[Beam POV]
Sudah sekitar lima tahun terakhir aku menghabiskan waktuku untuk mengabdi menjadi dokter di daerah ini, aku salah satu dokter relawan di pasukan perdamaian ini. Aku awalnya sangat susah beradaptasi dengan lingkungan yang begitu mengerikan, dentuman bom, suara tembakan, anak-anak menangis, orang tua yang histeris, dan banyak potret memilukan karena perang yang terjadi. Ma dan Pa selalu menelepon hampir tiap hari, tapi kantong rinduku belum kunjung penuh, hatiku masih ingin tinggal dan tetap mengabdikan diriku pada korban-korban perang yang tidak bersalah.
Sore ini, suara-suara gemuruh sudah berkurang dan perlahan hilang ketika malam menyapa. Jelas, kali ini aku duduk di samping tenda kesehatan sambil menatap matahari terbenam. Jika kau bertanya, bagaimana perasaanku sekarang dengan Forth, yah mungkin jawabanku akan tetap sama, aku belum memutuskan apa-apa, itu menurut egoku, tapi hatiku terlalu lemah untuk mengingat setiap kenangan kami berdua, tapi kalian tahu kan, Beam yang sekarang lebih mementingkan ego kali ini.
"Hai, melamun lagi?" Dokter Pui mendekat dan memukul pundakku pelan
"Tidak, hanya menikmati matahari terbenam" ucapku dan memandangnya yang kini duduk disampingku
"Menyerahlah Beam, sampai kapan akan terus begini?" Pui menatapku dalam
"Aku sedang tidak berjuang atau menghindar Pui" aku menghela napas pelan
"Kau tidak pandai berbohong, kita sudah lama bersama dr. Beam!"
"Ah, aku tidak mau membahasnya Pui" aku mengalihkan wajahku memandang bangunan-bangunan rusak yang menghitam karena bekas ledakan bom
"Terserahlah tapi aku ingin memberitahumu sesuatu, salah satu anak Jederal Jaturapoom akan menikah" Jelas Pui mengikuti pandanganku
"Oh berita baik" aku tersenyum meski terasa sedikit sakit di dadaku
"Jangan sampai kau menyesal dengan keputusanmu Beam" tutup dr. Pui berdiri dan meninggalkanku
Kata-kata dr. Pui terus berputar di kepalaku, apakah benar aku terlalu ego hingga aku melukai hatiku sendiri? Apakah benar aku hanya menggunakan logika tanpa melihat perasaanku yang sakit ini? Aku tidak tahu, aku tidak ingin kembali menjadi Beam yng menyusahkan semua orang, aku ingin menjadi Beam yang baru tanpa dihantui masa laluku, tapi apakah ini mengubah aku secara utuh? Apakah sekarang aku adalah orang baru? Semuanya berputar di kepalaku saat ini.
Aku menatap jingga matahari yang kini mulai temaram dan sebentar lagi akan tenggelam, aku menghembuskan nafas pelan, aku bangkit dan bermaksud kembali ke barak istirahat paramedis. Aku beranjak dan berjalan pelan sambil menunduk berpikir keras tentang hatiku yang kini bertentangan dengan otakku. Aku terlonjak kaget ketika menabrak seseorang,
"Maaf." Refleksku sambil mengatupkan kedua tanganku dan menunduk pelan
"Tidak apa dokter, kau melamun lagi dr. Beam?" ucap pria tinggi dihadapanku
"Oh, Kolenel Simon, maaf tadi aku sedang tidak fokus" aku mengelak
"Baiklah, tapi jawab dulu pertanyaanku dr. Beam"
"Oh tidak melamun, hanya tadi terlalu terpaku melihat matahari terbenam" alibiku
"Sebaiknya kau kembali ke Barak dr. Beam, tapi apakah aku boleh bertanya?"
"mmmm, sebaiknya kita kembali hari sudah gelap" aku mencoba mengalihkan perhatiannya untuk tidak membahas kejadian itu lagi
"dr. Beam, apakah sudah ada jawaban untukku?" ucapnya dengan lancar
"mmm, aku belum bisa menjawabnya Simon, beri aku waktu beberapa hari lagi" ulurku
"berapa hari tepatnya?" desaknya
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected (ForthBeam FF) [END]
FanficSemuanya tak terduga, pertemuan, cinta, kehidupan, perselingkuhan, restu, masa depan. semuanya akan dihadapi Forth dan Beam secara bersama-sama. Mampukah?