Chapter 13

1.5K 111 7
                                    

"Menma." Panggil seorang pria yang telah berada diambang pintu.

"Tousan? Kapan kau datang?" Nada kaget terdengar dari Menma.

"Sudah daritadi, tapi Tousan bertemu dengan Naruto. Jika bertemu denganmu dulu pasti Tousan akan mengganggu kalian."

"Oh." Menma menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Dia salah tingkah.

"Ada apa Tousan kesini?" Menma akhirnya bertanya pada intinya.

"Ingin mengusulkan sesuatu padamu."

"Kalau begitu tentang?''

"Pertunangan kalian. Tousan akan menyegerakannya."

"Aku tidak menyangka Tousan akan merencanakan secepat ini." Suara Menma mulai memberat.

"Apa kalian belum merencanakan pertunangan ini? Hinata sudah wisuda dan kau sudah mapan, segeralah Menma." Hinata sontak kaget mendengar pernyataan Minato. Hinata memandang mata Menma dengan pandangan yang sulit dijelaskan. Ia menghela nafas panjang sebelum mengalihkan matanya ke depan.

''Aku sudah menanyakan pendapat ini pada Naruto. Dia juga mendukung Tousan.'' Ujar Minato lagi.

"Apa?" Menma hanya bisa mengusap kasar wajahnya.
Sepi kembali hadir di antara mereka. Menma dan Hinata bahkan tak mampu untuk bicara. Hinata menundukkan kepalanya, seolah ujung sepatunya lebih menarik dari apapun yang ada di hadapannya, sedangkan Menma memandang ke arah kanannya, melihat apapun asal bukan Tousannya.

"Tousan akan mengaturnya untuk kalian."

"Y-ya, ba-baiklah terserah Tousan." Jawab Menma setelah menghela nafas panjang dan memandang punggung Tousannya yang mulai menjauh dari pintu ruangannya.
















Menma duduk bersimpuh tunduk, sehingga badannya menyentuh lantai ruangannya. Ia berbuat demikian di depan Hinata.

Ya, Namikaze Menma kini duduk bersimpuh dengan tangan gemetaran di depan Hinata, kekasihnya.

"Angkat badanmu,Menma-kun." Kata Hinata.

Menma perlahan mengangkat badannya, menghadap ke Hinata langsung.

"Jadi, sebenarnya kau melakukan hal seperti tadi untuk apa Menma-kun?" Tanya Hinata.

"A-aku ingin kau menerima tawaran Tousanku, Hinata. Tentang pertunangan kita." Jawab Menma pelan. Ia benar-benar gugup sekarang.

"Apa kau benar ingin bertunangan denganku?" Jawab Hinata dengan nada yang sedikit bergetar.

"Aku ingin bertunangan denganmu Hinata!" Ulang Menma Kali ini suaranya lantang dan keras, disertai beberapa anggukan penuh percaya diri. Perkataan Menma sukses membuat jantungnya lebih liar untuk diajak memompa darah.

Menma melihat raut muka kekasihnya terlihat sedikit gelisah.

''Aku ingin kau menatapku tidak seperti Naruto-nii yang mengecewakanmu." Menma tersenyum. ''Aku ingin kau mempunyai perasaan lebih padaku. Aku ingin kau membuka hatimu padaku, Hinata." Sambung Menma dengan tersenyum kembali, karena ingatannya akan perlakuan Naruto sang kakak sudah sangat keterlaluan pada Hinata berada di kepalanya. Ketika ia mengingatnya, debaran dan suhu tubuhnya akan selalu naik.

Hinata menaikkan satu alisnya. Ia menutup matanya." Apa kau yakin dengan semua ini Menma-kun?"

"Aku yakin, aku menyukai sejak pertama kali kau dikenalkan padaku. Aku benar-benar bahagia jika aku bisa memilikimu.'' Lalu Menma memegang tangan Hinata. Tangannya sangat hangat."

Menma berani menatap Hinata yang matanya memancarkan sedikit senyuman walau tak kentara.

"Aku tak akan pernah mengecewakanmu. Walau kau masih terjebak dengan masa lalumu bersama Naruto-nii. Aku tetap menerimanya, Hinata. Menerima kau sebagai kekasihku,sebagai tunanganku.'' Kedua alis Hinata terangkat. Apa yang diutarakan Menma sangat mengharukan. Hinata pernah mengecewakan Naruto dulu. Meski rasa cinta ini dienyahkan, Hinata yakin ia masih menyimpan cinta untuk Naruto.

TeruskanlahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang