1. Bima Satya Hartono

4.6K 487 75
                                    

Memangnya cinta harus butuh alasan?

Namanya, Dera Adinda Putri, usianya 16 tahun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Namanya, Dera Adinda Putri, usianya 16 tahun. Baru beberapa bulan yang lalu menyandang status sebagai seorang Siswi SMA di salah satu sekolah elit di daerah Jakarta. Dera itu bukan termasuk siswi yang populer di sekolahnya, tapi dia juga bukan cewek nerd yang sering di bully anak-anak nakal.

Dera tidak pintar, mungkin jauh dari kata itu. Dera bahkan berada di urutan ke sepuluh dari belakang di kelasnya. Seperti cewek-cewek modis lainnya, Dera juga sering memakai makeup dan seragam ketat ke sekolah. Tapi semua itu tidak juga membuat cowok pujaan hatinya melirik sedikit pun ke arahnya.

"Duh ... kenapa gue telat mulu sih," gerutunya saat melihat pintu gerbang sudah ditutup. "Mang Komar juga tumben gak kelihatan."

Mata Dera melirik ke arah pos satpam di dalam sekolah, celingak celinguk mengintip dari balik gerbang. Biasanya, setiap kali ia terlambat, Mang Komar selalu membantunya masuk dengan membukakan pintu gerbang, pastinya itu dilakukan tanpa sepengetahuan Guru Kedisiplinan.

"Rese nggak sih, gue belom ngerjain PR lagi!" Dera menggigit ujung kuku ibu jarinya sambil berpikir. Ia berusaha membuat otaknya berkerja lebih cepat untuk segera mencari cara bagaimana ia bisa masuk ke dalam tanpa ketahuan oleh guru-guru.

"Manjat tembok. Iya, gue harus manjat tembok," putusnya kemudian.

Di sebelah gedung sekolah ini ada jalan masuk yang sering ia dan anak-anak lainnya—jika sedang telatgunakan dalam keadaan terdesak seperti saat ini.

Melewati tembok itu bukan hal yang sulit untuk Dera, ia sudah tiga kali melakukannya. Mungkin jika di sekolah mengadakan ajang pemilihan ratu terlambat, Dera adalah pemenangnya. Sudah banyak sekali poin yang dilanggar oleh gadis itu, mulai dari terlambat datang ke sekolah sampai ketahuan tidur di kelas.

Dan untuk hari ini, ia kembali terlambat karena terlalu asik bermimpi bertemu dengan cowok pujaan hatinya di sekolah sehingga suara Bunda di depan pintu kamarnya tidak terdengar sama sekali.

Bunda Dera—Risa sampai bingung harus bagaimana lagi mencari cara untuk membangunkan anak gadisnya itu dengan mudah. Mulai dari menyuruhnya tidur lebih awal, sampai meletakan dua jam weker di atas tempat tidur. Namun, itu semua ternyata percuma, karena Dera adalah sleep lover, alias kebluk.

Setelah tiba di dinding sekolah, Dera melempar tas yang ia bawa melewati tembok hingga terlempar sampai ke dalam halaman sekolah, lalu memanjat dinding itu dengan menggunakan deretan kayu-kayu besar yang sengaja tersusun di sana untuk memudahkan anak-anak lain melewati tembok itu.

Dera mengintip sedikit, melihat sekitaran halaman belakang sekolah. Sangat sepi, mungkin seluruh murid sudah masuk ke kelas mereka masing-masing.

Tidak butuh waktu lama, Dera lalu memanjat tembok itu, mulanya dengan mengangkat kaki kanannya, lalu saat kakinya sudah masuk, Dera duduk sebentar pada pembantas dan mulai menaiki kaki kiri, kemudian lompat.

PERFECT BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang