6. Meet Him Again

477 42 3
                                    

Tiba di rumah, wajah Zoya sangat pucat. Hampir mirip dengan mayat hidup. Seluruh badannya selalu dingin jika mendengar ancaman itu.

“Kau tidak apa-apa?” tanya Arik cemas.

Belum sempat menjawab pertanyaan kakaknya itu, Zoya sudah ambruk. Ia pingsan kembali.

Dengan sigap, Arik membopong adiknya menuju basecamp untuk beristirahat.

“Sepertinya dia kembali mendapat ancaman itu. Apakah kamu siap menghadapi takdirmu? Ini terlalu berat untukmu,” gumam Arik.

Opelia pun menghubungi Arik melalui hologram khususnya. “Apa yang terjadi pada Zoya?” tanya Opelia.

“Sepertinya dia mendapat sebuah ancaman lagi,” jawab Arik lesu.

“Ancaman?! Waktu kita tak lama lagi,” ucap Opelia panik lalu menghilang.

Tidak lama lagi? Sepertinya, aku harus membantu Zoya, batin Arik.

Tok... tok... tok.... Ada seseorang yang mengetuk pintu rumah mereka.

Itu Anas! batin Arik panik.

“Berubahlah menjadi seorang ayah,” ucap mantra Arik.

Dalam sekejap, Arik berubah penampilan menjadi seorang ayah. Barulah ia membuka pintu tersebut.

Excuse me, Sir. Is this Zoya’s home?” tanya Anas sopan.

Zoya’s home? Who is she? It is my home,” jawab Arik.

I am sorry, Sir. Do you know Zoya’s home? Her name is Zoya Cassandra,” tanya Anas.

Sorry, I don’t know,” jawab Arik.

Anas pun berpamitan kemudian pergi. Akhirnya Arik dapat menghembuskan nafas lega. Ia pun berubah kembali seperti sedia kala.

Udah kayak jalangkung, datang tak diundang, batin Arik.

Saat ia berbalik, Arik dikejutkan oleh kehadiran Zoya. Rupanya ia sudah sadar kembali.

“Apa yang kalian bicarakan?” tanya Zoya.

“Dia mencari rumahmu,” jawab Arik.

“Sekarang ganti pakaianmu, kita pergi sekarang,” ajak Zoya.

Arik mengerutkan keningnya, bingung. “Kemana?” tanya Arik.

“Berubahlah,” ucap Zoya sambil melambaikan tangannya tepat di atas kepala Arik sampai kaki.

Arik pun telah memakai penyamarannya. Zoya kembali mengucapkan, “Teleportation!

Tidak sampai satu detik, Arik dan Zoya telah tiba di tempat yang dimaksud oleh Zoya.  Rumahnya Jasmine.

“Ini kan....”

“Rumahnya Jasmine. Jasmine salah satu korban dari ancaman itu. ‘Dia’ mengancamku dengan cara ini,” potong Zoya.

Arik tak paham dengan ucapan Zoya. Siapa yang dimaksud ‘Dia’? Jasmine? Inilah yang ia benci dari Zoya, suka memberikan pesan singkat bermakna.

Soil Shelter!” ucap Zoya.

Rumah Jasmine yang tadinya hampir ambruk telah ditahan oleh tanah pelindung milik Jasmine.

Zoya pun masuk ke dalamnya. Ia akhirnya dapat melihat siapa musuh bebuyutan keluarganya, walaupun dia memakai topeng.

Release them!” ucap Zoya tegas.

Tokoh itu pun berbalik menghadap Zoya dengan tatapan tajamnya.

“Wahh... wahh... Zoya Alexis akhirnya tiba dihadapanku.”

“Lepaskan mereka! Mereka bukan tandinganmu, akulah lawanmu,” ancam Zoya.

“Kamu? Lawanku?? HAHAHA!!! Jangan harap kau bisa melawanku!”

Help me, please....” Jasmine terlihat ketakutan dan mulai menangis.

Duarrr!!!!

Seketika itu juga, arus listrik besar mengerubungi badan Zoya. Energi Zoya hampir terkuras habis. Ia tak mampu berkutik untuk mengeluarkan kemampuannya.

“Ingatlah! Kamu bukan tandinganku. Aku akan datang ke sekolahmu untuk berperang denganmu, tunggu kehadiranku.”

Tokoh itu pun lenyap membawa keluarga Jasmine. Sedangkan Zoya masih diselubungi oleh arus listrik itu.

Merasa ada yang janggal, Arik pun masuk ke dalam. Di sana, ia menemukan adiknya yang semakin memucat dan melemah.

Shelter!” ucap Arik.

Arus listrik itu pun hilang. Zoya ambruk seketika. Arik segera membawa Zoya pulang ke rumah dan menghubungi Robin.

“Apa yang harus aku lakukan? Zoya semakin melemah,” ucap Arik khawatir.

Robin dan Opelia khawatir dengan keadaan Zoya yang semakin melemah. Opelia pun diutus Tuan Alexis untuk menyembuhkan Zoya.

“Bawa Zoya ke hadapanku!” suruh Opelia.

Arik pun membawa Zoya ke hadapan Opelia. Opelia berkonsentrasi untuk menyembuhkan Zoya.

“Berikan aku kekuatan untuk menyembuhkan Zoya. White Angel!” ucap Opelia.

Kondisi Zoya pun kembali membaik. Arik akhirnya bisa bernafas lega.

“Lebih baik dia berada di ruang perawatan seharian penuh. Zoya sangat membutuhkan energi yang cukup untuk melawannya,” ucap Robin.

Arik mengangguk paham. Ia pun segera membawa Zoya menuju ruang perawatan khusus. Setelah itu, Arik kembali.

“Dia berkata akan berperang di sekolah Zoya,” ucap Arik.

“APA?!” ucap Robin dan Opelia bersamaan.

“Itu membahayakan siswa di sana dan juga membahayakan generasi kita,” sahut Robin.

“Mau tidak mau, kita harus melawannya,” jawab Opelia.

Tunggulah kelahiran Zoya Alexis, batin Arik yakin.

Hologram itu pun mati. Mereka kembali ke aktivitasnya masing-masing.

Keesokan harinya, Anas mencari Zoya di seluruh penjuru sekolah. Tapi, hasilnya nihil. Ia tidak menemukan sosok Zoya di sana.

Anas pun memilih untuk bertanya pada Jasmine. Namun, hari ini Jasmine juga tidak masuk sekolah.

Kemana cewek itu? Seharusnya dia sudah datang, batin Anas.

Drtt... drtt.... sebuah pesan telah masuk ke handphone milik Anas.

Pulang lebih awal.
Kepala Divisi





*to be continued....

👇👇 Minta bantuan like teman 👇👇
https://www.instagram.com/p/BhTtCelhxU2/

Zoya Alexis [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang