3

786 116 5
                                    

Hanbin sesekali curi-curi pandang ke Jinhwan yang asik memainkan ponselnya. Tidak tahu kenapa ia ingin sekali merebut ponselnya. Sebab Hanbin merasa terabaikan.

Entah muncul ide dari mana. Agar Jinhwan memperhatikannya, Hanbin memutuskan untuk menggodanya agar ia terusik.

Mulai dari jingkrak-jingkrak tak karuan, bernyanyi dengan suara keras disumbang-sumbangkan sampai-sampai ia terbatuk-batuk. Hanbin melakukan berbagai cara, namun Jinhwan tidak memperdulikannya.

Jinhwan hanya melihat Hanbin sebentar dan malah menyumpal telinganya dengan headset. Hanbin kesal. Wajah tampannya tertekuk.

Ia lalu memutuskan mendekati Jinhwan yang rebahan sambil memainkan ponselnya.

"Sudah selesai kumatnya?" pertanyaan sarkas Jinhwan meluncur ketika Hanbin menggeser tubuhnya dan duduk disampingnya.

Mendapat respon dari hyung kesayangannya. Mata Hanbin berbinar, bibirnya menampakkan senyuman bahagia. Hanbin juga tak mempedulikan ucapan sarkas Jinhwan.

"Aku sayang sekali sama hyung..." Hanbin memeluk Jinhwan tiba-tiba. Jinhwan yang masih rebahan merasa sesak. Dipukul-pukulnya tubuh Hanbin karena membuat tubuhnya tak bisa bergerak bebas dan menimpanya.

"Lepaskan! Berat tahu!" Jinhwan memukul-mukul tubuh Hanbin. Dan Hanbin malah mempererat pelukannya.

"Salah siapa tak mengacuhkanku." ucapnya tanpa berniat sedikitpun melepas pelukannya.

Jinhwan mendesah berat. Ingin sekali ia menendang dongsaeng kurang ajar ini ke planet lain.

Akhirnya mereka berdua sama-sama merebahkan tubuhnya diranjang Jinhwan dengan tangan Hanbin yang memeluk tubuh hyungnya. Mereka terdiam cukup lama, sampai sebuah dering ponsel Jinhwan memecahkan keheningan tersebut.

Dilepasnya tangan Hanbin dari tubuhnya dengan kasar. Dengan kecewa Hanbin harus melepaskan guling penenang dirinya ketika ia mendapat pelototan dari Jinhwan saat akan memeluknya lagi.

Jinhwan menatap layar ponselnya tanpa berniat mengangkatnya sedikitpun. Hanbin jadi penasaran siapa gerangan yang menelphone hyung imut kesayangannya ini.

Hanbin mencuri pandang ke layar Jinhwan. Dan suasana hatinya langsung tak enak melihat nama si penelphone hyung kesayangannya. Chagiya.

"Hyung tidak ada niat mengangkatnya?" tanya Hanbin setengah hati.

Jinhwan menoleh kearah Hanbin dengan kening berkerut. Ia bingung kenapa tiba-tiba wajah Hanbin yang ceria tadi hilang dan diganti dengan wajah masamnya.

"Hyung tidak mau mengangkatnya?" tanya Hanbin lagi.

Jinhwan menggeleng. "Aku malas." jawabnya singkat dan menonaktifkan ponselnya.

Mendengar jawaban Jinhwan yang sepertinya terganggu dengan si penelphone, membuat wajah Hanbin ceria kembali. Hanbin lalu ikut-ikutan rebahan disamping Jinhwan yang lebih dulu rebahan.

Kening Jinhwan berkerut bingung melihat Hanbin yang merebahkan dirinya disampingnya. Yang ditatap hanya menampilkan wajah bodohnya dengan cengiran menyebalkannya diwajah tampan Hanbin yang selalu membuat Jinhwan iri.

"Kenapa kamu tidur disini? Kamukan punya ranjang sendiri." Jinhwan mendorong tubuh Hanbin yang tak bereaksi sedikitpun. Hanbin menggeleng dan lebih merapatkan dirinya.

"Kamu tidak kerja? Hampir jam enam loh?" tanya Jinhwan akan sarat pengusiran secara halus.

"Tidak. Aku capek." jawab Hanbin dengan nada manja yang membuat Jinhwan geli. "Hyung sendiri apa tidak mau mencari pekerjaan? Tidak bosan apa dikamar terus?" tanya Hanbin yang kini menatap Jinhwan.

Jinhwan balik menatapnya. Lalu ia memalingkan wajahnya menatap langit-langit kamar.

"Aku sudah kerja." jawab Jinhwan kemudian.

"Benarkah?" Jinhwan mengangguk. "Terus aku tidak pernah melihat hyung kerja dan tak pernah hyung menyentuh berkas-berkas aneh atau mengetik laporan dilaptop hyung." ujarnya dengan raut bingung yang entah kenapa terlihat imut dimata Jinhwan.

"Aku mengambil cuti." jawab Jinhwan dengan mata menerawang.

Sebenarnya ingin sekali Hanbin bertanya sesuatu pada hyungnya ini. Sayangnya ia tak mampu menanyakan pertanyaan yang mengganjal hatinya. Hanbin tahu hyungnya menyimpan sebuah rahasia.

Tapi sekali lagi. Meski ia adalah orang yang mempunyai keingin tahuan tinggi, ia tahu batas-batas yang tak boleh ia lewati seenaknya.

"Hanbin.." panggil Jinhwan yang hanya direspon oleh deheman.

"Ponselmu bunyi." tunjuk Jinhwan kearah ponsel Hanbin yang berada diatas ranjang Hanbin.

Seketika Hanbin duduk dan turun dari ranjang Jinhwan. Sedangkan Jinhwan ia memilih duduk dan melihat Hanbin yang menatap layar ponselnya cukup lama.

Ragu-ragu Jinhwan memanggil Hanbin. Namun sebelum sempat memanggilnya, Hanbin mengangkat telphone tersebut.

Jinhwan tidak ingin mengganggu privasi orang lain. Ia memilih memainkan ponselnya lagi yang baru ia hidupkan.

Sesekali Jinhwan curi-curi pandang ke Hanbin yang masih diam tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Kalau seperti ini, Jinhwan benar-benar sangat penasaran.

Saat Jinhwan melihat-lihat pesan dari nama si pengirim 'Chagiya' jari Jinhwan kaku tiba-tiba. Ia seperti itu bukan karena isi pesan yang diterimanya melainkan apa yang diucapkan Hanbin yang membuatnya seperti itu.

"Aku juga merindukanmu Hyua..." ucap Hanbin lirih yang masih bisa didengar oleh Jinhwan.

Hyua? Siapa dia? Adiknya kah? Pertanyaan-pertanyaan muncul di pikirannya.

Jinhwan juga tidak tahu kenapa ia merasa resah dengan nama 'Hyua' dari mulut Hanbin. Dan tidak tahu kenapa dadanya seperti tercubit sesuatu. Meski kecil cubitannya.

Seperti Drama - iKON✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang