9. Senyuman

1.6K 320 91
                                        

Jangan ganteng! Gue gak kuat!

Warung Babe bisa dibilang markasnya anak-anak basket untuk berkumpul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Warung Babe bisa dibilang markasnya anak-anak basket untuk berkumpul. Biasanya setelah pulang sekolah, mereka semua akan menghabiskan waktu disana sambil membicarakan pertandingan basket antar sekolah.

Bukan hanya basket, terkadang topik perbincangan mereka juga menyangkut tentang balapan motor yang sering dilakukan setiap malam minggu. Tentu hal itu hanya menjadi rahasia bagi mereka, karena seluruh murid tidak ada yang mengetahui tentang balapan tersebut kecuali kelompok tertentu.

"Laskar ngajakin nih, lima juta."

"Dikit amat, Zal?" Dimas menghembuskan asap rokoknya ke udara. "Ogah gue kalo segitu, bilang orangnya."

"Lo mau berapa emangnya, nyet?" Bayu ikut menimpali. "Kemaren-kemaren emang segitu kan?"

"Gue mau motornya si Imam!" sahut Dimas yang sontak membuat semua orang yang ada di sana menoleh ke arahnya. "Gimana kalo kita rubah taruhannya, gue kasih motor gue, mereka kasih motor Imam."

"Lo ngapa dah, sama si Imam bencinya kelewat banget," tanya Rizal, cowok berambut kriting yang duduk di pinggir bangku panjang dengan rokok terselip di jari tangannya.

Dimas menghembuskan asap rokoknya lagi ke udara. Matanya menelisik malas pada wajah Rizal. Entah mengapa jika membahas Imam, emosinya seperti tersulut kembali.

"Kisah lama, mending lo gak usah tau deh, Zal." Bayu membuang putung rokok yang tinggal sedikit itu ke tanah lalu menginjaknya. "Cerita mereka penuh dengan misteri, sampe akhirnya si Imam pacaran sama Dera."

"Diem, nyet!" sergah Dimas.

Rizal mengerutkan dahi bingung. "Dera? Ceweknya Dimas?"

"Deh, si goblok!" Bayu memukul kepala Rizal pelan. "Ceweknya mah si Ana, Dera itu sepupunya Dimas, dedek gemesnya gue." Kali ini sebuah pukulan tepat mengenai kepalanya.

"Jangan bacot!" omel Dimas. Sementara Bayu hanya meringis sambil menatap Dimas kecut.

"Lo mah kebanyakan tebar pesona, Bay, dapet juga kaga!" celetuk Daniel yang dari tadi hanya diam sambil memainkan game di handphone-nya.

"Bentar lagi Dera juga mau ama gue," balas Bayu.

"Dapet nomor handphone-nya ajah susah, apalagi dapetin hatinya?" sambung Daniel santai. "Lagian Dera juga sukanya sama Bima, lo mah kalah jauh, Bay! Ngaca broh!"

Bersamaan dengan itu, lemparan botol air mineral tepat mengenai kepala Daniel. Cowok itu meringis kesakitan sambil mengelus kepalanya. "Sakit, tai!"

Seperti biasa, Bima hanya akan menjadi pendengar yang baik tanpa banyak ikut campur dengan urusan teman-temannya. Tapi ketika mendengar nama Dera disebut-sebut, membuat Bima benar-benar fokus tanpa ingin ikut bersuara.

PERFECT BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang