“Misi kita semakin dekat,” gumam Arik.
Arik pun menuju ke meja rapat. Di sana, ia kembali berbicara dengan Robin dan Opelia melalui hologram.
“Kurasa kita semakin dekat dengan misi kita,” ucap Arik.
“Ya, kita sudah mengetahui semuanya. Pesan yang diterima Zoya adalah sebuah ancaman bagi kita. Tetaplah berhati-hati,” jawab Opelia.
Arik mengangguk. Ia pun melihat Robin yang dari tadi hanya diam sambil menyilangkan kedua tangannya tepat di depan dada.
“Kenapa kau diam saja?” tanya Arik kepada Robin.
“Dia tidak hanya sekedar sebuah ancaman bagi kita. Tetapi, dia adalah musuh bebuyutan kita. Aku tak yakin, Zoya bisa menyelamatkan kita. Menurut cerita Tuan Alexis, ia hanya bisa dikalahkan oleh dua faktor yaitu yang pertama Tuan Alexis sendiri dan yang kedua adalah...,” ucapan Robin menggantung.
Arik dan Opelia penasaran dengan ucapan Robin yang menggantung.
“Cepat katakan!” suruh Opelia.
“Gabungan antara dua kekuatan di bumi. Jangan tanya padaku, aku juga tidak tau mengenai itu,” lanjut Robin.
“Oh ya, menurut cerita Tuan Alexis, jika sebuah ancaman sudah diluncurkan, itu berarti tak lama lagi kita akan berperang,” sahut Opelia.
Berperang? Gabungan antara dua kekuatan? Apa maksud dari semua ini? Zoya saja belum sepenuhnya mengusai kemampuannya sendiri, batin Arik.
Zoya yang masih pingsan itu, rupanya mengetahui isi pikiran Arik. Bahkan ia bertanya pada dirinya sendiri, apa maksud dari semua ini?
Apapun yang akan terjadi, aku siap menerima resikonya, walaupun itu nyawaku yang sebagai taruhannya, batin Zoya mengirim pikirannya pada Arik.
“Zoya...,” gumam Arik tertegun.
“Ada apa dengan Zoya?” tanya Opelia.
“Di-dia mempertaruhkan nyawanya demi menyelamatkan generasi kita,” ucap Arik pelan.
Robin dan Opelia terbelalak kaget mendengar jawaban dari Arik.
“Dia mengirimkan pikirannya padamu?” tanya Opelia tidak percaya.
“Kekuatannya semakin kuat,” gumam Robin.
Arik hanya tertunduk lemas. Ia tak menyangka bahwa adiknya rela mati demi menyelamatkan keluarganya.
Mereka bertiga sama-sama terdiam hanyut dalam pikirannya masing-masing. Hingga pada akhirnya, Zoya yang telah sadar memecahkan keheningan itu.
“Aku tidak apa-apa,” ucap Zoya.
Mereka bertiga menoleh ke arah Zoya, sedangkan Arik segera berlari memeluk tubuh mungil adiknya itu.
“Pasti ada cara lain,” bisik Arik.
Zoya menggelengkan kepala. “Ini sudah menjadi takdirku. Menyelamatkan dunia, termasuk keluargaku sendiri. Aku rela mati, asalkan kalian aman,” ucap Zoya.
Mereka semua terharu mendengar ucapan adik bungsunya ini. Ia memang terlihat seperti wanita rapuh, namun hatinya sangatlah kuat melebihi apapun.
“Sekarang kalian istirahat, ya. Tidak usah memikirkanku. Aku akan menyelamatkan kalian semua. Tapi ingat, don’t call me hero,” ucap Zoya sambil tersenyum.
Mereka bertiga paham. Jika Zoya sudah berbicara seperti itu, mereka harus melakukannya.
Robin dan Opelia kembali menjaga keluarganya di Indonesia. Sedangkan Arik, ia berusaha untuk bisa tertidur malam ini. Tetapi, tidak dengan Zoya.
Zoya malah merenung dalam kamarnya.
Jika sebuah ancaman sudah diluncurkan, itu berarti kita akan berperang tak lama lagi. Apa yang harus kulakukan? Haruskah aku berjuang sendirian? batin Zoya.
Pikirannya kini penuh tentang sebuah ancaman misterius itu. Pasalnya, ia belum mengetahui secara pasti musuh bebuyutannya. Ia juga sadar, bahwa ia belum sepenuhnya menguasai seluruh kemampuannya.
“Lebih baik aku tidur untuk memulihkan tenagaku. Besok ada jam tambahan di sekolah,” gumam Zoya lalu pergi tidur.
Keesokan harinya, Zoya berangkat sekolah agak siang. Ini dikarenakan ia harus mengisi penuh tenaganya. Jaga-jaga jika ia harus berperang saat itu juga.
“Zoya!” panggil Anas.
Itu Anas! Kamu harus menjauhinya, batin Arik pada Zoya.
Tapi terlambat, Anas sudah terlanjur menyamakan langkahnya seperti Zoya. Tidak mungkin jika Zoya harus menghindarinya.
“Tumben berangkat siang?” tanya Anas.
“Ini masih jam tujuh,” jawab Zoya.
“Kenapa sih, kamu jutek banget sama aku?” tanya Anas lagi.
Haduhh... harus jawab apa nih? Nggak mungkin kalo jawab sejujurnya, batin Zoya bingung.
“Zoya!” panggil Jasmine, tepat saat Zoya akan menjawab pertanyaan Anas.
“Aku dipanggil Jasmine, aku pergi dulu,” ucap Zoya lalu pergi menghampiri Jasmine.
Syukurlah Jasmine memanggilku, batin Zoya.
“What’s wrong?” tanya Zoya.
“Can you help me? I have a problem,” ucap Jasmine.
“What is that?” tanyaku penasaran.
“I got a terror last night. He will kill me and my family. Help me, please...,” ucap Jasmine sedikit berbisik pada Zoya.
“I will help you,” jawab Zoya santai.
Jasmine nampak kegirangan dan memeluk Zoya dengan erat. Entah dari mana, Zoya mampu membaca masa depan Jasmine. Ia melihat bahwa ke depannya Jasmine dan keluarganya tidak apa-apa, hanya saja mereka dikurung.
Jasmine dikurung? Atas dasar apa? batin Zoya.
“Thank you very much,” ucap Jasmine sambil melepaskan pelukannya.
“You are welcome,” jawab Zoya.
Jasmine pun berpamitan untuk mendahului Zoya memasuki kelas.
Kenapa kamu menolongnya? Kamu sedang dalam bahaya, batin Arik.
“I am a Zoya Alexis. My job is saving the world,” bisik Zoya pada Arik.
Arik hanya diam tak menjawab bisikan Zoya. Ia tahu, jika ia terus menjawabnya, akan ada debat yang panjang.
Zoya pun memasuki kelasnya, mengikuti pembelajaran seperti biasa. Tiga jam pun berlalu, sekolah telah usai. Zoya langsung pulang ke rumahnya.
“Zoya!” panggil Anas lagi.
Percepat langkahmu, Zoya. Berpura-puralah tidak mendengar panggilannya, batin Arik kepada Zoya.
“Shut up! Biarkan aku membaca pikiranku sendiri,” bisik Zoya pada Arik.
Zoya pun berbalik menghadap Anas dan tersenyum ke arahnya.
“Kamu belum menjawab pertanyaanku tadi,” ucap Anas.
“Pertanyaan yang mana?” tanya Zoya berpura-pura lupa.
“Yang itu... kenapa kamu jutek sama aku,” ulang Anas.
“Lagi nggak mood aja,” jawab Zoya singkat.
“Bagaimana kalo kita jalan-jalan?” tawar Anas.
Zoya menyetujuinya. Mereka pun berjalan mengelilingi taman. Tiba-tiba, ancaman itu muncul kembali.
“Aku melihatmu!”
Suara itu lagi. Kenapa Anas tidak mendengarnya? Apa itu hanya firasatku? batin Zoya.
“Aku akan terus memantaumu, dimana pun kamu berada. Selama dendamku belum terbalaskan, aku akan mengawasimu.”
*to be continued....
KAMU SEDANG MEMBACA
Zoya Alexis [TAMAT]
FantasyAnak ini ditakdirkan untuk menyelamatkan dunia dan memiliki kemampuan istimewa. Itulah aku, Zoya Alexis. Start at 5 Maret 2018 Finish at 15 Juni 2018 #523 - Fantasy (24/04/2018)