《°Tenth°》

855 108 46
                                    

halooooooo
ini story collab aku sama dia danieyl
selamat membaca :3

Daniel uring-uringan dengan sikap Minhyun yang menolak makan, menolak bicara dan menolak dimanja. Biasanya sih lelaki manis yang tengah mengandung buah cinta mereka itu termasuk orang yang ingin dimanja. Bahkan ketika suaminya pergi kerja dia akan menghubunginya. Tapi karena permintaannya yang ditolak jadi dia sedang merajuk.

Sekarang saja dia meringkuk membelakanginya. Mengelusi perutnya yang buncit tertutup kaos.

"Lihat Minyo! Papamu jahat. Papamu ngga ngizinin mama ketemu mereka."

Daniel menghela nafas lelah. Bingung bagaimana cara memahamkan kepada Minhyun yang kekanakan. "Tapi sayang, kamu kan lagi hamil. Kasian ke kamu sama bayinya." Tangannya meraih rambut hitam kelam Minhyun.

Pria berbadan bongsor itu memang tidak mempermasalahkan keinginan Minhyun. Hanya menonton konser boy group yang tengah melejit di Korea Selatan. Tapi mengingat kondisinya, membuat Daniel harus ekstra waspada. Harus double hati-hati.

Minhyun berusaha membalikkan badannya menghadap ke arah Daniel. Memandang suaminya dengan tatapan memohon.

"Tapi kak, aku kan...." Sanggahnya mencari beribu alasan. Bibirnya tertekuk ke bawah. "Sayang banget sama Wanna One."

Daniel berseru tidak suka di dalam hatinya ketika melihat raut wajah Minhyun yang sangat menunjukkan sebuah permohonan pengabulan mampu membuat goyah pertahanannya. Dirinya juga terkadang merasa kesal karena kalah bersaing dengan boy group tidak abadi itu.

Bisa saja Minhyun pergi menyaksikan idolanya. Bisa saja dia memberinya izin. Tapi si mungil yang berada dalam kandungannya menjadi penyebab utama penolakan atas permintaan sang istri.

Minhyun tidak tahu kata menyerah. Kamus tidak menyebutkan kata itu. Dia terinspirasi dari salah satu personil Wanna One yang bernama Park Woojin jika tidak salah.

Serangan pertama tidak berhasil. Maka Minhyun harus ganti cara. Baiklah.

"Kak Daniel~ kalo kakak ngizinin aku pergi nonton konser, aku janji deh bakal jadi istri yang nurut, istri yang baik, jadi istri idaman pokoknya." Minhyun menggunakan nada bicara yang sangat imut sambil memainkan kedua telunjuknya di depan wajah.

"Nanti..." Minhyun terlihat menggigit bibir bawahnya karena agak ragu untuk menyampaikan.

Daniel menoleh mendengar kalimat Minhyun yang menggantung. "Nanti apa?"

Minhyun beringsut mendekati Daniel, merapatkan tubuhnya meski terhalang sang bayi. Jari jarinya bermain di kancing kemeja sang suami. Kepalanya tenggelam dalam ceruk leher suaminya. "Nanti kak Daniel bisa dapet 'jatah'. Seminggu sekali juga boleh. Soalnya si dedek juga udah kangennnnnnn banget sama papanya hehe. Katanya pengen ketemu papanya."

Hening.

Tidak ada jawaban apapun dari Daniel.

Minhyun seketika mendongak, takut jika ucapannya malah berdampak lain. Menimbulkan masalah baru.

Raut wajah suaminya terlihat datar. Biasa saja.

"Kak Daniel?"

Daniel memejamkan matanya sejenak. Menarik nafasnya agak panjang. Meredakan gejala panas ditubuhnya. "Janji mau ngasih kakak jatah seminggu sekali?"

Persetan dengan kandungan Minhyun yang sudah mencapai tujuh bulan. Dia akan mencari cara supaya sang bayi tidak terganggu dengan kegiatan mereka. Jika perlu dia akan mengunjungi dokter untuk berkonsultasi menentukan posisi bercinta bagi orang hamil.

SAMOYED WITH FOX | NIELHWANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang