RELUNG : 02

269 23 4
                                    

Manakah yang lebih sulit. Mencintai atau dicintai?

Jika keduanya adalah hal yang sulit, maka akan menjadi sulit pula untuk melupakan cinta yang bersarang, ketika cinta yang ada di balik hati seseorang yang kita cintai mulai pudar dan menghilang. Titik tersulitnya adalah melupakan seseorang yang berhasil membuat kita mencinta tanpa kita merasakan indahnya dicinta. Namun, akan terasa sulit pula ketika dihadapkan oleh perasaan risau, gelisah, dan tidak tahu cara mengartikan sebuah rasa. Merasakan seperti jatuh, tapi tidak sakit dan hanya hati yang bisa mengerti rasanya. Dari hal tersulit itulah, menyadarkan bahwa kebahagiaan yang sesungguhnya tidak untuk dicari, tapi kita yang menciptakannya sendiri, dengan sendirinya kesulitan-kesulitan itu menjadi tidak akan pernah mau menghampiri.

"Titan!" Panggil seseorang dengan begitu lantangnya. Dengan santai, Titan langsung menoleh ke arah seseorang tersebut.

"Kenapa?" Tanya Titan, santai.

Seseorang tersebut menghampiri Titan---duduk di sebelah Titan dengan raut wajah yang datar-datar saja. "Gimana? Lo jadi nantangin si Tania buat main badminton lagi?" Tanyanya.

Titan menggeleng kecil seraya tersenyum miring. Titan mengulur waktu sejenak. Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, Titan langsung mengubah posisinya menjadi berdiri sambil bersandar di tihang tembok yang terdapat di kantin ini. Kedua tangannya melipat, tatapannya seolah sedang memikirkan sesuatu, namun bibirnya masih tersenyum walau terlihat samar. Titan sejenak menggaruk kecil alis sebelah kanan, dengan jemari telunjuknya, "Udah gua coba nantangin dia lagi. Dan sepertinya dia takut sama gua. Buktinya, dia udah mulai ngehindar sama gua," kata Titan, sambil menoleh ke arah seseorang yang mangajaknya untuk membicarakan hal yang biasa.

"Oh. Baguslah."

"Baguslah?" Heran Titan.

"Em, itu, em, ya, ya bagus. Itu tandanya lo nggak tertandingi oleh siapa pun. Termasuk Tania." Seseorang ber-nametag Rayn Mahardika itu tampak gugup saat menjawab pertanyaan Titan. Rayn seperti begitu senang ketika mendengar pernyataan Titan; kalau Tania sedang menghindar dari Titan.

"Oh."

"Pulang sekolah ada rencana mau ke mana, Tan?" Tanya Rayn, langsung mengalihkan pembicaraan.

"Biasa. Tanpa gue kasih tau pun, lo udah tau kan kebiasaan gue."

"Jemput pacar lo lagi?" Tanya Rayn.

Titan hanya menjawabnya dengan sebuah anggukan kecil dan senyuman yang terpasang begitu jelas kali ini.

Rayn dan Titan sudah bersahabat ketika mereka duduk di bangku kelas 10. Keduanya bahkan sangat akrab, tahu akan kebiasaan masing-masing. Selain keduanya tampan, Rayn dan Titan seringkali menjadi incaran para siswi-siswi di sekolah untuk dijadikan pacar. Rayn yang tampak memanfaatkan ketampanannya, sehingga jika ada siswi yang mengajaknya untuk bekencan, Rayn tidak akan pernah bisa menolak.

Berbeda dengan Titan. Titan justru cenderung lebih cuek. Cuek dalam artian; ia tidak terlalu suka mengurusi hal-hal yang berbau percintaan. Bahkan, kisah asmara Titan di sekolah ini pun sangat tidak terdengar rumornya. Bisa dikatakan, bahwa kisah asmara Titan terdengar seperti tidak ada kisahnya dan tidak pernah ada yang tahu kisah asmaranya. Namun, Titan dikenal sebagai murid yang senang ikut berdemo dengan para mahasiswa. Akan tetapi, dirinya telah berkomitmen bahwa ia memang anti tawuran. Meskipun di sekolah ini, Titan dicap sebagai anak bandel, ia tetap mengikuti peraturan sekolah. Bahkan, Titan sangat ketat mengikuti peraturan sekolah. Hanya saja, penampilan dan cara berpakaiannya yang tidak mencerminkan bahwa ia murid yang senang akan peraturan sekolah, malah terlihat seperti anak bandel yang susah diatur. Terkadang, penampilan bisa membodohi cara pandang seseorang. Karena penampilannya itulah Titan dicap sebagai anak bandel oleh segelintir warga sekolah.

RELUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang