《°Fourteenth ¡¡°》

487 75 29
                                    

"Linnnnn... Alinnnnnn, buruan turun. Nanti kamu telat ke sekolahnya" Minhyun berteriak memanggil putranya yang tak kunjung menampakkan batang hidungnya di meja makan.

"Bentar Mahhh, ini Alin gak bisa pake dasinya" Guanlin berteriak dari kamarnya.

"Sini Mama aja yang pasangin sayang" Guanlin yang mendengar perkataan sang ibu akhirnya menyerah pada untaian dasi di lehernya, mengambil tas sekolahnya lalu keluar dari kamar yang didominasi oleh warna biru itu.

Guanlin menuruni tangga dan berjalan menuju ruang makan menghampiri sang ibu yang sudah duduk tenang di meja makan.

"Ini Mah, Alin masih belum hapal gimana cara pakenya" Guanlin menyodorkan dasi berwarna biru tua yang tersampir di pundaknya pada Minhyun.

"Persis kaya Papa kamu, udah diajarin berapa kali tetep aja gak bisa pakai dasi sendiri" Minhyun mengambil dasi yang diberikan putranya dan mulai memakaikan dasi itu pada putranya.

Sepertinya Minhyun tidak menyadari ucapannya yang membuat Guanlin tertegun. Yah.. Minhyun memang sering kali tanpa sadar membahas Daniel dan itu membuat Guanlin semakin rindu pada ayahnya itu. Sebenarnya Guanlin tau Minhyun pun merasakan hal yang sama, mungkin perasaan sakit yang dirasakan oleh ibunya masih lebih besar daripada rasa rindu yang tercipta.

Guanlin sendiri tidak tau persis seperti apa masalah orangtuanya, yang ia tahu ibunya pulang dalam keadaan kacau dengan wajah penuh air mata lalu pergi dari rumah mereka dengan menenteng sebuah tas jinjing berukuran sedang, meninggalkan Guanlin yang mengajaknya berbicara saat itu. Selang setengah jam, ayahnya datang dengan wajah yang memerah dan dibanjiri keringat. Menanyakan keberadaan Minhyun yang sudah tak ada lagi di rumah saat ia datang.

Seminggu berlalu Minhyun tak kunjung pulang ke rumah, ibunya hanya rutin mengiriminya pesan setiap hari bahkan setiap jamnya untuk memastikan keadaannya. Hingga akhirnya Daniel menyerah, ia memilih mengalah untuk keuar dari rumah karna memang Minhyun lebih ahli dalam mengurus rumah dan anaknya. Daniel tak mau nantinya ia akan merusak banyak hal karna kepergian Minhyun dari rumah mereka. Ia menitipkan pesan pada Guanlin untuk meminta ibunya pulang dan berjanji akan kembali ke rumah mereka jika memang Minhyun yang menginginkannya.

"Mah, Mama jadi nonton Alin tanding kan hari ini? Mama kan udah janji kalo Alin masuk final nanti Mama bakal nonton"

"Iya sayang, Mama gak lupa kok kalo kamu hari ini tanding. Jam 1 siang kan? Di lapangan indoor sekolahmu. Nanti setelah mengurus beberapa pesenan di toko bunga Mama akan ke sekolahmu" Minhyun menjawab tuntutan anaknya dengan tangan yang masih sibuk di kerah baju sang anak.

" Alin sayang Mama" Guanlin mengecup pipi kanan sang ibu lalu duduk pada kursinya untuk sarapan.

"Mama juga sayang banget sama Alin, udah ganteng nih anak Mama" Ucap Minhyun sambil menepuk pundak Guanlin sayang.

"Nanti aku belajar lagi ya Mah, cara pake dasinya" Guanlin menunjukkan gummy smilenya.

"Iyaa nanti Mama ajarin lagi ya, ya ampunn Lin kamu udah tinggi banget ya. Udah mau nyaingin tinggi Mama nih padahal kamu tuh baru kelas 1 SMP" Minhyun mengusap pipi Guanlin sambil menatap sang putra.

**Minhyun di sini tingginya 168cm gitu lah, jadi Alin tuh hampir segitu tingginya. Cukup tinggi kan buat anak cowo yang baru 1 smp? hehehehe**

"Ya jelas tinggi Mah, Mama sama Papa kan tinggi juga"

Kali ini Minhyun sadar dan dengan jelas mendengar Guanlin menyebut Papanya.

"Yaudah yuk sarapan" Minhyun mengarahkan putranya untuk duduk dan mengabaikan perasaan yang tercipta saat sang anak menyebut ayahnya.

Minhyun dan Daniel menikah di usia muda, 22 tahun. Muda kan? tapi rumah tangga mereka berjalan dengan sangat harmonis selama 13 tahun terakhir, yah.. sampai 2 bulan yang lalu sebuah peristiwa mengubah segalanya. Sebenarnya Minhyun merindukan suaminya, ia ingin mengetahui dengan jelas apa yang terjadi pada saat itu dari mulut suaminya. Tapi, Minhyun sedang dalam masa sensitifnya sehingga egonya lebih menguasai daripada rasa rindu dan rasa ingin tahunya.

"Mah! kok malah melamun, ini Alin sampe udah selesai sarapan loh"

"Aduh maafin Mama, kamu udah mau berangkat? Bilang sama Paman Yoon untuk hati-hati berkendaranya ya sayang"

"Siap bos! Alin berangkat ya Mah, Mama habisin itu sarapannya. Inget dateng ke pertandingan aku, Alin sayang Mama" Guanlin mengecup pipi Minhyun lalu berangkat menuju ke sekolah.

Minhyun menatap sendu punggung anaknya, Guanlin pasti sedih melihat orangtuanya seperti ini. Minhyun juga sudah sangat rindu dengan Daniel, sepertinya ia harus menekan egonya demi keutuhan dan keharmonisan keluarganya.

.

.

"Nyonya semua pesanan untuk hari ini sudah siap, tinggal menunggu para pelanggan datang dan memgambilnya"

"Ya ampun bibi Lee sudah berapa kali aku katakan untuk memanggilku Minhyun saja. Aku harus ke sekolah Guanlin hari ini, aku titip toko ya bi"

"Ah baiklah nyonya.. aduh maksud bibi, Minhyun" Minhyun yang melihat tingkah bibi Lee terkekeh pelan.

"Minhyun pergi dulu ya bi~" Minhyun mengambil long coatnya yang tersampir di kursi yang ia duduki tadi lalu berjalan menuju pintu toko.

Minhyun membuka toko bunga setelah dirinya menikah dengan Daniel. Minhyun yang suka dengan bunga dan keterampilannya dalam merangkai bunga mendorongnya untuk membuka toko bunga sendiri. Dan juga didukung oleh keinginan Daniel yang tak ingin Minhyun memiliki pekerjaan yang menyita waktunya sebagai seorang istri maupun ibu nantinya, padahal Minhyun sendiri merupakan seorang sarjana manajemen, jadi Daniel menyarankan untuk membuka toko bunga saja.

Minhyun mengatur sendiri segala urusan yang berkaitan dengan toko bunganya, yah setidaknya ilmunya saat menempuh pendidikan sarjana dulu dapat dipakai dalam mengatur toko kecilnya.

Minhyun berjalan menuju sekolah Guanlin, letak toko bunga dan sekolah Guanlin memang dekat. Sejak Guanlin SD Minhyun selalu menjemputnya dengan berjalan kaki bila ia memang sedang berada di toko atau sesekali menjemputnya dengan mobil bersama Daniel. Sekolah Guanlin adalah sebuah yayasan yang memiliki tingkatan pendidikan mulai dari taman kanak-kanan hingga sekolah menengah atas.

Kaki jenjang Minhyun memasuki wilayah sekolah Guanlin, sudah lama rasanya ia tidak menginjakkan kakinya di sini. Semenjak peristiwa itu terjadi 2 bulan lalu, Minhyun menyibukkan dirinya di toko bunga dan akan pulang bersamaan dengan Guanlin pulang sekolah. Guanlin setiap harinya akan diantar jemput oleh Paman Yoon, padahal biasanya Daniel akan mengantar Guanlin dan Minhyun akan menjemput Guanlin.

Minhyun tidak bisa menjemput Guanlin selama 2 bulan terakhir karna kegiatan kecil itu akan mengingatkannya pada Daniel dan ditambah kondisi badan Minhyun yang sekarang mudah lelah. Toko bunga menjadi tempat pelampiasan Minhyun untuk menenangkan pikirannya, saat kembali ke rumah ia akan fokus untuk mengurus rumah dan tentunya Guanlin.

Sebuah mobil yang terlihat sangat familiar melintas melewati Minhyun yang berjalan menuju ke arah lapangan indoor sekolah Guanlin. Saat sang pengemudi berhasil memakirkan mobilnya dengan sempurna dan keluar dari dalam mobil, Minhyun terpaku melihat seorang pria yang kini berdiri di hadapannya.


Itu suaminya


Kang Daniel


"Kamu nonton pertandingan Alin juga?" Ucap mereka bersamaan












ada yang bisa nebak tidak... umur Minhyun sama Danyel di sini berapaaaaa?

SAMOYED WITH FOX | NIELHWANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang