5-GILANG

2.8K 185 1
                                    

warning! part ini pendek dan mungkin gajelas. ini bener2 baru bgt dibuat dan blm aku baca lagi... but hope you guys enjoy it!

---

Mataku tertuju kearah kotak beludru berbentuk balok gepeng. Kotak itu adalah kotak yang berisi undangan pernikahan Jasmine, mantan istriku.

Iya, undangannya semewah itu. Nggak seperti waktu pernikahan kami. Undangannya hanya kertas yang dilapisi plastik. Sudah, sesederhana itu.

Aku sama sekali tidak menyentuh pekerjaanku. Tidak menyentuh berkas yang harus kutandatangani karena akan dibawa ke perusahaan lain untuk penawaran kerja sama. Sama sekali tidak. Sejak tadi pagi, yang aku kerjakan setelah aku masuk keruanganku ; hanya memandangi kotak itu dan melamun. Masih terekam jelas saat Jasmine mengantarkan undangan ini semalam, waktu Jeje sudah tidur.

"Lang, ini undangan pernikahanku dengan Mas Arga," Jasmine meletakkan sebuah kotak beludru berwarna salem diatas meja ruang tamuku. "Jeje mana?"

"Udah tidur." aku mengambil kotak itu dan kubuka pelan-pelan. Didalamnya sudah ada undangan, denah lokasi, dan kartu VVIP.

"Kamu udah ngomong ke Jeje kan, Lang?" Jasmine kembali bertanya. Kali ini dengan raut yang agak cemas.

Aku mengangguk dua kali. Kulihat wajah Jasmine memancarkan kelegaan yang amat sangat. "Terus, dia bilang apa?"

Aku terdiam. Bingung harus jujur atau enggak.

"Dia minta aku untuk menikah lagi."

1 detik...

2 detik...

3 detik...

"Demi apa, Lang? Jeje minta kamu untuk menikah lagi?"

Aku terdiam. Nggak menjawab pertanyaan Jasmine sama sekali. Aku yakin banget dia juga setuju 1000% sama Jeje dan Mami. Kan mereka satu komplotan. Cih.

"Bagus, dong. Pasti Mami juga ngerestuin kan?" Jasmine tersenyum menang. Ia memang masih memanggil Mamiku dengan sebutan Mami.

Kalaupun aku berubah pikiran untuk menikah lagi pun, apa ada perempuan yang mau sama duda satu anak sepertiku? Aku rasa enggak.

"Nggak usah khawatir, Lang. Kamu itu tampan. Pasti banyak yang mau sama kamu. Kalaupun nggak mau, yah... Seenggaknya kamu kan punya uang banyak." Jasmine terkikik geli.

Aku memelototkan mataku. Maksudnya kalau nggak ada yang mau sama aku, aku masih punya uang banyak untuk memincut hati wanita-wanita matrealistis diluar sana? Yang benar saja!

"Aku nggak se-nggak laku itu." kataku kesal. "Lebih baik kamu pulang aja sana, daripada bikin aku makin kesal dan naik darah."

Jasmine nyengir. "Iyaaa iyaaa, Pak! Takut, ah. Pak Bos udah murka. Pulang dulu ya, Lang. Aku tunggu kamu besok di pernikahanku sambil bawa calon istri!"

Jasmine langsung terbirit menuju pintu keluar ruanganku sebelum kusemprot.

Sialan.

-

Aku berlari kecil menuju gerai kopi 24 jam. Hujan sore ini membuatku nggak tahan berlama-lama di kantor, sehingga aku memutuskan untuk pulang kerumah Mami, menjemput Rajendra.

"1 Ritstretto Bianco. Ventie, less sugar." Pesanku kepada barista bahkan sebelum dia bertanya.

"Atas nama siapa, Kak?"

The Distance Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang