[Forth POV]
Aku melajukan motorku cepat, aku sudah berjanji dengan Mali hari ini untuk makan siang. Sial! Karena Pa aku harus menyetujui perjodohan ini. Bagaimana bisa aku meninggalkan Beam? Salahku yang tidak memberitahu Pa kalau aku dan Beam memiliki hubungan! Arggh, sial!. Ponselku berdering, mungkin dari Mali pikirku. Aku mengabaikannya saja. Aku telah sampai di Siam Centre, aku bergegas masuk ke dalam dan menuju restoran jepang yang dipilih Mali. Aku mengecek pesanku, pesan dari Beam,
"Hai hunny, jangan lupa makan. Teruslah sehat. Aku mencintaimu"
Aku tersenyum, nanti saja kubalas sekalian kutelepon pikirku. Aku bergegas masuk ke dalam restoran jepan itu, aku melihat Mali berdiri dengan senyuman manisnya. Aku akui Mali adalah wanita sempurna yang baik hati, tapi Beam lebih dari segalanya. Aku membalas senyumnya, tak selang beberapa lama seorang pemuda berdiri dihadapan Mali dan menoleh,
"Forth!" ucap Beam kaku
Aku terdiam, rasanya malu tertangkap seperti ini. Aku mengepalkan tanganku. Sial, aku harus memberi penjelasan yang panjang. Aku mendekati mereka berdua, Mali menatap kami berdua dengan heran,
"Kalian sudah saling kenal?" Tanya Mali
"Yah, kami teman sejak Mahasiswa Baru" ucap Beam dengan bergetar
"Oh baguslah, kita bisa ngobrol dengan nyaman kalau begitu" sambung Mali
Aku hanya terdiam, entah apa yang bisa aku perbuat. Suara Beam tadi sangat bergetar menggambarkan begitu sakitnya. Aku tidak bisa menahan diri untuk mengutuk kebodohanku kali ini. Beam dengan mata berkaca-kaca dan senyum terpaksa mengikuti kami dan duduk bergabung dengan kami, karena paksaan Mali,
"Oh ya Beam, bagaimana Forth menurutmu?" Mali antusias
"Em, dia baik" singkat Beam
Aku menatap Beam lekat, matanya jelas terluka. Bibirnya terus digigit untuk menahan rasa sakitnya. Aku sangat benci situasi ini.
"Hehehe, Oh ya Beam. Kau mau tahu kenapa Aku dan Forth bisa kencan?"
"....." tidak ada jawaban dari Beam hanya sebuah anggukan
"Aku dan Forth bertemu saat Ayah dan Pa Forth mempertemukan kami di Kantor Militer Phuket. Dari situlah Ayah dan Pa sepakat untuk menjodohkan kami, mereka tidak memaksa hanya saja mereka menyarankan untuk jalan bersama siapa tahu kami jodoh, heheh" senyum Mali
"Oh, kalian sangat serasi" ucap Beam dengan menahan air matanya
"Oh ya Forth menurutmu, Beam setuju tidak jika aku menjadi pacarmu?"
Aku tercekat, pertanyaan yang gila. Aku tidak bisa menjawabnya, aku memilih berkelahi dengan 100 bajingan daripada menajwab pertanyaan Mali yang satu ini. Aku menggedikkan bahuku sebentar dan menatap Beam lekat, aku minta maaf sayang.
"Kau Tanya saja padanya langsung" singkatku dengan mengepalkan tanganku
"Oh ya Beam, kau setuju?"
Aku melihat Beam dengan penuh pengharapan, bahwa dia akan menolak menjawabnya. Dan benar saja,
"Maaf, mali aku harus ke toilet" putus Beam dan segera menuju toilet.
Aku menatap punggungnya lekat sampai hilang dibalik tembok, aku masih melihat Mali. Aku juga permisi ke toilet, aku harus berbicara dengan Beam. Harus!
****
[Author POV]
Beam dengan tangan terkepal masuk kedalam toilet dengan tangis yang sudah hamper pecah, dia menelungkupkan wajahnya agar air matanya tidak terjatuh kali ini. Tapi sakitnya sangat dalam, Beam akhirnya menyerah dan mulai terisak, dia tidak pernah membayangkan akan berada pada situasi seperti ini. Dia benar-benar kalah telak dan apa maksud Forth dengan semua ini? Apa Forth berpikir Beam hanya permainan, semua pertanyaan muncul dalam kepala Beam, dan membuat Beam semakin terisak. Beam menatap dirinya dicermin dan mulai menyapu air matanya, baru saja dia membersihkan tangisnya, sepasang tangan kekar memeluknya hangat dari belakang, siapa lagi kalau bukan Forth.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected (ForthBeam FF) [END]
FanfictionSemuanya tak terduga, pertemuan, cinta, kehidupan, perselingkuhan, restu, masa depan. semuanya akan dihadapi Forth dan Beam secara bersama-sama. Mampukah?