Baru kali ini Hana merasa dimusihi, tanpa tahu apa salahnya. Hana masih bingung, kenapa Kayla mendiamkan dirinya? Sampai-sampai, Kayla tak mau duduk bersebelahan dengan dirinya. Kesalahan apa yang telah ia lakukan? Sehingga sahabatnya menjadi dingin, bahkan bertegur sapapun tak mau.
Sudah seminggu, Kayla tak mau berbicara dengan para sahabatnya. Ketika bertemu Alfapun, Kayla seolah tak mengenal. Apalagi jika bertemu Alvin, muka sinis akan Kayla beri, ketika bertapa muka dengan lelaki itu. Menjauh dari sahabat-sahabatnya, namun dia malah lengket dengan Glen.
Bel sekolah berbunyi, kini Kayla hendak ke kelas Glen. Ajakan Hana untuk ke kantin bareng, di tolak oleh Kayla."Eh... Lu liat Glen, gak?” tanya Kayla pada teman sekelas Glen.
“Kayaknya dia ke kantin, deh.” Kayla mengangguk paham, dan segera pergi ke kantin.
Langkah Kayla terhenti, ketika melihat Glen bersama Kirana. Jantung Kayla berpacu cepat, karena melihat pemandangan di depanya. Semakin ragu untuk menghampiri Glen.
“Kok gue ngerasa cemburu, ya?” batin Kayla.
“Ah... Bodo amat. Gue samperin aja.” Akhirnya Kayla bertekad untuk menghampiri Glen.
Gadis itu menepuk pundak Glen, spontan membuat lelaki itu terkejud. Tadinya ingin marah, namun ia urungkan ketika tahu siapa yang menepuknya. Glen tersenyum, dan menyuruh Kayla untuk duduk di sampingnya.
“Kalian lagi apa?”tanya Kayla basa-basi.
“Kita lagi bahas tugas, Kay. Aku sama Glen satu kelompok. Jadi, kamu gak perlu cemas, apalagi cemburu. Haha.” Kirana mencoba menggoda.
Mendengar jawaban Kirana, sedikit membuat Kayla lega. Entah, apa yang sebenarnya Kayla rasakan. Padahal, ia pikir, Glen hanyalah teman pelampiasannya saat ini. Saat ia menjauhi teman-temannya.
“Dih... Kalem aja kali, Na. Gue sama Glen juga Cuma temanan. Siapa juga yang mau marah, karena masalah ginian,” kata Kayla.
“Haha... Yaudah. Aku tinggal ke kelas dulu, ya. Nikmatin, temu kangennya.” Glen tersenyum, dan mengangguk.
Kini tinggal Glen, dan Kayla. Mereka saling tatap.“Apa? Gue cantik, ya?”
“Cantik banget.” Di situlah, mereka mulai bercanda. Hingga tak sadar, ada pasang mata yang memandang. Merasa sakit, sekaligus kehilangan. Alfa Satya, sahabat Kayla yang merasa terbuang, ketika sudah tak dibutuhkan. Ternyata menyimpan perasaan, hingga sekarang. Ini kali pertama Alfa patah hati sebelum memulai.
“Udah, biarin aja,” kata Alvin yang sedari tadi memperhatikan tatapan Alfa ke arah Glen, dan Kayla.
“Harusnya, lu bilang dari dulu. Kalo lu suka sama dia. Kalo udah gin, kan? Terlambat. Kalah start sama Glen,” lanjutnya.
Semudah itu, lu lupain gue? Harusnya gue... Yang ada di posisi dia. Yang buat lu selalu tersenyum, batin Alfa.
“Cariin, gue pacar!” ujar Alfa tiba-tiba, membuat Alvin tak percaya, dengan ucapan sahabatnya itu.
😍😍😍😍😍
Sakit, dan kecewa, gambaran hati Alfa saat ini. Lelaki itu merasa kehilangan, seseorang yang ia sayang telah mengecewakannya. Hal itu sangat membuat Alfa sakit. Ketika pengorbanan, dan perhatiannya tak dianggap.
Alfa duduk di kursi, sambil mencoret meja sekolah. Ia merasa gabut, karena memang tak ada yang bisa ia lakukan saat ini. Ia marah dengan Glen, karena menurutnya Glen telah mengambil kesempatan, untuk merebut Kayla.
“Lu kenapa, Fa?” tanya Glen tiba-tiba. Spontan membuat Alfa menoleh.
“Kepo, lu.” Glen hanya terkikik. Lelaki itu mengambil gawai, membaca pesan dari Kayla.
“Dasar cewek ini, bisa-bisanya selucu ini,” lirih Glen. Tapi masih bisa didengar oleh Alfa.
Alfa yakin, pasti cewek yang dimaksud Glen adalah Kayla.
“Udah sampe mana sama Kayla?”tanya Alfa.
Glen melirik.
“Kepo!”
“Gue berhak tau!”
Alfa mulai emosi.
“Yaudah! Semoga lekas jadian,” lanjutnya.“So pasti! Lu gak papa, kan? Kan ku Cuma sahabatan doang sama Kayla. Jadi, gak masalah, dong. Kalo gue pacaran sama dia?” Lagi-lagi perkataan Glen membuat Alfa tak sabat. Emosinya tersulut. Laki-laki itu menggebrak meja. Meninggalkan Glen.
Di kantin.
Alfa menatap rindu gadis yang sedang duduk sambil memakan batagor. Ingin rasanya menyapa. Tapi, lagi-lagi gengsi menjadi penghalang. Rasa kecewanya juga belum sepenuhnya sembuh.
Akhirnya, hanya bisa menatap dari jauh. Menikmati setiap senyum yang tercipta dari bibir gadis yang ia sayangi. Alvin datang bersama Hana Mereka duduk di samping Alfa.
“Kayla memang sekarang udah berubah,” ujar Hana.“Gue kehilangan sosok dia yang peduli,” tambahnya.
Alfa mengusap wajahnya kasar. Membenarkan perkataan Hana. Namun, harus bagaimana lagi? Nasi sudah menjadi bubur.
"Lu gak coba buat bicara lagi sama dia?" tanya Alvin. Alfa menggeleng.
"Yaudah! Nanti juga kalo dia butuh, bakal nyari lu."
"Dia udah gak butuh gue. Dia udah pinter sekarang. Gak butuh bantuan siapapun," jawab Alfa. Mengingat kembali ucapan Kayla beberapa waktu lalu.
Alfa jadi flash back. Mengingat kenangannya dulu bersama Kayla. Dulu, Alfa pernah mendiamkan Kayla, karena bolos sekolah. Kayla yang merasa dicuekin Alfa, akhirnya mencari cara, agar Alfa mau memaafkan dirinya. Berbagai macam cara sudah Kayla lakukan, tapi hasilnya nihil. Alfa tetap dingin. Hal itu membuat Kayla kesal. Akhirnya gadis itu memutuskan untuk menunggu Alfa di depan rumah. Karena biasanya lelaki itu akan melakukan olah raga pagi, joging contohnya, dan selalu melewati rumah Kayla. Saat itu, Kayla menunggu Alfa hampir setengah jam, sambil duduk di sepeda.
Beberapa menit kemudian, seseorang yang ia tunggu kini nampak. Kayla mencoba menyapa Alfa, namun Alfa berlari seolah tak melihat Kayla. Gadis itu manyun, namun mencoba menghilangkan rasa kesalnya.
Akhirnya, ia memutuskan untuk mengikuti Alfa. Tanpa, mengayuh atau menaiki sepeda. Alfa merasa diikuti, namun tak peduli. Lelaki itu terus melanjutkan aktivitasnya, seolah tak ada apa-apa.
Kini mereka sampai di taman. Di sana terdapat jembatan, yang biasa pengunjung gunakan untuk berfoto. Ketika Kayla ingin mengayuh sepeda, rantai lepas. Kayla bingung, dan terus mengikuti Alfa. Kesabaran Kayla sudah habis. Ia marah, karena ia tahu, bahwa Alfa pasti menyadari jika Kayla mengikutinya sejak tadi.
"Alfa!" teriak Kayla.
Alfa berhenti, namun tak menoleh. Sedangkan, Kayla bercucuran air mata.
"Gak bisa, ya? Lu ngeliat ke belakang?" lanjutnya. Dengan berat hati terpaksa Alfa membalikkan tubuhnya. Dengan tangan ditaruh di atas pinggang. Memandang Kayla dengan tatapan dingin.
"Apa?"
"Lu gak liat, rantai sepeda gue lepas?"
"Terus? Gue harus apa?"
"Gue gak bisa maju. Gue pingin, lu ke sini!" tangisnya membanjir. Alfa mengusap wajahnya. Lelaki itu tak tega, jika melihat perempuan menangis. Akhirnya, memutuskan untuk maju ke arah Kayla.
Beberapa menit kemudian.
Dua anak manusia itu duduk di bangku taman. Keduanya sedang asik menikmati es krim. Namun, tak ada satupun topik pembicaraan yang keluar. Suasana sangat canggung.
"Jadi... Lu nangis, karena rantai sepeda lepas?" tanya Alfa memecahkan keheningan.
"Iya? Kenapa? Masalah?" Kayla kembali dengan sikap sarkasnya. Hal itu membuat Alfa terkekeh. Saat itu juga, mereka baikan.
Alfa tersenyum, ketika mengingat kenangannya dulu bersama Kayla. Sebelum, gadis itu berubah, menjadi Kayla yang sekarang. Kayla yang tak membutuhkan dirinya.
Gue kangen, batin Alfa.
KAMU SEDANG MEMBACA
PUTA(Revisi)(Publish Di Dreame)
Romance#Judul awal (AMORE TO EL) baca dulu, sebelum berkomentar. #warning, area dewasa. Yang masih belum cukup umur harap mundur. Blurb: Kayla Safitri, seorang gadis cantik yang terpaksa menjadi pelacur karena krisis ekonomi. Ia rela menjadi pelacur demi m...