1 'Klarifikasi'

16.3K 1K 39
                                        

"Aduh!"

Beberapa siswa siswi yang menjadi korban tabrak lari Andra di area sekolah ini tidak bisa berkata apa-apa ketika mereka tahu siapa gerangan yang menabraknya. Mereka hanya mengumpat dengan suara yang pelan.

Andra berlari menyusuri koridor dengan terburu-buru, bahkan segera setelah ia pertama kali menepikan mobilnya di area parkiran kendaraan siswa, ia langsung berlari turun untuk mencari keberadaan seseorang.

Kelas gadis yang ia tiduri kemarin malam berada di lantai atas, di malam yang selanjutnya setelah Andra pergi kembali ke hotel yang menjadi saksi bisu kegiatan mereka, keberadaan gadis yang sebelumnya ada terbaring disana, justru tidak ada bekasnya. Ternyata ia juga sudah ikut pergi meninggalkan area hotel dan sangat sulit Andra temukan setelahnya, bahkan, sampai detik ini sekalipun.

Tepat di depan kelas 12 IPA 3, Andra lekas mengetuk-ngetuk pintu kelas tersebut dengan agak kencang untuk menyadarkan semua penghuni kelas jika ia sedang berada disana.

Beberapa gadis yang pernah menyatakan cinta padanya pada hari valentine, menggunakan kesempatan ini untuk mencari perhatian Andra karena mereka tidak tahu atas dasar apa Andra datang menghampiri kelasnya. Sayang sekali, mereka bukan tujuan Andra kemari. Ia hanya ingin menemukan calon saudara tirinya yang tidak lain adalah Bella Delisiana, salah satu murid yang menjadi primadona sekolah karena paras cantik dan prestasinya.

"Lo mau cari siapa?" Ada Felix yang mendekat ke arah Andra. Lelaki yang pernah sekelas dengan Andra di tempat les privat khusus orang-orang menegah keatas itu.

"Gue mau cari Bella," balas Andra cepat, ucapannya membuat keadaan menjadi hening seketika. "Dimana dia?"

Sudah rahasia umum bagi mereka semua mengetahui apa yang terjadi pada kehidupan Andra dan Bella yang sebenarnya, di area sekolah saja mereka hampir tidak pernah terlihat mengenal apalagi akrab satu sama lain. Lantas kenapa sekarang Andra mencari keberadaan gadis itu secara tiba-tiba?

Felix mengedikkan kedua bahunya tidak tahu. "Entah belum dateng atau emang gak bakal dateng, yang jelas dia belum ada di kelas. Mau apa lo? Mau titip salam?" Felix terkekeh dengan menyindir.

Andra menghela nafasnya gusar, "Gue cabut sekarang. Thanks info nya."

"Oke."

Dalam diam Felix memandangi punggung Andra yang semakin menjauh. Ketika beberapa siswa maupun siswi yang mencoba mencari informasi dengan bertanya pada Felix, lelaki itu tidak mengatakan apa-apa dan hanya melengos pergi seolah tidak mendengar pertanyaan apapun.

"Ck. Hidup lo terlalu kesepian sampai lo gak puas nyari masalah terus, Dra," decak Felix begitu ia mendudukan dirinya dibangku paling ujung dengan headset yang kembali menjejal kedua telinganya.

Jika saja Felix tidak menghampiri Andra tadi, maka sampai saat ini pun bisa dipastikan jika Andra ada di ambang pintu kelasnya. Dan Felix tidak ingin melihat keributan berlama-lama.

Belakang sekolah, satu-satunya tempat terakhir yang dikunjungi Andra. Tapi nihil, hasilnya tetap sama, yaitu kehampaan dan tidak ada seseorangpun yang berada di belakang sekolah ini.

Andra menghela nafasnya dalam-dalam. Jika saja Mike tidak mengatakan kalimat terkutuk yang sudah terlanjur Andra dengar, pasti ia tidak akan merasa bersalah sekaligus marah pada dirinya sendiri seperti ini. Ia marah karena ketololannya melakukan sesuatu secara berlebih, dan dia bersalah karena tidak seharusnya Andra melakukan itu pada Bella yang memang tidak terlibat apa-apa, ia justru sama-sama korban seperti Andra.

HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang