8. Kenyang

1.3K 332 73
                                    

Kamu itu mirip baksonya Mang Adi, bisa bikin aku kenyang.

Keadaan kelas memang terlihat sepi, karena sebagian siswa sudah berlari ke kantin setelah bel istirahat berbunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keadaan kelas memang terlihat sepi, karena sebagian siswa sudah berlari ke kantin setelah bel istirahat berbunyi. Kecuali Bima dan Dera yang malah berada di dalam kelas 12 IPA 1 ini.

"Pake ini." Bima menyodorkan jaket miliknya kepada Dera.

"Eng.." Dera mengerjap gugup.

"Pake ajah!"

Tidak mau mendapat masalah lebih besar, Dera memilih mengambil jaket itu dari tangan Bima. Jantungnya masih berdebar tidak karuan. Dera dapat merasakan panas pada wajahnya yang kini berubah menjadi merah.

"Kak, gue tau lo nolongin Dimas biar gue gak deket-deket sama Imam, tapi ucapan lo yang tadi kayaknya gak perlu."

"Yang mana?"

"Ya—ng ituh..."

"Bilang kalo lo cewek gue?" Dera mengangguk. "Kenapa?"

Dera menyelipkan rambutnya pada balik telinga dengan gaya centil namun penuh kegugupan. "Ya .. ya .. karena gue bukan pacar lo."

"Ya udah kalo gitu kita pacaran."

"Hah??" Mata Dera membulat sempurna, jantungnya berdegub cepat. Tunggu, apa yang baru saja Bima katakan? Ia tidak salah dengar bukan?

"Ma—maksudnya?"

Bima tersenyum, dan senyuman itu mampu menusuk jauh ke dalam relung hati Dera. "Lo pacaran sama gue!"

Dera membeku. Tidak! Dera mematung. Gadis itu seperti mendapat kutukan dari ibu malin kundang yang membuat dirinya membatu di depan Bima. Dera tidak bisa memproses kalimat itu dengan cepat. Ia takut jika habis ini Bunda datang dan menyiramnya, seperti mimpi-mimpi Dera sebelumnya.

Dera yakin jika ia tidak salah dengar. Pendengarannya masih cukup bagus. Setiap kata yang keluar dari mulut Bima juga masih bisa dimengerti olehnya. Namun, yang Dera tidak mengerti adalah tentang ucapan Bima yang menancap tepat di hatinya.

"Ka—kak, i—itu..."

"Gak mau?"

"Gue mau! Eh—" Dera sontak menutup bibirnya dengan telapak tangan. Ia memejamkan mata sebentar untuk menahan malu atas ulah mulut sialannya yang terlanjur jujur. "Maksud gue—"

Dera kini bisa melihat jika Bima sekarang sedang tertawa menatapnya. Tawa yang terlihat sangat meledek. Bima duduk di ujung meja dengan tangan dimasukan kedalam kantong celana. Terlihat makin tampan.

"Bu—bukan itu." Dera mengibas-ngibaskan tangannya ke depan. "Maksud gue, pacaran itu—" ditatap Bima dengan sorot mata seperti itu semakin membuat Dera kelabakan. Cowok itu menatapnya dengan sorot tenang, Dera bahkan tidak bisa mengartikan tatapan mata itu. "Maksud gue, pacaran kan harus sama-sama suka."

PERFECT BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang