Keesokan harinya, Anas menghampiri rumah Zoya. Arik tidak memberitahu Zoya karena dia masih dalam proses pengisian tenaga.
Zoya sempat terkejut saat Anas akan mengetuk pintu rumahnya. Untung saja, Zoya tidak refleks mengeluarkan kemampuannya.
"Kenapa kau di sini?" tanya Zoya.
"Untuk menjemputmu. Aku ingin berangkat bersamamu," jawab Anas senang.
Dia benar-benar penguntit. Aku harus berhati-hati, batin Zoya.
"Baiklah," jawab Zoya singkat.
Mereka pun berangkat ke sekolah bersama. Tidak ada pembicaraan sama sekali, hanya saja Anas sering mencuri perhatian ke arah Zoya.
Kenapa orang ini curi-curi pandang? Mencurigakan, batin Zoya.
"Kenapa kau curi-curi pandang?" tanya Zoya kepada Anas. Tetapi, pandangannya masih lurus ke depan.
"Eh, ti-tidak," jawab Anas gelagapan.
"Kau berbohong," ucap Zoya lalu menatap tajam Anas.
"Baiklah... Aku memang tidak pandai berbohong menutupi sesuatu darimu. Habisnya kamu dingin banget sih," ucap Anas jujur.
"Oh...." Zoya hanya memasang wajah datar.
Cuman oh doang? Aelahh... Mendingan tadi aku bohong aja sekalian kalo tahu jawabannya gini, batin Anas kesal.
"Udah sampe sekolah," gumam Zoya mulai cemas.
Dia takut peristiwa kemarin terjadi lagi. Pasalnya, ia benar-benar belum siap. Badannya masih terasa sakit jika dipaksa untuk mengeluarkan kemampuannya.
Kuharap, hari ini tidak akan ada perang lagi, batin Zoya.
Firasat Zoya ternyata benar. Selama pembelajaran berlangsung, tidak ada tanda-tanda datangnya musuh Zoya.
Setidaknya hari ini Zoya bisa bernafas lega, tapi entah untuk besok atau lusa.
"Kenapa wajahmu terlihat cemas? Ada yang ketinggalan?" tanya Anas.
"Tidak. Aku hanya teringat keluargaku di Indonesia," jawab Zoya berbohong.
"Oh... Aku tahu bagaimana rasanya. Ngomong-ngomong, kau mau mendengar suatu rahasia dariku?" tawar Anas.
"Bukan rahasia lagi jika kau menceritakannya," jawab Zoya terkekeh kecil.
"Aku suka senyummu. Terlihat cantik," ucap Anas spontan.
Zoya terperanjat kaget mendengar pujian itu. Baru kali ini, ia mendapat pujian dari orang baru yang menjadi temannya itu.
"Terima kasih," ucap Zoya lalu tersenyum kembali.
"Hm... Sebenarnya rahasiaku cukup familiar dikalangan para artis Indonesia," ucap Anas.
"Apa itu?" tanya Zoya penasaran.
"Aku dilahirkan dikeluarga yang tidak harmonis. Aku ingin merasakan kasih sayang dari orang tua. Sampai-sampai, aku ingin membunuh mereka saja," jelas Anas.
"Heh! Jangan! Itu dosa, kamu tidak akan kuat. Biar aku saja," sahut Zoya.
"Kamu seperti film Dilan. Bahasamu kaku dan kamu cocok mengatakan quotes tadi," ucap Anas.
"Memang sudah menjadi takdir. Aku pulang duluan," pamit Zoya lalu masuk ke rumah.
Anas hanya tersenyum melihat Zoya yang semakin akrab dengan dirinya. Zoya sendiri merasa nyaman apabila di dekat Anas.
“Sudah pulang?” tanya Arik tiba-tiba.
“Kak Arik lihat sendiri, kan? Aku sudah ada di rumah, berarti aku sudah pulang. Minggir, aku mau mengisi tenagaku dulu,” jawab Zoya lalu pergi.
*to be continued....
KAMU SEDANG MEMBACA
Zoya Alexis [TAMAT]
FantasyAnak ini ditakdirkan untuk menyelamatkan dunia dan memiliki kemampuan istimewa. Itulah aku, Zoya Alexis. Start at 5 Maret 2018 Finish at 15 Juni 2018 #523 - Fantasy (24/04/2018)