19-GILANG

1.7K 142 5
                                    

Jihan datang kekantorku tanpa ada janjian sebelumnya. Dia juga mengajakku makan siang dan sekalian membawakan makanannya. Dan terlebih, Jihan datang sewaktu Katya berada di ruanganku.

Aku tau Katya mungkin belum sepenuhnya masuk kedalam pelukanku, tapi seenggaknya aku juga tetap harus menjaga perasaan dia, kan? Terlebih kami akan segera menikah. Dia calon istriku sekarang, dia harus kulindungi dan aku istimewakan sekarang.

Aku melirik layar ponselku yang tiba-tiba menyala, menandakan ada pesan masuk. Aku meletakkan pulpenku dan mengambil ponsel.

Jihan Risyani : mas Gilang, ada dikantor? aku boleh kesana?

Aku mengernyitkan dahiku. Tumben, Jihan mengirimkan aku pesan. Baru saja aku mau membalas pesannya, dia sudah keburu menelponku.

"Ya, halo?"

"Mas ada dikantor, kan? Aku boleh kesana ya?"

"Ya, saya ada dikantor. Tapi saya sibuk, mungkin lain kali saja ya, Ji."

"Eh, ta-tapi ini aku sekalian mau antar titipan Ibu."

Aku diam sebentar. Nggak biasanya Bu Nirah menitipkan sesuatu kepada Jihan. Biasanya beliau langsung memberikannya sendiri kepadaku.

"Gimana, Mas?"

"Ya udah."

Terdengar suara pekikan di seberang sana. "Oke, Mas. Ini aku bentar lagi sampai."

Aku mematikan sambungan telepon kami, lalu melanjutkan mengurus segala macam berkas-berkas dan laporan yang masuk.

"Mas Gilang..." Aku mendongak, menoleh kedepan. Jihan tampak datang mengenakan pakaian ketat seperti biasanya.

"Kamu mau kasih titipan Ibu apa?" tanyaku langsung tanpa basa-basi.

Jihan mengangkat sebelah tangannya yang membawa paper bag dari sebuah butik batik ternama. "Mau kasih ini, biar nggak bosan baju Mas kemeja terus. Hahaha,"

Aku agak terkejut. Nggak biasanya Bu Nirah membelikan aku batik.

"Oh, oke. Taruh di meja situ aja."

Jihan mengangguk, lalu berjalan menuju meja yang kumaksud.

"Udah selesai, kan? Kamu boleh pulang, kalau gitu."

Spontan, Jihan menatapku terkejut. "Lho, Mas. Kan Jihan baru sampai, masa udah disuruh pulang?"

Aku menatapnya datar. "Tadi kamu bilang hanya mengantarkan titipan Ibu. Udah sampai kan sekarang di tanganku? Kalau gitu urusannya udah selesai."

Bukannya berjalan menuju pintu keluar, Jihan malah berjalan menuju kearahku, lalu duduk didepan mejaku. Dia menumpu tangannya di dagunya, lalu menatapku intens.

"Kemarin yang ada disini sama Mas Gilang itu, Pak Regan bukan sih, Mas?"

Aku mengangguk. Tanpa melirik kearahnya sedikitpun.

"Kalau perempuan yang kemarin itu, calon istrinya Pak Regan, ya?"

Aku mengernyitkan dahiku, lalu menatapnya. "Perempuan?"

Jihan mengangguk. "Iya. Kemarin dia ngajak Jihan kenalan, kalau nggak salah namanya Katya apa ya?"

"Oh." Aku kembali memusatkan konsentrasiku pada setumpuk pekerjaan dihadapanku. "Katya calon istri saya. Dia adiknya Regan."

"Hah!?"

Aku berjengit kaget. Kupingku sedikit berdengung.

"Tapi mereka nggak mirip, kok!"

The Distance Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang