Jarak rumahku dengan rumah nabilah cukup berjauhan, sehingga untuk menghilangkan rasa sepi dan jenuh di saat perjalanan. Aku menyetel lagu western dengan volume yang cukup keras.
Tittt titt tititt
Brakkk***
Nabilah POV
Sudah 20 menit lebih aku menunggu andre di ruang tamu. Namun, ia tak kunjung datang juga. Sudah kucoba untuk menghubunginya tak ia jawab sama sekali.
"Ya allah andre mana sih? Kalau makin malem, ntar malah gaboleh pergi sama mamah.."
Tok tok tok
"Ah itu pasti andre, iyaa sebentar yaa.."
Aku pun berjalan dengan nafas yang tak teratur dan jantung yang berdegup cepat. Setelah sampai di depan pintu, aku tak langsung membukanya
Entah mengapa persaanku tidak enak dengan tamu yang di balik pintu ini. Dengan ragu, aku membukanya.
"Hai bil, maaf terlambat tadi aku sedikit ada kendala di jalan barusan." Ucap lelaki di hadapan ku dengan menahan luka yang sedari tadi keluar dari siku nya.
Siapa lagi kalau bukan andre, dia berdiri di hadapan nabilah dengan menahan rasa sakit yang ia rasakan saat ini
"Ya allah dre, kamu kenapa? Kamu gak apa apa kan? Ayo masuk dulu kita obatin luka kamu." Ucap ku khawatir
"Gausah." Ucap andre singkat
"Kenapa? Kalo infeksi gimana? Kalo tangan kamu bengkak gimana? Luka kamu masih keluar gitu. Ayo aku obatin di dalem." Ucapku tanpa jeda karena rasa khawatir ku padanya.
Andre hanya tersenyum melihatku. Lalu dia mulai membuka suara lagi..
"Yasudah ayo."
"Ayo"
"Bil.." panggil andre
"Kenapa dre?"
"Sebegitu khawatirkah kamu sama aku?" Ucap andre memerhatikanku
Karena pertanyaannya aku jadi gugup dan diam mematung tak bersuara. Aku sedang berpikir keras, apa yang harus aku jawab?
"Ah i..it..itu kan wajar dre.. namanya juga teman. Harus saling bantu kan?" Ucapku mencairkan keheningan di antara kami.
"Ah begitu ya? Baiklah, kita masuk aja, luka ku semakin sakit."
"Ahh ayo dre, mau aku bantu berjalan?" Ucapku dan hanya dibalas gelengan oleh andre.
Aku pun berjalan terlebih dahulu dan meninggalkan andre dibelakang, yang kini sedang mengikutiku ke ruang tamu.
"Andre kamu tunggu sini ya aku bawa obat merah dulu." Ucapku dan hanya di jawab anggukan kecil oleh andre.
"Sayang, siapa diluar?" Ucap wanita paruh baya ini ketika aku masuk ke kamarnya untuk mengambil obat.
"Andre mah, dia dateng buat ngaterin aku ke toko kerudung." Ucapku sambil sibuk mencari obat
"Malam malam begini memang toko kerudung buka?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Promise I Will Change
Teen FictionBenar, waktu yang menentukan, tuhan yang menghendaki, kita yang menjalani. Setekun mungkin kita melakukannya, berusaha keras menggapainya, bila tuhan tidak menghendaki. Lalu apa yang harus kita perbuat?