《°Fourteenth ¡¡¡°》

460 85 35
                                    

Pertandingan basket Guanlin sudah selesai 10 menit yang lalu, suasana lapangan masih riuh oleh siswa-siswa yang merayakan kemenangan sekolahnya dan ada juga beberapa siswa yang memilih keluar dari lapangan itu. Tim sekolah Guanlin menang tentunya, anak itu mewarisi gen ayahnya yang merupakan pangeran lapangan basket dengan baik.

Minhyun berdiri di sisi lapangan menunggu Guanlin menghampirinya dengan Daniel yang berjarak beberapa langkah di sebelah kirinya. Guanlin yang melihat sang ibu melambai kecil memanggilnya segera berlari meninggalkan teman-temannya yang tadi mengerubunginya.

"Mama!" Guanlin memeluk Minhyun erat dengan tubuhnya yang berpeluh.

"Alinnnnnnn, Mama seneng banget kamu menang, ga nyangka anak mama bisa sejago dan sekeren itu tadi mainnya" Minhyun membalas pelukan putranya disertai dengan pujiannya.

"Mama sih jarang nonton aku tanding, Alin kan memang keren" Guanlin mengecup singkat pipi kiri Minhyun.

Pandangan Guanlin teralihkan dengan keberadaan Daniel yang kini memperhatikannya dalam diam.

"Pah! ngapain bengong di sana, siniiii" Guanlin melonggarkan pelukannya pada Minhyun dan melambaikan tangannya mengarahkan sang ayah untuk mendekat.

"Jagoan Papa!" Daniel berjalan mendekat dengan lengan yang terbuka menanti pelukan putranya. Daniel tentunya tak akan berpikir untuk langsung memeluk Guanlin yang masih memeluk Minhyun saat ini.

Guanlin yang mulai menyadari keadaan, melepas pelukannya pada Minhyun dan melemparkan tubuhnya pada lengan terbuka sang ayah.

"Papa tau kamu pasti menang sayang, kan keahliannya nurun dari Papa" Daniel terkekeh pelan.

"Alin emang jago mainnya, bukan karna nurun dari Papa" Guanlin masih memeluk erat ayahnya.

Minhyun yang melihat interaksi antara suami dan anaknya hanya dapat terdiam, ia jelas bisa merasakan bagaimana rindunya Guanlin pada ayahnya. Terlihat dari gesture sang anak saat memeluk tubuh sang ayah dengan begitu eratnya.

"Mah.." Guanlin menolehkan kepalanya.

"I-iya sayang?" Minhyun yang tadi melamun menjawab panggilan putranya dengan terbata.

"Ajak Papa pulang sama kita ya. Alin ga mau tau, pokoknya Papa sama Mama mesti pulang ke rumah sama Alin hari ini. Alin ga suka liat keluarga kita kaya gini lama-lama"

"Alin ada di cafetaria sama temen-temen yang lain, nanti Papa sama Mama cari Alin di sana aja"

"Alin sayang Papa sama Mama~"

Guanlin meninggalkan keduanya dan menyusul teman-teman timnya ke cafetaria sekolah. Keadaan lapangan mulai lengang, karena semua siswa satu-persatu beranjak dari posisinya dan pergi.

"Minhyun..."

"Daniel..."

tjiee barengan

"Sebaiknya kita cari tempat yang lebih nyaman untuk berbicara" Daniel berinisiatif untuk berbicara lebih dulu dan tanpa sadar meraih tangan istrinya, menggandeng Minhyun keluar lapangan indoor sekolah Guanlin.

Minhyun yang mendapat perlakuan seperti itu hanya diam dan mengikuti langkah suaminya dengan perasaan yang entah bagaimana. Tapi bila bisa dijelaskan secara sederhana, perasaan yang mendominasi adalah.......

Rindu

.

.

Kini keduanya berada di dalam mobil Daniel, tempat terbaik dan tertenang untuk saling bicara. Daniel sebenarnya ingin mengajak Minhyun ke taman sekolah Guanlin, tapi karena keadaan sekolah yang masih ramai pasca menangnya tim basket Guanlin tadi jadi Daniel mengurungkan niatnya.

SAMOYED WITH FOX | NIELHWANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang