RELUNG : END

114 9 24
                                    

Author Notes:
maaf sebelumnya atas kengaretan story RELUNG. sengaja gue bikin a/n dulu, walaupun pada hakekatnya gue tau nggak bakal ada yang ngerespon a/n gue. So, gue mau sedikit curhat sebelumnya, gue kan punya temen yang sesama suka nulis, sebut saja dia kopilovers dan Ryanrinaldi. Gue udah banyak berbincang soal dunia menulis ama mereka berdua. Tentang, EYD, dialog tag, bahasa, gaya tulis, tentang penerbit indie and mayor. Bahkan sampai ke tentang Followers dan Viewers. Lo tau? Iya gue tau, foll gue nggak begitu banyak, sepi aja kek kuburan bahkan mirisnya, gak ada tuh yang komen atau vote cerita gue. Ada sih, tapi cuma beberapa doang. Hehe. Awalnya gue kenal sama Riska dan KaRy (dua penulis) yang sekarang udah jadi sohib gue dari semenjak tahun 2016-an, dari jamannya kita pada nulis FF smash. Dan gue nggak tau mau ngomong apalagi soal mereka berdua, karena gue udah bener-bener deket ama mereka. Kita pernah ngobrolin hal receh tentang kepenulisan sampai larut malam, atau sekedar ngobrolin soal terbit-menerbitkan buku. Yang paling sering kita omongin adalah Followers wattpad kita yang sepi :( btw, gue, Riska, dan KaRy, sangat teramat iri sama mereka yang followersnya bejibun dan banyak pula yang komen di setiap karya yang mereka tulis. Awalnya mungkin yang bikin story kita boring yaaaa pada saat kita nulis, kitaaa terlalu memerhatikan EYD, jadi rasanya hambyar. Kayak semacem; tulisan gue harus rapi, gak penting soal isi ceritanya. Padahal, seharusnya kebalik, isi cerita lebih penting urusan EYD biarlah nanti saja belakangan. Dan dari situ pikiran gue terbuka. So, gue tetap memerhatikan EYD dan sebagainya, tapi prioritas gue sekarang adalah Isi cerita. Toh kalau soal EYD, kalau seandainya ada rezeki buat nerbitin, kan ada editor. Wkwk. Begitulah curhatan gue yang nggak berfaedah. Gue cuma berharap, lo suka ama cerita gua ini. :)

Big luv :*

- leniwahyeon

***

Kita akhiri!

"Lo mau ke mana, Gael!" Tania berusaha memanggil Gael yang semakin menjauh dari padangannya. Lalu, Tania mengejar Gael dengan langkah kaki yang tertatih.

"Lo nggak boleh pergi! Gue masih butuh lo!" Tania berteriak, lagi.

"Biarkan Gael pergi, Tania," seseorang menggampiri Tania dengan senyum yang mengembang sejuk.

"Lo siapa?" Tania terheran.

"Daviel," dia berujar dengan wajah yang terlihat beraseri.

"Daviel?"

"Lo saat ini berada dalam hidup dan mati."

"Maksud lo apa?" Tania tidak mengerti.

"Gael mengantarkan lo ke dalam sebuah mimpi. Sadar atau nggak, lo saat ini berada dalam dunia mimpi," katanya.

"Gue nggak paham."

"Lo tau siapa gue?"

Tania diam. Daviel melemparkan sebuah pertanyaan yang cukup membuat memory Tania terkuras—yang terpaksa harus mengingat sosok Daviel yang pernah diceritakan Udin dan Gael.

"Dia jodoh lo, yang terenggut mati di tangan gue," seseorang menimpal, Tania langsung menoleh ke arah sumber suara tersebut.

"Lo siapa?" Tania semakin bimbang dengan situasi ini. Sebenarnya apa yang akan terjadi?

"Gue Tristan,"

Terlihat Daviel mengembangkan senyumnya dan menyambut kedatangan Tristan. Hingga, Tania pun melihat dua sosok lelaki berdiri di hadapannya. Lelaki yang seharusnya ia jumpai di masa depan, namun waktu yang tak mengizinkannya.

RELUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang