Gemercik hujan membasahi ranting, dan genting. Hujan sore ini sangat deras, disertai angin yang sangat kencang. Kini Kayla merasa ketar-ketir melihat lingkungan alam semesta. Ia merasa cemas, sebab kini penyakit sang Ibu kambuh.
Rasa takutnya bertambah, ketika melihat sang ibu sesak napas. Kayla menangis, takut melihat sang ibu yang terlihat sekarat. Ia harus membawa sang ibu ke rumah sakit. Namun, ia tidak punya uang sepeserpun. Sudah beberapa hari Kayla tak bekerja. Gadis itu benar-benar pusing, dan bingung. Rasanya ingin tenggelam saat itu juga. Ingin menyalahkan takdir. Namun, takut tuhan marah. Lantas, ia harus menyalahkan siapa? Ia berfikir, jika sang ayah tidak meninggalkan keluargannya, mungkin saat ini hidupnya tidak sengsara seperti ini.
"Kayla," panggil sang ibu.
"Iya, Ma."
"Mama udah gak kuat, Nak."
Kayla menggeleng cepat,Seraya berkata,"Nggak,Ma. Mama gak boleh ngomong gitu. Kayla janji, Secepatnya akan bawa mama ke rumah sakit. Mama harus kuat!" pinta Kayla.
Mifta menggeleng, matanya berair karena menahan sesak di dadanya, Wanita satu anak itu terengah-engah.
"Maafkan Mama. Nak, Mama bukan Ibu yang baik. Karena Mama, kamu kesusahan. Tolong ya? Jaga diri kamu. Jika suatu saat nanti papamu tanya tentang keadaan mama. Mama mohon, jangan pernah mengatakan satu patah katapun. Dan, jika mama mati, jangan pernah tunjukkan Nisan mama," kata Mifta, dan matanya mulai tertutup. Kayla menutup mulutnya, apakah Mifta benar-benar meninggalkannya?
Kayla merasa seperti mimpi, ia memeluk tubuh sang Ibu, yang kini sudah memucat. Kayla merasa menyesal, bahkan dia belum meminta maaf atas kebohongan-kebohongan yang selama ini Kayla lakukan. Rasa bersalah selalu menghantui hidupnya. Karena selama ini, dirinya menafkahi keluarganya dengan uang hasil dari jual diri. Ia menangis histeris.
"Ma ... Mama! Bangun, Ma!" pekik Kayla.
"Ma... Kenapa? Kenapa tinggalin, aku?"
Kayla tak tahan, hatinya remuk rendam. Sangat sakit, ketika kehilangan sang ibu. Namun, gadis itu berusaha sekuat tenanga untuk tegar. Kayla mengambil ponsel, dan menghubungi Glen.
Namun, tak ada jawaban. Kayla benar-benar pasrah, harus menghubungi siapa lagi.
Akhirnya, ia memutuskan untuk menghubungi Alfa.
Dering ketiga, Alfa menjawab panggilan Kayla.
"Halo," ucap Alfa di sebrang sana. Dengan, nada malas.
"Alfa, bisa ke rumah sekarang? Mama meninggal, Fa. Hiks...." Kayla menangis lagi.
****
Alfa berjalan dengan ritme yang cepat. Hatinya terasa cemas, mendengar kabar duka. Kini Alfa telah sampai di rumah Kayla. Alfa tak sendiri, ada Alvin juga sana. Suasana sudah ramai, banyak orang-orang yang datang untuk melayat.
Air mata Alfa akhirnya meluruh, melihat Kayla yang nampak lusuh dan pucat. Duduk si samping jenazah sang ibu. Lelaki itu langsung menghampiri dan memeluk Kayla. Tangis gadis itu pecah lagi.
"Aku ditinggal, Fa. Hiks ... Hiks," tangis Kayla.
"Sabar, Kay. Sabar." Alfa mengelus punggung Kayla.
"Ya Tuhan, Hiks...." Gadis itu seperti sudah tak ada tenaga, tubuhnya lunglai.
Alfa panik, lelaki itu memanggil Alvin agar membantunya mengangkat tubuh Kayla yang ambruk.
Kini ada Alfa dan Kayla di kamar. Air mata lelaki itu menetes, seakan ikut merasakan kesedihan yang dirasakan Kayla. Begitu nelangsa nasib gadis yang ia cintai.
KAMU SEDANG MEMBACA
PUTA(Revisi)(Publish Di Dreame)
Romance#Judul awal (AMORE TO EL) baca dulu, sebelum berkomentar. #warning, area dewasa. Yang masih belum cukup umur harap mundur. Blurb: Kayla Safitri, seorang gadis cantik yang terpaksa menjadi pelacur karena krisis ekonomi. Ia rela menjadi pelacur demi m...