“Huftt... sekarang Kepala Divisi menginginkanku untuk pulang lebih awal,” gumam Anas kesal.
Ia pun mengikuti pembelajaran seperti biasanya. Setelah pelajaran selesai, ia segera pulang sesuai perintah dari Kepala Divisi.
“Bagaimana sekolahmu sekarang?” tanya Kepala Divisi.
“Kenapa bertanya seperti itu? Biasanya anda cuek dengan sekolah saya,” ucap Anas.
“Heh! Kamu itu berbicara dengan Kepala Divisi, jangan sembarangan ngomong kamu!” hardiknya.
“Saya hanya mengatakan fakta,” jawab Anas ringan.
“Diam! Sekarang ambilkan buku yang biasanya di ruang bawah tanah!” suruhnya.
Anas langsung berbalik tanpa menjawab suruhan kepala divisinya itu. Ia segera meluncur ke ruang bawah tanah.
“Anas! Ambilkan buku itu. Anas! Pulang cepat. Anas! Belikan ini. Huh!” gumam Anas sambil mencari buku dari salah satu rak buku di sana.
Pluk! Segulung kertas terjatuh saat Anas menarik sebuah buku. Ia memungut gulungan kertas itu dan membaca isinya.
Akan ada masanya sang penghianat, bersatu, mengalahkan sang raja.
“Penghianat bersatu mengalahkan Raja? Apa maksudnya?” gumam Anas.
***
Thanatos atau biasa dipanggil Anas. Ia dilahirkan di keluarga yang kurang harmonis.
Anas selalu dibedakan dengan kakaknya, bahkan dengan adiknya sendiri juga dibedakan. Seakan-akan, Anas adalah anak pungut.
Ia tak pernah mendapatkan kasih sayang dari keluarganya. Bahkan dia dianggap sebagai pembantu dikeluarga itu.
Ia sering meluapkan kekesalannya pada sebuah dinding hingga tangannya membiru.
Namun, tepat di usianya yang ke-10. Saat ia memukul dinding itu lagi, ia tak merasakan sakit. Bahkan dindingnya terlihat sedikit remuk.
“Kenapa tanganku tidak sakit?” gumam Anas.
Anas selalu menanyakan hal yang sama setelah memukul dinding. Ia merasakan adanya suatu keanehan yang terjadi, tetapi dia belum menyadarinya.
Anas juga tidak berani menanyakan hal itu pada orang tuanya. Pasalnya, orang tua Anas sangat tertutup pada dirinya.
Seiring bertambahnya umur, penderitaan Anas bertambah. Ia benar-benar tak dianggap seperti anak, melainkan seorang pembantu.
Bahkan dalam keluarganya tidak ada sebutan orang tua maupun saudara. Keluarga itu memiliki nama seperti pengurus pada sebuah organisasi.
Misalkan, seorang ayah malah disebut ketua. Seorang ibu disebut sekretaris.
Karena hal itulah yang membuat Anas semakin membenci keluarganya.
Ia tak mengerti jalur hidup keluarganya. Bahkan kehidupannya sendiri, ia tak tahu.
Hingga pada akhirnya, Anas menyadari sesuatu pada dirinya.
***
Anas masih memperhatikan kertas itu. Ia mencermati satu per satu huruf yang tertera di sana.
“Akan ada masanya, berarti ada waktunya sendiri. Entah itu sekarang atau esok. Sang penghianat, maksudnya gimana?” gumam Anas.
“ANAS!!!” teriak Kepala Divisi.
Anas yang mendengar teriakan itu segera meletakkan gulungan kertas itu dan segera menuju menghadap Kepala Divisi.
Tiba di sana, Anas segera memberikan buku tersebut kepada Kepala Divisi.
“Ini bukunya,” ucap Anas.
Kepala Divisi itu menerimanya dengan kasar lalu mengusir Anas untuk segera keluar.
Dasar tak tahu diri, batin Anas.
Anas pun melangkahkan kakinya pergi keluar dari rumah. Ia berjalan tanpa arah. Namun, tiba-tiba dirinya melihat sosok yang pernah bersama Zoya.
“Hai, Kak!” panggil Anas.
*to be continued....
KAMU SEDANG MEMBACA
Zoya Alexis [TAMAT]
FantasyAnak ini ditakdirkan untuk menyelamatkan dunia dan memiliki kemampuan istimewa. Itulah aku, Zoya Alexis. Start at 5 Maret 2018 Finish at 15 Juni 2018 #523 - Fantasy (24/04/2018)