RELUNG : 10

130 19 0
                                    

"Hidup Titan terlalu banyak diatur, Pah! Titan benci sama Papah sama Mamah. Bukan karena kalian sibuk sama urusan kalian masing-masing. Tapi karena kalian sama sekali nggak peduli sama orang-orang di luar sana," emosi Titan memuncak, saat mengetahui kedua orangtuanya terlibat sebuah kasus yang tidak banyak orang mengetahuinya.

Kemewahan dan kekayaan yang dimiliki kedua orang tua Titan tidak sepenuhnya hasil kerja keras keduanya. Titan sangat marah, karena kedua orangtuanya terlibat kasus suap bersama para pejabat-pejabat negara yang tidak bertanggungjawab.

"Ini semua Papah lakukan buat masa depan kamu!" Seru sang Ayah, penuh dengan penekanan di setiap kalimatnya.

"Masa depan Papah bilang, iya? Titan nggak akan bahagia Pah di masa depan kalau caranya kayak gini. Buat apa masa depan Titan cerah, kalau anak-anak di luar sana menderita?!" ucapnya pelan, namun penuh dengan emosi yang tertahan.

"Kamu nggak pernah ngerti Titan! Kamu nggak usah peduliin mereka. Papah juga nggak peduli sama mereka."

Titan menyorotkan matanya dengan tatapan tajam pada sang Ayah, semaksimal mungkin ia menahan emosinya agar tidak keluar. Bagaimana pun juga, Titan harus tahu batasan, ia harus bisa menghormati orang tuanya. Meski saat ini, ia sedang mencoba berusaha untuk menyadarkan sang Ayah tentang apa yang dilakukannya saat ini adalah sesuatu yang tidak baik.

"Seharusnya Papah lebih bijaksana. Papah adalah orang pintar, sudah sepatutnya Papah mengerti tentang kehidupan kejam anak-anak jalanan di luar sana. Seharusnya, uang itu digunain buat masa depan mereka. Papah adalah pengacara hebat, tapi Papah minim rasa simpati dan empati. Titan nggak butuh kekayaan, Pah. Titan nggak butuh semua itu," ucap Titan matanya mulai berkaca-kaca, karena sebenarnya ia tidak ingin berada di situasi sulit seperti ini.

"Kamu menentang Papah?!"

Titan menghela napas dalam.

"Iya," ucapnya pelan disertai kesungguhan di dalam hatinya.

"Kamu adalah anak yang tidak tau diri. Papah ngebesarin kamu sampai detik ini, ngebiayain kamu sampai sebesar ini, apa yang Papah dapetin? Kamu justru malah menentang Papah. Kamu itu----!" Nyaris satu tamparan mendarat di pipi Titan, namun sang Ayah justru mengurungkan niatnya.

"Kenapa, Pah? Papah mau pukul Titan, iya? Silahkan pukul, Pah!" Titan justru menantang Ayahnya. Akan tetapi, Ayahnya hanya berusaha mengontrol emosi.

"Kamu tahu konsekuensinya kalau menentang Papah?" Tanyanya seperti nada mengancam.

Titan tersenyum kecut, "Iya, Pah. Titan akan pergi dari rumah." Titan berujar dengan nada malas. Ini menjadi perdebatan terakhir antara Titan dan Ayahnya.

Bahkan, Ibunya pun sama sekali tidak ada kabar. Ibunya terlalu sibuk dengan pekerjaan dan bisnisnya yang berada di luar kota dan di luar negeri. Seakan tidak peduli dengan masalah yang dihadapkan oleh Titan---yang kerap sekali bertengkar dengan sang Ayah, hanya karena masalah perbedaan pendapat dan hal-hal lain yang membuat Titan tidak menyukai cara Ayahnya yang menghalalkan berbagai cara hanya demi uang dan hidup kaya raya di masa depan. Jiwa sosialisasi yang dimiliki Titan begitui besar, ia tidak ingin melihat anak-anak di luar sana yang membutuhkan bantuan tangan dermawan justru semakin melarat karena ulah-ulah oknum yang tidak bertanggungjawab. Dan, Ayahnya Titan termasuk ke dalam oknum yang tidak bertanggunjawab---ia membantu kasus tindak korupsi, serta mendapatkan uang suap untuk perkara tersebut dari client-nya.

Sejak saat itulah, Titan memutuskan untuk tidak tinggal bersama kedua orang tuanya. Titan memilih tinggal bersama Neneknya di sebuah rumah sederhana berdesign jawa kuno. Titan lebih menyukai hal-hal yang berbau sederhana, dan tampil apa adanya. Titan bukan orang yang senang memamerkan kekayaan dan harta, yang seperti Ayah dan Ibunya lakukan. Di sekolah pun terkadang Titan selalu mendapatkan cemooh dan hinaan. "Katanya anak pengacara dan pebisnis sukses, masa penampilannya rendahan," begitu kata orang-orang yang pernah menghina Titan, namun Titan tidak memperdulikan semua itu. Ia hanya hidup selayaknya yang diberikan Tuhan padanya.

RELUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang