bagian 12

3.5K 168 1
                                    


Semua mata tertuju pada gadis cantik yang kini sedang berdiri di depan kelas. Kini kelas XII IPA 2, kedatangan murid baru.

"Monggo, nak. Perkenalkan dirimu terlebih dahulu!" perintah pak Bambang. Gadis itu mengangguk.

"Hay... Perkenalkan. Nama, gue Jessie Ardhya. Kalian bisa panggil gue Jesi, Jes, atau yang lainnya," sapa Jessie, kepada teman kelas barunya. Semua mengangguk paham.

"Jessie, kamu bisa duduk di bangku yang kosong. Kamu bisa pilih, duduk di samping Hana, atau Kayla," kata pak Bambang. Sedangkan, Jessie bingung, siapa Hana, dan siapa Kayla.

Hana, dan Kayla saling bertatapan. Namun, Kayla membuang muka. Akhirnya, Hana mempersilahkan Jessie, untuk duduk di sampingnya.

"Makasih, ya?" ucap gadis itu.

"Sama-sama."

"Nama gue Hana."

"Oh... Iya. Salam kenal ya, Han?" Jessie mengulurkan tangan, dan di sambut oleh Hana.

Para murid siswa, memandang Jessie, dengan pandangan tak berkedip. Kecantikan Jessie, mengalahkan kecantikan Hana, dan Kayla. Meskipun, hanya berbanding sedikit. Tapi... Jessie, terlihat perempuan berkelas. Dari, tas dan sepatu yang dikenakan, adalah merk ternama.

"Wah... Nambah lagi, nih. Bunga kelas di kelas kita. Ah... Mata gue jadi lebih bersinar pas liat ntuh cewek baru. Kayla mah, sekarang kaga ada apa-apanya," kata salah seorang murid laki-laki yang duduk di sebelah Kayla, dan sangat jelas suaranya. Kayla mendengar itu.

Sedangkan, gadis itu hanya mendengus malas. Entahlah, hari ini Kayla sedang malas meladeni semua orang. Kepalanya, terasa pusing. Mungkin, efek semalam bekerja hingga pagi.

Bell istirahat.

Kini Hana menghampiri Kayla yang sedang terduduk lesu, kepala ia letakkan di atas meja. Hana ingin bertanya, sebenarnya apa yang membuat Kayla menjauhi dirinya.

"Lu, gak ke kantin, Kay?" tanya Hana basa-basi. Kemudian, duduk di samping sahabatnya itu. Kayla yang memjamkan mata, sepontan membuka mata, dan melirik Hana. Kemudian menutup matanya lagi. Malas menjawab pertanyaan Hana.

"Lu, kenapa sih? Sebenarnya, gue ada salah apa sih?"

"Apaan sih, lu? Udah sana gak usah ganggu gue. Pergi, gih!" Kayla mengusir Hana. Sumpah, hari ini kepalanya sangat berdenyut, tubuhnya lemas.

Hana berdiri, menatap Kayla sengit. Kemudian menggebrak meja. Suaranya terdengar nyaring. Hingga membuat Kayla kaget, kepalanya tambah pening.

"Plis, Han! Gue lagi gak mau debat. Kepala gue pusing!" ujar Kayla kemudian pergi meninggalkan Hana. Mungkin UKS bisa menjadi tempat istirahatnya saat ini.

Jessie melihat Hana, dan Kayla yang berdebat. Gadis cantik itu tersenyum, dan segera menghampiri Hana.

"Ke kantin yuk, Han," ajak Jessie, dan Hana mengangguk.

Di lain tempat.

Kayla sedang berjalan, kebetulan Glen akan ke kelas gadis itu. Namun, ketika melihat Kayla keluar kelas. Glen langsung mengejarnya.

"Kamu kenapa?" tanya Glen, sambil merangkul tubuh Kayla. Kayla merasa risih, namun saat ini dirinya sedang tak ingin berdebat. Akhirnya, membiarkan Glen terus merangkulnya.

"Aku pusing. Mau ke UKS," jawab gadis itu.

"Aku temenin." Tiba-tiba, Glen membopong tubuh Kayla. Kayla menjerit pelan. Namun, tak dihiraukan oleh lelaki itu.

Pasang mata melihat Kayla, dan Glen heran. Ada yang gemas, dan ada yang merasa jijik. Namun, Glen tidak peduli. Berbeda dengan Kayla, gadis itu menengelamkan wajahnya di dada Glen. Jatungnya berpacu tak karuan. Antara, senang atau marah. Yang jelas, Kayla nyaman saat ini.

Kini mereka sudah sampai di UKS. Glen membaringkan tubuh Kayla. Kemudian melepas sepatu gadis itu. Kayla tersenyum tulus, dan senyumnya diilihat oleh Glen. Lelaki itu mengusap lembut rambut Kayla.

Jantung gue... Astaga. Emang bener ya? Glen memang ganteng kalo dilihat-lihat, batin Kayla.

"Woy... Ngalamun bae. Gue tau, kok. Gue emang gantengnya di atas rata-rata. Gak usah ngiler gitu ngeliatinnya," kata Glen. Sepontan, Kayla mencubit lengan Glen.

Membuat lelaki itu mengaduh, namun akhirnya tertawa, karena melihat ekspreksi lucu Kayla.

Suasana menjadi hening, ketika Glen mengenggam tangan gadis itu. Menatapnya dengan tatapan lembut. Seperti ada sesuatu yang ingin diucapkan, namun tertahan. Hal itu membuat Kayla menjadi salah tingkah.

"Lu kenapa, dah? Aneh banget tau gak?"

Kayla menutup wajah dengan menggunakan kedua tangannya. Ia merasa malu, diperhatikan seperti itu.

"Nanti malam, kalo lu senggang. Gue pingin ngajak lu jalan-jalan. Ada satu hal yang mau gue omongin," ujar Glen.

Kayla bingung, padahal nanti malam ada job besar. Waluyo mengajak untuk menginap di hotel. Dengan bayaran 10 juta, siapa yang rela kehilangan uang sebanyak itu? Namun, di sisi lain, ia juga ingin merefresh otak, dan ingin lebih dekat dengan Glen.

Duh... Gimana, ya? Apa gue batalin job gue? Ah... Iya, cancel aja dulu, ganti hari besok, batin Kayla.

Akhrinya dengan pertimbangan yang paling ditimbang, dan keputusan yang paling putus. Kayla lebih memilih membatalkan jobnya, dan memilih untuk pergi bersama Glen.

"Iya, tapi jemput gue!"

"Pasti gue jemput." Glen tersenyum.



*****



Malam harinya.

Kayla sudah siap, gadis itu nampak cantik dengan balutan dres berwarna kuning. Make up yang natural, menambah kesan alami. Gadis itu duduk di ruang tamu, menunggu Glen datang menjemputnya.

"Kamu mau ke mana, nak?" tanya Mifta.

"Aku mau keluar sama Glen, ma."

"Tumben... Kamu lagi libur kerja?"


Kayla terdiam.

Situasi saat ini yang membuat Kayla bingung. Ketika sang ibu membahas tentang pekerjaannya. Entah, sampai kapan, Kayla harus berbohong.

"Hehe... Iya, ma," jawab Kayla.

"Oh iya, ma. Nanti, mbak Wati kesininya agak malam. Katanya anaknya lagi sakit. Mama baik-baik di rumah, ya?" Mifta hanya mengangguk.

Mbak Wati adalah, tetangga Kayla, yang Kayla bayar untuk menemani Mifta, ketika dirinya sedang bekerja.

Kini Glen sudah datang. Lelaki itu turun dari motor, dan langsung masuk ke rumah Kayla. Karena, pintunya sudah terbuka. Tak lupa mengucap salam, dan meminta ijin kepada Mifta.

"Kami pergi dulu ya, tan?" Glen mencium punggung tangan Mifta.

"Hati-hati, ya?"

"Iya, ma."



****



Glen mengajak Kayla ke rumahnya. Tapi, itu semua tak jadi masalah untuk gadis itu. Itung-itung bersembunyi dari Waluyo. Karena, dirinya telah berbohong. Membatalkan job, dengan alasan sedang tak enak badan.

Rumah Glen nampak mewah, namun ia hanya tinggal dengan pembantunya. Ayah, dan ibunya bekerja di luar negri. Kayla duduk, sambil memandang rumah megah yang terkesan elegan itu. Tak menyangka, jika rumah Glen sebesar itu.

Glen duduk di samping Kayla. Jantungnya berdegub kencang. Mungkin saat ini, adalah waktu yang tepat.

"Kamu tinggal sendiri?" tanya Kayla tiba-tiba. Membuat Glen yang sedang berpikir, jadi buyar.

"Eh... Iya, Kay." Kayla mengangguk mengerti.

Kini Glen semakin mendekati Kayla.

"Kay?" lelaki itu menangkup wajah Kayla. Kini wajah mereka berhadapan sangat dekat. Kedua jantung manusia berbeda jenis kelamin itu berdegub sangat kencang. Glen menempelkan bibirnya di bibir Kayla.


Cup.

Mereka saling melumat, dari yang lembut menjadi kasar. Namun, Glen menghentikan aktivitasnya. Kembali menatap wajah Kayla.

"Aku suka kamu." Mata Kayla membelalak sempurna. Tapi, gadis itu hanya terdiam. Bingung harus menjawab apa.

"Awal pertama kali Aku lihat kamu, aku udah ngerasa ada yang berbeda. Kamu unik, dan istimewa."

"Kamu mau jadi pacar aku?"


Kayla bingung harus menjawab apa.

Seketika ia merasa lemas.

"Aku...."

Lidah Kayla kelu, seakan tak sanggup untuk menjawab.

"Aku, mau."

Glen mengenggam tangan Kayla. Lelaki itu tersenyum.Dalam hati ia merasa senang.

"Aku gak pernah merasa sebahagia ini," ujar Glen.

Ketika menerima hati tanpa memilih. Rasanya sangat menegangkan. Ada tantangan tersendiri dalam menjalani hubungan ini. Dan, aku berharap semoga kamu bisa menjadi alasan disetiap senyum yang terukir di wajahku, batin Kayla.



😍😍😍😍😍






PUTA(Revisi)(Publish Di Dreame)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang