Dera menyukai Bima-the most wanted di sekolahnya. Suatu hari ia tidak sengaja tertangkap basah oleh cowok itu sedang melompat pagar karena telat datang ke sekolah.
Sejak saat itu, pertemuan mereka semakin sering terjadi, di kantin, parkiran, lapanga...
Lo, kalo belom move on gak usah deket-deket cewek gue!!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hari senin, hari dimana semua orang terlihat begitu sibuk, hari yang dibenci oleh kebanyakan anak sekolah. Begitu pun Dera, buat ia hari senin itu seperti kutukan, karena gerbang sekolah akan ditutup lebih cepat lima belas menit untuk upacara bendera.
"Mang tunggu-tunggu!" teriaknya sebelum pintu gerbang benar-benar ditutup.
"Duh, Mbak Dera, hampir ajah telat lagi."
"Makasih ya, Mang," balas Dera dengan cengiran lucu.
Ini Mang Komar, asistennya Pak Muklis.
Pak Muklis itu guru kedisiplinan. Setiap pagi beliau bakalan berdiri di depan gerbang sekolah buat mengecek kelengkapan seragam semua murid. Pak Muklis selalu membawa tongkat ajaib, tongkat itu kecil, tapi bisa menjadi sangat panjang jika ia sedang marah.
"Pagi, Pak," sapa Dera saat hampir melewati tubuh Pak Muklis.
"Tumben gak telat." Itu sebuah pernyataan bukan pertanyaan.
"Alhamdullilah dong, Pak, harusnya."
"Paling disiram Ibu kamu bangunnya."
Dera menyengir. "Tahu ajah si Bapak. Ya udah saya masuk dulu ya, Pak."
Dera berjalan memasuki lapangan utama sekolah, dan itu dekat dengan parkiran. Sekolah ini memang memiliki dua lapangan. Lapangan utama digunakan untuk upacara, sedangkan lapangan kedua biasa digunakan untuk olah raga, seperti futsal dan basket. Padahal di dalam sekolah itu juga terdapat aula basket. Aula itu biasanya dipakai anak-anak basket berlatih.
"Ra!"
Dera tidak ingin menoleh. Hanya ada satu alasan Dimas memanggilnya dengan nama Dera, bukan unyil lagi seperti biasa.
"Ye ... pura-pura budeg lagi lo!" Dimas berdiri di depan Dera yang langsung membuat gadis itu berhenti. Wajahnya mendongak dengan mata melotot tajam.
"Ngapain sih, lo?" sentak gadis itu cepat.
"Biasa."
Dera mendesis, kesal sekaligus malas. "Bosen!"
"Galak banget adek gue." Dimas menyengir sembari mencolek dagu Dera yang langsung membuat gadis itu memukul tangannya.
"Udah tahu gue, kalo setiap berantem sama si Ana pasti minta tolongnya sama gue mulu!"
"Judes banget lo, kayak emak-emak yang lagi ditilang polisi." Dera mencebik. "Ke kelas gue bentaran napa, gue mau nitip buat Ana."
"Lo bisa gak kalo berantem jangan nyusahin orang!"