11

558 84 15
                                        

Langit sudah mulai gelap. Tubuh pemuda yang sejak siang tadi pingsan di lantai, yang kini telah berada di atas ranjangnya. Mulai menggeliat dan mengerang perlahan. Entah itu mengerang karena 'barangnya' sakit atau ia hanya sedang mengumpulkan nyawanya. Yang jelas, hanya ia yang tahu.

Kelopak matanya mulai bergerak. Dan perlahan mata sipitnya mulai terbuka. Pertama kali yang ia lihat atap langit-langit kamarnya.

Ia sedikit linglung dan bertanya-tanya pada dirinya. Sejak kapan ia berada di ranjangnya? Dan ia tadi ingat kalau dirinya sedang.. sedang apa? Hanbin tiba-tiba amnesia mendadak. Atau karena rasa sakit yang amat sangat ia rasakan dipusat tubuhnya itu, membuatnya menjadi amnesia sebentar?

Ketika matanya teralihkan ke samping. Ia mendapati si hyung manisnya sedang menunduk dengan tatapan kosong. Ia menggumamkan sesuatu, Hanbin merasa kalau yang diucapkannya adalah sebuah mantra. Dan mantra itu sebuah kutukan. Apalagi wajah hyungnya terlihat menggelap.

"Hyun- Hii..." Hanbin bergidik ngeri melihat tatapan Jinhwan yang menggelap dan agak linglung. "Hyung ke-kenapa?" suara Hanbin bergetar karena takut.

"Hehehe.."

Mendengar suara tawa garing dari Jinhwan, membuatnya tambah ketakutan. Tanpa sadar Hanbin berdo'a pada Tuhan kalau ia memiliki dosa yang sangat besar tolong dimaafkan. Memang Hanbin sedikit berlebihan menanggapi hal ini.

"Apa masih sakit?" Hanbin hanya mengangguk saja. "Kalau begitu yang membuatmu pingsan demammu apa tendanganku?"

"Hah?!" Hanbin gagal paham maksud ucapan hyung manisnya ini.

Terdengar 'hmmpp' dari Jinhwan. Hanbin menatapnya dengan bingung. Namun samar-samar kejadian tadi siang melintas di kepalanya. Di mana ketika ia sedang dalam suasana suntuk dengan kepala pusing dan mendapati Jinhwan yang dari kemarin baru pulang membuat emosinya menjadi tidak stabil. Entah kenapa Hanbin menjadi mudah emosi dan karena emosinya memuncak ia malah mencium Jinhwan kasar dan karena perbuatannya sendiri "..hyung menendangku. Di sini."

Telunjuk Hanbin mengarah ke daerah intimnya. Dan Jinhwan melihatnya. Segera bantal ia lempar ke wajah Hanbin yang menurutnya mesum dan tidak tahu malu.

"Dasar mesum!"

Mendengar teriakan Jinhwan. Bukannya marah ia malah tersenyum senang seperti orang bodoh.

"Apakarena tendanganku itu berefek ke otakmu?" 

"Hehe.. mungkin saja." Hanbin masih menampilkan senyumannya. Membuat Jinhwan mendengus namun ia tersenyum. Senyum samar.

"Jadi kamu pingsan karena demam atau tendanganku?"

Jinhwan bertanya untuk mengklarifikasi. Ia berharap penyebab Hanbin pingsan karena demamnya, bukan tendangannya. Karena ketika Hanbin pingsan dan untuk waktu yang cukup lama, Jinhwan tersadar kalau ternyata pemuda yang sedang pingsan ini sedang demam.

Hanbin sadar dari nada suara Jinhwan bahwa ia penuh harap kalau yang mebuat pingsan dirinya karena demamnyalah. Melihat wajah di depannya yang tadi gelap dan linglung sehingga membuatnya takut. Kini malah menunjukkan kegugupan yang tampak jelas di wajahnya, dan itu menurut Hanbin sangat imut.

Ingin sekali ia membuat candaan untuknya. Tapi mengingat kalau pemuda yang lebih tua ini, orang yang mudah menangis. Jadi Hanbin mengurungkan niatnya untuk menjahili.

"Mungkin karena demam hyung." Hembusan nafas lega terdengar. "Tapi itu memang sakit, sampai-sampai kepalaku yang pusing ini jadi tambah pusing dan jatuh pingsan."

Ingin tahu reaksi apa yang dibuat Jinhwan. Ingin sekali Hanbin tertawa melihat reaksi lucu hyungnya ini. Wajah Jinhwan yang semula terlihat cerah, kini berubah mendung dengan mulut bergumam tidak jelas.

"Apakah masih sakit?" Hanbin mengangguk. "Hahh.. sebaiknya kamu tidur lagi. Demammu belum sembuh."

Hanbin tanpa membantah. Ia menuruti semua ucapan Jinhwan. Tubuhnya yang masih lemah dan area bagian intimnya masih nyut-nyutan. Lebih baik ia tidur untuk mengalihkan perasaan sakitnya.

"Hyung.."

"Hmn.."

"Apa hyung masih ingin pergi lagi?"

Jinhwan yang sedang memunggungi Hanbin, menoleh ke belakang ia menggeleng pelan. Fokusnya kembali ke ponselnya.

"Mana mungkin aku meninggalkan teman sekamarku yang sedang sekarat ini. Agar kalau saat-saat terakhirnya masih ada saksi yang melihatnya."

Tawa Hanbin terdengar garing. Lalu tanpa Jinhwan sadari bantal melayang ke arah kepalanya. Jinhwan mengaduh dan memelototi Hanbin yang sedang nyengir dengan jari membentuk V sign.

KalauJinhwan tidak ingat saat ini Hanbin sedang sakit. Mungkin ia sudah menendang'barangnya' lagi biar mampus sekalian.

"Tidurlah. Aku akan menemanimu."

Walaupun Jinhwan mengatakan hal tersebut tanpa melihat ke arah Hanbin. Si burung puyuh yang sedang berbaring dengan matanya yang memperhatikan hyung manisnya, ia tahu kalau saat ini Jinhwan sangat khwatir padanya.

Senyum kecil tercetak di wajah tampannya. Ia senang kalau hyungnya masih peduli padanya. Padahal Hanbin sadar kalau hubungan mereka akhir-akhir ini sedang memanas. Memanas dalam artian kurang baik, hubungan pertemanan mereka sedang renggang.

Hanbin mulai bertanya-tanya. Apa penyebab awal renggangnya hubungan mereka? Semakin ia pikirkan, semakin sakit kepalanya. Sepertinya ia harus tidur dan tidak memikirkan hal-hal yang menurutnya remeh ini.

Tapi ia masih penasaran. Di antara sakit kepalanya, Hanbin masih mencoba untuk berpikir lebih keras dan mengingat-ingat kejadian beberapa waktu yang lalu. Ketika mereka pulang dari rumah orang tua Hanbin, hubungan mereka masih seperti biasanya. Atau sudah lebih dekat. Jadi sejak kapan hubungannya reng-

"Ketika aku menyuruhmu tidur. Kamu hanya perlu menutup matamu. Tidak susahkan? Tapi kenapa kamu masih berpikir padahal kamu tinggal menutup mata saja, susah sekali."

Kerutan disekitar alis Hanbin segera hilanng. Ia lalu cepat-cepat tidur. Ketika ia mulai memejamkan matanya. Pada dahinya ia merasakan benda dingin menempel di sana. Ia membuka matanya dan menemukan Jinhwan yang sedang menempelkan plester untuk demam di dahinya.

Hanbin merasa sangat senang mendapat perhatian penuh dari hyungnya. Ia tersenyum dengan lebarnya dan dibalas senyum miring Jinhwan yang menurut Hanbin, hyung manisnya ini jadi makin tambah tampan.

"Istirahatlah."

"Hmn.."

Ketika ia menutup matanya. Tiba-tiba ia ingat lagi dengan tindakannya tadi siang yang mencium Jinhwan dengan kasar. Saat ia membuka matanya lagi dan ingin meminta maaf, segera ia urungkan ketika melihat hyungnya yang sedikit menjauh darinya menerima telpon dari seseorang.

Entah kenapa Hanbin ingin menguping pembicaraan hyung manisnya dengan orang yang berada diseberang telpon. Hanbin sangat penasaran dengan apa yang akan mereka bicarakan.

Jadi matanya mulai menutup namun tanpa ada kerutan di sekitar dahi dan alisnya, agar Jinhwan tidak sadar kalau ia masih terjaga. Hanbin memasang pendengarannya, agar pembicaraan mereka terdengar jelas.

"Aku tidak bisa ke sana."

"..."

"Temanku sakit."

"..."

"Berhenti mendrama. Aku tahu kamu wanita dengan kelakuan yang seperti ap-"

"..."

"Maaf.. maaf.. aku tidak akan menyebut atau memanggilmu seperti itu lagi. Jadi chagiya aku minta maaf."

Tanpa bisa mendengar suara dari seberang telepon dan orang yang menelpon hyung manisnya, Hanbin sudah mengetahui siapa orang itu. Perempuan yang bersama Jinhwan belakangan ini yang bernama Seiyon.

Hati dan kepala Hanbin panas. Ia tidak senang Jinhwan berbicara dan sangat akrab dengan perempuan itu. Karena perhatian Jinhwan harus padanya seorang.

TBC

25-12-2018

Sifat Hanbin angin-anginan.
Jinhwan harus sabar ngadepin sifat si burung puyuh yang seperti itu.
Ditunggu vote dan commentnya ^^

Seperti Drama - iKON✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang