4-KATYA

3.3K 195 3
                                    

Bang Regan kembali membuatku kesal. Yah, gimana nggak kesel? Orang baru juga tidur 15 menit, tiba-tiba disuruh bangun cuma buat misahin kucing kawin di depan rumah. Ya Allah, padahal aku aja nggak tau itu kucing siapa. Seenak jidat kawin di depan rumah.

"Kaaat,"

Nah, kan. Baru juga diomongin, udah manggil lagi. Aku sengaja nggak menjawab panggilan Bang Regan. Soalnya aku tau pasti dia bakal nyuruh aku untuk ngelakuin hal yang nggak penting lagi. Hah, enak aja. Aku kan mau pergi ke surga duniaku.

"Katya, dipanggil Abang kok nggak jawab, sih? Nggak sopan kamu ya." Bang Regan memasuki kamarku yang memang sengaja kubuka. Matanya memicing kearahku yang sedang berada di meja rias. Memoles bibirku dengan lip cream.

"Mau kemana?"

Aku menoleh kearah Bang Regan. "Kepo, deh. Kayak dora."

Dengan segera, aku menata kembali dan meneliti kembali penampilanku. Kulot navy tiga perempat dipadukan dengan blouse putih se-siku. Rambutku sengaja aku cepol asal yang membuat beberapa anak rambutku jatuh. Kayaknya udah, deh. Udah pas. Oke, sip.

"Mau kemana, Katya?"

Oiya, aku sampai melupakan fakta bahwa Bang Regan masih berada dikamarku. Aku meringis, "biasa, Bang. Kalau aku nggak ada jadwal ngampus, Bang Regan pasti tau aku kemana."

Bang Regan menganggukkan kepalanya, ia berjalan kearah pintu kamarku. "Yaudah, jangan pulang kemalaman. Kamu bawa kunci aja, takutnya Abang nanti ngelembur kantor."

Aku mengangguk, lalu berjalan keluar menyusul Bang Regan setelah aku menutup pintu kamar dan mengambil kunci rumah. Bunda memang lagi pergi ke Banjarmasin, nengokin Ayah yang kerja disana.

"Abang, Katya berangkat dulu, ya. Assalamualaikum!" Aku mencium tangan Bang Regan beserta pipi kanan dan kiri, lalu segera masuk kedalam mobil.

Aku menyalakan lagu melalui bluetooth. Berharap hari ini akan berjalan mulus, bebas, tanpa hambatan.

Iya, kan?

-

"Kak Katyaaaa!"

"Asyiiik Kak Katya dateng!"

"Kak Katya, bawa mainan untuk Dio kan?"

"Kak Katya, Sisil kangeeen,"

Aku tersenyum sehangat mentari pagi ini. Hatiku ikut menghangat mendengar sambutan mereka. Bocah-bocah kecil itu segera berhamburan menujuku yang baru saja membuka bagasi mobil. Mereka langsung memeluk kakiku erat.

"Kak Katya juga kangen banget sama kalian... Kak Katya ada mainan, tapi masuk dulu, yuk!" ajakku seraya membawa satu kardus berisi mainan dan baju-baju kedalam rumah itu.

Setelah aku selesai menaruh kardus yang kubawa, mereka langsung mengerubungi kardus itu. Seolah ada jiwa baru yang berada disana. Aku tersenyum, lalu berjalan menuju mobilku untuk mengambil kardus lain yang juga berisi pakaian layak pakai.

"Katya.."

Aku menoleh. Sudut bibirku tertarik keatas. Kulihat Bu Tati, pemilik rumah ini berjalan kearahku. Aku segera menyalami tangan Bu Tati yang mulai keriput.

"Assalamualaikum, Bu."

"Waalaikumsalam," Bu Tati mengambil alih 1 kardus dari tanganku. Ia segera berjalan mendahuluiku sebelum aku menarik kembali kardusnya.

"Maaf Bu, Katya baru sempet kesini." Aku duduk disebelah Bu Tati. Kursi rotan yang selalu menjadi favoritku masih saja bertahan di ruang tamu rumah Bu Tati. "Katya lagi ngurusin skripsi, Bu. Makanya jarang-jarang kesini. Alhamdulillah ini tinggal sidang aja. Minta doanya ya, Bu."

The Distance Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang