RELUNG : 16

122 16 4
                                    


"Jam berapa sekarang?"

"Masih jam 1 siang. Kenapa?" Gael menaikkan alisnya sebelah seraya menatap santai ke arah Tania.

"Oh. Nggak."

"Mau kepo soal pacarnya Titan?" Gael nyengir, sementara Tania menundukkan wajahnya dengan wajah yang seperti tidak bersemangat. Langkah kaki Tania pun berubah memelan—seperti ingin membuat waktu menjadi lebih lama lagi—untuk bisa mengobrol bersama Gael di sepanjang jalan.

"Ya pengennya gitu."

"Sekarang, lo dibutakan oleh cinta, Tania. Lo emang udah bener-bener tumbuh dewasa dan terjebak dalam urusan percintaan yang rumit. Bukan cintanya sih yang rumit. Tapi, kisahnya yang membingungkan. Gue harus bicara pahit sama lo, gue punya firasat buruk, kalau lo sama Titan nggak akan pernah bisa bersatu. Kecuali—"

"Kecuali apa?" Tania dengan sigap menanyakan hal itu.

"Kecuali kalau lo emang bersedia jadi pengagum rahasia."

"Pengagum rahasia?"

"Ya. Macam cewek-cewek yang ada di sinetron drama Korea. Mungkin jatohnya lo sama kayak si Oh Hani yang mengejar cintanya Baek Seun Jo, dalam serial naughty kiss. Tapi, lo jangan ngarep buat happy ending, ya." Gael terkekeh. Sementara Tania memasang wajah sebal.

"Lo pecinta Korea juga?"

Gael menggeleng pelan disertai senyum tipis yang memesona.

"Kalau emang bukan, kenapa lo tau kisahnya Oh Hani. Ah, iya, lo 'kan makhluk keabadian, ya. Mungkin dengan seenaknya, lo bisa loncat sana-loncat sini. Ya, 'kan? Bagi lo 'kan untuk menginjakkan kaki di Negara Korea cuma tinggal tuing aja. Ya, 'kan?" Tania berceloteh, membuat Gael tak henti-hentinya tersenyum gemas.

"Gue nggak bisa loncat sana-loncat sini seperti apa yang lo katakan barusan. Karena apa? Gue bukan pocong yang bisa loncat-loncatan."

"Yaelah. Itu 'kan pengibaratan."

"Oh."

"Oh doang?"

"Iya."

"Hm. Oke. Balik ke topik pembicaraan. Sebenarnya, apa lo tau akhir kisah gue ini akan seperti apa? Dan kenapa lo bilang kalau gue nggak akan pernah bisa bersatu sama Titan? Jujur, akhir-akhir ini gue emang ngerasa kayak orang gila baru karena yang ada di otak gue itu cuma Titan dan segala pertanyaan yang masih belum gue temuin jawabannya. Lo bisa bantu gue, Gael?" Tania berujar serius kali ini. Gael pun menanggapinya dengan serius, wajahnya terpasang seolah mendengarkan curhatan Tania dengan sangat baik dan berhati-hati.

"Gue adalah pendengar yang baik buat lo. Dan lo harus juga tau, apa pun yang gue ketahui tentang akhir cerita lo, gue nggak akan bisa menceritakannyasekarang. Lo cukup ikutin intruksi yang gue bilang. Supaya apa? Supaya hati lo tetap terjaga keutuhannya."

"Perasaan gue ke Titan udah terlanjur tumbuh, Gael."

"Kalau gitu, lo harus lebih ekstra untuk menjaga hati lo."

"Tapi, kalau pada dasarnya gue nggak dipersatukan sama Titan, buat apa cinta ini tumbuh?"

"Terkadang cinta seperti itu, ia hadir bukan hanya sekedar harus memiliki. Tapi cinta, terlalu kejam pada saat seseorang harus menerima bahwa cintanya tidak harus memiliki."

"Terus apa yang harus gue lakuin?"

"Ya itu tadi."

"Menjaga hati gue? Kalau gue nggak bisa gimana?" Ada perasaan ragu di hati Tania. Akan tetapi, Gael berusaha untuk meyakinkan Tania—agar Tania tetap tenang dan percaya terhadap dirinya sendiri.

RELUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang