6. Kecemasan Seorang Kekasih

197K 10.8K 533
                                    

Siena segera memalingkan wajahnya ke meja. Mengaduk-aduk bakso pesanannya. Dia sudah tepergok. Mahluk itu tahu Siena bisa melihatnya.

Dimulailah masa-masa menyebalkan mahluk itu pasti akan iseng mengganggunya. Biasanya seperti itu yang terjadi, tiap kali mahluk tak kasat mata mengetahui Siena bisa melihat mereka.

Mereka tidak menakut-nakuti Siena karena mereka tahu, Siena sudah biasa melihat mahluk sejenis mereka. Mereka hanya sering sengaja menampakkan diri.

Perlahan Siena melirik ke arah Flo. Dia menghela napas lega, mahluk itu sudah tidak berada di belakang Flo lagi. Dia kembali fokus menikmati baksonya. Dia tak sadar, diam-diam di kejauhan, Nala sedang mengamatinya.

Ada apa dengan anak baru itu? ucap Nala dalam hati.

Sejak tadi dia memperhatikan, tak ada yang berniat menyapa Siena. Semua seolah menjaga jarak darinya. Itu jarang terjadi pada murid baru. Biasanya, murid lama sekolah ini akan penasaran dengan murid baru. Mereka akan menyapa, bertanya dan apa pun itu untuk mendapatkan informasi tentang anak baru itu sebanyak-banyaknya.

Tapi itu tidak terjadi pada Siena. Padahal, diakui Nala, Siena lumayan cantik. Hanya saja, gadis itu punya aura dingin yang membuat orang segan berhadapan dengannya. Sejauh ini, Nala belum pernah melihat gadis itu tersenyum sedikit pun.

Anehnya, Nala justru tertarik dan penasaran. Ingin tahu seperti apa Siena sebenarnya. Apa benar yang dikatakan Flo, Siena gadis aneh, sombong, ketus dan bisa membaca pikiran orang lain.

Peringatan Siena supaya Nala mengawasi dan menjaga Flo, menunjukkan seolah Siena tahu sesuatu akan terjadi pada Flo. Dan sepertinya, itu bukan kejadian yang baik.

"Kalau dipikir-pikir, aku pengin juga bisa seperti Siena."

Ucapan Flo didekat telinganya itu membuat Nala menoleh.

"Hah?" sahutnya, tidak yakin apa maksud Flo berkata seperti itu.

"Andai aku bisa baca pikiran orang seperti Siena, aku bisa tahu apa yang kamu pikirin," kata Flo lagi.

"Kenapa kamu mau tahu apa yang aku pikirin?" tanya Nala, bibirnya membentuk tawa, menganggap ucapan Flo tak masuk akal.

"Karena dari tadi kamu kayak mikirin sesuatu. Nggak peduli sama aku atau teman-temanku yang makan siang di sekeliling kamu. Kamu nggak peduli apa yang kami obrolin," jawab Flo.

"Apa yang kalian obrolin nggak ada hubungannya sama aku, kan? Kalian ngomongin drama Korea, aku nggak pernah nonton satu pun juga." Nala membela diri.

"Tadi kami ngobrolin juga film Indonesia yang lagi hits banget. Penontonnya udah lebih dari 6 juta. Tapi kamu nggak mau nonton film itu," lanjut Flo.

"Oh, film itu. Maaf ya, film itu bukan seleraku," sahut Nala.

"Jadi, aku mau nonton film itu bareng Vina dan Neni sabtu besok," kata Flo lagi.

"Eh, jangan!" cegah Nala buru-buru.

Flo mengernyit. "Kenapa jangan?" tanyanya mulai kesal.

"Maksudku... Jangan pergi nonton tanpa aku. Aku harus jagain kamu," jawab Nala.

Flo menghela napas. "Nggak masalah kok kalau kamu nggak mau nonton film itu. Aku bukan tipe cewek yang suka maksa pacarnya melakukan sesuatu," katanya.

"Aku nggak akan biarin kamu pergi tanpa aku," sergah Nala.

"Nala, cewek itu butuh 'girl time'. Jalan-jalan cuma sama sahabat-sahabat cewek tanpa diikuti pacar."

"Aku udah janji akan jagain kamu."

"Janji sama siapa? Lagian, katanya kamu nggak suka film itu."

Aku Tahu Kapan Kamu Mati (Sudah Terbit & Difilmkan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang