"Iya dre. Hati hati. Sebentar lagi. Nabilah akan jadi milikku." Gumamku.
***
Setelah meninggalkan andre, aku segera mengambil benda berbentuk persegi panjang itu, untuk menelepon seseorang agar segera melaksanakan tugas pertamanya.
"Hallo?"
"Ya hallo. Kamu di mana?"
"Kantin."
"Buruan ke sini. Ntar aku share location ke whatsapp."
"Oke sip. Buruan jangan pke lama."
***
Autor POV
Kekecewaan menyeruak di hati nabilah. Keinginannya untuk pulang bersama andre sirna sudah. Karena andre lebih memilih membantu orang dari pada menemaninya pulang.
Di satu sisi, nabilah senang karena andre suka menolomg orang. Tapi, disisi lain nabilah sedih, karena untuk saat ini nabilah belum menjadi prioritas nya andre.
Padahal 13 hari lagi menjelang UKK, nabilah berharap detik detik sebelum UKK. Ia ingin hari harinya berwarna dan yang memberikan warna itu hanya andre seorang.
Tapi, nabilah tetap menghargai keputusan andre. Lalu, pulang seorang diri. Dengan lemas nya ia memasuki kamar dan segera menjatuhkan tubuhnya di kasur kesayangannya.
"Ahh andre, ngeselin tapi ngangenin deh ih. Gatau apa, aku diem gini tuh kangen banget sama andre. Telepon aja ah.."
Tuttt tutt
Nomor yang anda tuju sed.."Hah? Siapa kamu? Kok yang jawabnya cewek? Andre mana andre?! Eh bentar deh, ini kan operator. Ya allah cembokur amat si aku."
Nabilah mencoba berulang kali menelepon andre. Tapi, tak kunjung ia angkat hingga akhirnya..
"Ya hallo sayang?"
"Ihh jiji banget sayang sayangan. Tutup lagi ah ntar aku baper."
"Tapi suka kan aku panggil begitu?" Ucap andre menggoda.
Jujur, saat ini nabilah sedang salah tingkah ketika suara yang di keluarkan andre adalah sayang. Meski ia suka di panggil seperti itu ia tetap menjaga harga dirinya dan tetap jual mahal pada andre.
"Paan si andre. Nyebelin ih."
"Tapi suka?"
"Suka."
"Bagus."
Yang di lakukan nabilah saat ini hanya bisa memeluk guling dengan pipi yang bersemu merah.
"Tadi kenapa gak ngangkat telepon aku? Dari tadi di telepon gak di angkat. Dodol ih dasar."
"Maaf azizi, aku baru bisa megang hape karena barusan ada syafa ngedatengin aku dan dia minta aku nganter dia pulang."
Mendengar nama syafa emosi nabilah langsung memuncak dan mencoba menahan rasa sesak nya dalam hati. Karena saat ini yang ada di pikirannya adalah andre pasti tidak menolak permintaan dari syafa. Tapi ia berusaha berpikiran positif terhadap andre.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Promise I Will Change
Teen FictionBenar, waktu yang menentukan, tuhan yang menghendaki, kita yang menjalani. Setekun mungkin kita melakukannya, berusaha keras menggapainya, bila tuhan tidak menghendaki. Lalu apa yang harus kita perbuat?