucap fatimah lirih seraya menarik tangan lisya untuk berlari menjauhi ryan, dia tidak ingin kejadian memalukan itu dibahas lebih panjang lagi.

Ryan yang masih mematung ditempat bisa melihat kedua sahabat itu telah masuk kedaerah pesantren putri, dia menatap mereka dengan tersenyum seraya bergumam.

Fatimah... Fatimah...

Dia tidak mengerti dengan perasaannya saat ini, karena dirinya yang sering suka kepada seorang gadis membuatnya susah membedakan mana yang dinamakan Cinta dan mana yang hanya nafsu ingin memiliki saja.

Membuatnya bingung akan diriya yang biasa disebut playboy, tetapi entah mengapa kali ini perasaannya terasa berbeda.

Dan semoga saja

Ini benar-benar cinta

.

.

.

Jam menunjukkan pukul empat sore, lisya yang tengah berjalan menuju masjid langsung menghentikan langkah ketika ada suara familier yang memanggil namanya.

"Ikhwan ical. " lisya menatap lelaki yang berada disampingnya saat ini, seperti biasa senyuman selalu nampak diwajah hitamnya itu namun kali ini entah mengapa menurut pandangan lisya senyum itu tampak sangat manis, membuatnya menjadi salah tingkah.

"Masyaallah, semoga jodohku nanti seperti wanita didepanku ini, " ucap ical memuji lisya, karena lisya memakai hijab yang dibelikannya di papua.

"Ke--napa? " lisya menjadi gugup, semburat warna merah tomat muncul diwajahnya membuat dia harus menunduk menyembunyikan rasa malu.

"Ukhti cantik memakai kerudung itu. " Ical tersenyum melihat lisya bertingkah seperti ini, karena sebelumnya dia adalah sosok yang percaya diri dan tidak pernah malu sedikitpun. Kecuali saat ini yang merupakan pemandangan langka.

Berbeda dengan ical yang senang, lisya malah mengerucutkan bibirnya. "Jadi kalau gak pakai kerudung ini aku jelek. "

"Eh! "ical kebingungan, dia tidak menyangka kalau kata-kata yang dia ucapkan ternyata salah. "Gak kok, tetap cantik. "

"Gombal. Belajar dari mana ngomong seperti itu? Pasti dari si ryan kan? " lisya menahan tawanya karena melihat ical yang kebingungan, niatnya sebenarnya adalah menggoda lelaki itu. "Sudahlah, semua lelaki itu sama saja. " dia berlalu pergi dengan wajah yang kesal, meskipun itu pura-pura karena didalam hatinya dia tertawa terpingkal-pingkal.

"Salah ya? " ical bertanya kepada dirinya sendiri. "Cewek memang aneh. " ical menggelengkan kepala kemudian dia mulai melangkahkan kakinya ketika mendengar suara iqomah berkumandang.

***

Ryan-fatimah, mana suaranyaaa/ krik-krik krik-krik

Ical-lisya, mana suaranyaaa//krik-krik krik-krik

Sudah abaikan saja

Aku nyadar kalau yang baca cerita ini tuh dikit// hiks hiks😢

Tapi aku berterimakasih untuk kalian yang baca cerita ini sampai disini, aku jadi terharu//😢

Tanpa kalian aku mungkin akan berhenti nulis karena gak ada yang baca

Oh ya, tinggalin jejak lah vote atau komennya// 😊

Biar aku jadi semangat// 😁

Beberapa hari lagi hari Raya idul Fitri lohhh// gulung-gulung di kasur

Aku minta maaf jika selama ini dalam menulis ada kesalahan// 🙏

See you

13 juni 2018

Fatma🌊

Persahabatan Dan Cinta Pesantren [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang