5

609 103 1
                                    

Maaf kalau ada typo

Di dalam bus suasana terasa lengang. Jinhwan dan Hanbin menuju ke rumah di mana orang tua dan adik Hanbin yang tinggal di desa. Mereka memutuskan untuk berangkat pagi.

Hanbin memang sengaja berangkat agak pagi karena ia ingin tiba di rumah tidak terlalu siang agar ia bisa merasakan sejuknya di desa kelahirannya.

Oleh sebab itu, Hanbin memutuskan berangkat sekitar setengah enam. Alhasil di dalam bus mereka berdua tertidur.

Sekitar tiga jam perjalanan. Akhirnya mereka berdua sampai ditujuan.

Ketika turun, Jinhwan langsung merenggangkan tubuhnya dan tak lupa ia pemanasan. Dan tanpa Jinhwan sadari, ia menjadi tontonan beberapa orang-orang yang berada di halte.

"Hanbin.. kita tunggu taxi atau jalan kaki?" tanya Jinhwan sambil menengok kiri kanan yang sepi. Apa lagi disekitar mereka diapit oleh ladang. Entah kenapa membuat nyali Jinhwan ciut karena ia takut kalau ia bisa saja diculik.

Hanbin melihat tingkah hyung kesayangannya yang sepertinya agak takut karena suasana sekitar yang sepi. Ingin sekali Hanbin tertawa. Namun jika ia tertawa, pasti nanti Jinhwan akan marah padanya dan akan mendiaminya seharian.

"Tunggu sebentar hyung. Ada ya- Ah itu dia!" Hanbin langsung berdiri ketika melihat mobil hitam melaju ke halte bus.

Jinhwan melihat di mana arah yang ditunjuk Hanbin. Dan benar tak lama mobil hitam tersebut berhenti tepat di depan mereka.

Lalu keluarlah seorang bapak-bapak yang berumur dengan ketampanan yang tak luntur. Hanbin langsung memeluk orang tersebut, begitu juga sebaliknya.

"Appa.." ada kerinduan yang menguar dari mereka berdua.

"Hanbin.. bagaimana kabarmu nak?" tanya Ayah Hanbin setelah melepas pelukannya.

"Seperti yang Ayah lihat." Mereka berdua lalu terkekeh.

"Terus siapa bocah imut yang ada di belakangmu?" tanya Ayah menunjuk di mana Jinhwan berada.

Untung saja Jinhwan tahu aturan. Jangan memarahi atau membentak orang tua agar terhindar dari marabahaya. Jinhwan membungkuk sedikit ke arah Ayah Hanbin lalu tersenyum. Hanbin ingin sekali tertawa karena melihat raut kesal hyungnya.

Hanbin juga tahu, hyungnya ini sangat benci sekali disebut seperti bocah karena fisiknya yang mendukung. Mungkn karena Jinhwan adalah orang yang sangat menghormati orang tua. Meski kesal ia tetap tersenyum. Senyum masam.

"Ayah kenalkan ini teman sekamar Hanbin." Hanbin menarik tangan Jinhwan kesampingnya agar berhadapan langsung dengan sang Ayah.

"Jinhwan.." Jinhwan membungkukkan badannya sedikit. Ayah Hanbin mengangguk.

"Dan satu lagi.. Ayah ia bukan bocah. Ia adalah hyungku. Hyung imutku." Mata Ayah membola seketika mendengar penjelasan Hanbin.

Dan lagi-lagi Jinhwan harus menyumpal kedua lubang telinganya dengan jarinya. Benar saja tak lama terdengar teriakkan terkejut dari Ayah.

Anak dan Ayah sama saja...

**

Mobil van hitam berhenti tepat disebuah rumah yang tak terlalu besar namun asri. Hanbin langsung turun dan mengambil tasnya, begitu juga Jinhwan dengan koper besarnya.

Mereka bertiga bersamaan masuk ke dalam rumah. Dan tanpa Hanbin duga, adiknya langsung meloncat ketika ia baru melangkah masuk dari rumah.

"Oppa!" teriaknya khas anak kecil. "Oppa aku kangen.."

Hanbin terkekeh dengan sikap adiknya yang manja padanya. Dipeluknya dengan erat adik kecilnya yang imut.

"Oppa juga kangen Hanbyul." Ucapnya sambli mengecupi pipi gembil Hanbyul adiknya.

Mendapat serangan dadakan dari kakaknya membuat ia geli dan tertawa karena perlakuan Hanbin. Jinhwan dan Ayah yang berada di belakang mereka berdua juga ikut tertawa melihat kebersamaan kakak beradik ini.

Mata sipit Hanbyul menangkap Jinhwan yang berada di belakang Hanbin bersama sang Ayah dengan senyuman terukir diwajah Jinhwan.

"Oppa siapa kakak itu?" tunjuk Hanbyul menatap Jinhwan dengan penuh selidik.

Jinhwan lalu menghampiri Hanbyul yang berada digendongan Hanbin. Diusapnya kepala gadis kecil itu sayang.

"Halo adik cantik.. Nama kakak Kim Jinhwan.."Jinhwan memperkenalkan dirinya. Hanbyul menatap Jinhwan dengan tatapan kagum.

Hanbyul yang menatap Jinhwan tak berkedip. Membuatnya terkekeh.

"Ayo kita masuk. Ibu mungkin sudah selesai masaknya, kalian berdua ke kamar dulu saja." Ayah mengambil alih Hanbyul dalam gendongan Hanbin.

Mereka berdua lalu menuju lantai atas dimana letak kamar Hanbin berada.

Dibukanya pintu kamar Hanbin yang tak terkunci. Mereka berdua langsung masuk. Hanbin lalu meletakkan tasnya ke tempat tidur king sizenya dan diikuti oleh Jinhwan.

"Hyung nanti kita tidur seranjang. Hyung mau?" tanya Hanbin dengan menatap Jinhwan penuh harap.

Jinhwan tampak berfikir. Sebenarnya sih ia mau-mau saja tidur seranjang dengannya. Tapi ia tidak tahu, apakah ia bisa menetralkan detak jantungnya yang berpacu gila-gilaan?

Belum tidur seranjang saja, jantung Jinhwan sudah kebat-kebit. Bagaimana kalau nanti tidur seranjang. Mungkin Jinhwan langsung memiliki riwayat sakit jantung.

"Hyung kok malah melamun.."

"Eh.. Maaf.." ucap Jinhwan sambil menggaruk pipinya yang mulus.

"Bagaimana? Mau seranjang?"

Jinhwan menatap Hanbin. Ia lalu mengangguk dengan ragu-ragu sekaligus malu. Melihat hyungnya setuju untuk tidur seranjang. Hanbin langsung tersenyum dengan senangnya.

"Baiklah.. Ayo kita turun dulu untuk makan. Aku lapar hyung.." Hanbin mengusap-usap perutnya sambil memasang ekspresi melas.

Jinhwan terkikik geli melihat tampang Hanbin yang seperti anak kecil. Ia lalu menggandeng tangan Hanbin dan menuju ke ruang makan bersama.

TBC

25-08-2018

Maaf up-nya lama

Soalnya aku fokus ke ceritaku satunya, sekalian sama nyicil next chap biar updatenya cepat

Ditunggu vomentnya ^^

Seperti Drama - iKON✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang