Chapter 11

1.6K 118 13
                                    

Jam menunjukkan pukul 8.30. Hinata berangkat menuju tempat acara wisudanya hari ini.



Hinata telah sampai di gedung serbaguna. Hinata langsung bergabung dengan teman-temannya dan para calon sarjana yang sebentar lagi akan menjadi sarjana itu terlihat gagah dan anggun. Senyum mereka cerah karna perasaan bahagia menantikan saat-saat yang sudah mereka tunggu ini. Rasanya bangga sekali bisa memakai toga.

"Hai Hinata... Wah, kau cantik sekali." Ino, salah satu sahabatnya menyapanya riang.

"Aduh, aku lupa tidak membawa jepit rambut. Topiku kebesaran. Bisa gawat nanti saat pemindahan tali, aku menunduk dan topi ini menggelundung." Ino membayangkan bagaimana malunya jika itu terjadi. Hal yang kadang terjadi saat wisuda.

"Sepertinya aku masih punya satu di tas. Ah, ini dia." Hinata memberikan jepit rambutnya pada Ino. Dia memang sengaja membawa lebih untuk jaga-jaga jika jepit yang dipakainya rusak.

"Terima kasih Hinata." Gadis itupun segera menjepitkan sisi topinya dengan rambutnya.















Di luar ruangan, Menma baru saja datang. Dia akan menemui Hinata tepat setelah Hinata selesai. Walaupun rasanya ingin secepatnya bertemu, tapi dia harus bersabar.













Acarapun berjalan dengan lancar, sekarang mereka sedang berfoto-foto dengan teman-teman dan keluarga mereka.

"Selamat Hinata, ini untukmu." Menma menyerahkan bunga dan boneka beruang kecil yang memakai baju toga.

"Terima kasih Menma-kun. Kau menyiapkan ini?"

"Rahasia."

"Baiklah ayo kita berfoto bersama." Menma menggandeng Hinata dan mereka berfoto.










Tanpa mereka sadari seseorang berjalan mendekati mereka.

"Selamat atas wisudamu." Naruto telah berdiri di hadapan Hinata dengan senyum tipisnya.

Mata Hinata pun terbelalak, jantungnya berdetak kencang. Kenapa orang yang ingin dia hindari ada disini? Menma pun tidak kalah kagetnya. Tidak menyangka kakaknya akan menemui mereka disini.







"Kenapa kau ada disini?"

"Aku hanya ingin memberinya ucapan selamat. Itu saja." Pria itu mengatakannya dengan nada dinginnya. Nada bicara yang dingin dari Naruto membuat hati Hinata tercubit, Hinata masih menyimpan rasa cinta padanya.

"Sekarang kau sudah bertemu Hinata kan, kalau tidak ada yang dibicarakan lagi kami akan kencan. Maaf aku harus membawa kekasihku pergi." Menma menautkan jemarinya pada jemari Hinata dan melenggang pergi meninggalkan Naruto.






Deg....




Seketika rasa marah menyeruak dalam hati Naruto. Apa benar Hinata telah melupakannya dan mencintai Menma sekarang?













Di sebuah kafe, Hinata dan Menma sedang menikmati makan siang mereka. Menma pun memulai pembicaraan.

"Maaf aku menggunakanmu sebagai alasan menjauhi Naruto-nii. Aku tidak menyangka dia datang ke wisudamu,Hinata. Kalau kau bertemu dengannya lagi tolong katakan jika kau adalah kekasih baru, tolong ya... Kau harus membuka hatimu untukku." Menma meminta dengan nada memohon.

"Hmm ya... Baiklah." Hinata seraya mengangguk. Mungkin ini waktunya dia harus melupakan Naruto walaupun sulit. Tak dipungkiri ia memang masih memiliki seluruh rasa cinta pada Naruto.











Setelah menghabiskan makan siangnya,Menma dan Hinata pergi menonton film.















Disinilah Naruto saat ini. Duduk di kursi mobil mewahnya yang mengawasi dua insan yang sedang tertawa bahagia di sebrang jalan dengan menikmati eskrim, Yah! Naruto sengaja memang membuntuti aktivitas Hinata dan Menma.

"Kau bahagia dengan Menma." Sebuah senyum getir tampak diwajah Naruto saat ini kemudian melajukan mobilnya melintasi jalanan kota yang mulai sepi.
























Naruto sampai di rumahnya tepat pukul sepuluh malam. Minato menyambut kedatangannya yang kebetulan masih terjaga.

"Tousan, apakah Kaasan sudah tidur?" Minato mengangguk.

"Kaasanmu sudah tidur sejak tadi."
Naruto mengangguk paham.

"Ada ramen untukmu, tadi Kaasan yang membelikan ramen itu untukmu. Dimakan ya? Pola makanmu tidak teratur karena selalu dikantor."

Naruto tersenyum tipis, lalu mengangguk pelan.

"Lalu, apakah Menma menghubungimu?" tanya Minato yang sukses membuat Naruto terkesiap.

"Tidak Tousan. Dia sedang berbahagia dengan kekasihnya."

"Menma sedang bersama Hinata?" Naruto sekali lagi mengangguk. Entah mengapa menjawab pertanyaan Tousannya membuat hatinya ngilu. Naruto langsung pergi ke ruang makan setelah Tousannya berlalu ke kamarnya, ia melihat makan malamnya sudah di siapkan. Ia tersenyum, Kaasannya memang begitu perhatian. Naruto mendudukkan dirinya, meraih sumpit dan mulai menyumpit mie di mangkuk itu.
















''Aku pulang.'' Seru seseorang yang mulai memasuki ruang depan.
Naruto mengangkat kepalanya, mendapati seorang yang dibencinya saat ini ingin mengambil gelas untuknya. "Bagaimana kencanmu hari ini?"

Menma menatap sekilas Naruto tanpa minat,
''Aku tak yakin kau sanggup mendengarnya.'' Menma tersenyum meremehkan, ia meninggalkan Naruto yang sendirian di ruang makan itu. Hawa panas terasa di hubungan kakak beradik itu.

Naruto kembali melahap ramennya setelah terdiam sesaat, ucapan itu membuat Naruto tersinggung hingga terdiam sesaat.

''Aku sudah tau Menma, tanpa kau menjawab pertanyaanku.'' Naruto tersenyum tipis. Perasaan apa yang bergejolak di dalam hatinya ini? Rindu. Ia ingin memeluk saudara kembarnya. Tapi semua tidak lagi sama seperti dulu. Untuk kedua kalinya Menma menggores luka pada hatinya. Ternyata Menma menginginkan kekasihnya. Ia merebutnya.




























*Bersambung*










*Hai Hai Yuni Comeback again 😄 Gomen baru lanjut, krn Yuni kehabisan ide jadi gabut. Masih serukah? Voment yah? Kalau bersedia, divote jg* bye bye

TeruskanlahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang