Kebencian atau dendam tidak menyakiti orang yang Anda tidak sukai, tetapi setiap hari dan setiap malam dalam kehidupan Anda, perasaan itu menggerogoti Anda.
- Norman Vincent Peale -My playlist today: Calvin Harris & Alesso - Under Control ft. Hurts, how yours?
Tubuh langsingnya bergerak dengan gelisah, ada cucuran keringat sebesar biji jagung yang juga menghiasi pelipisnya, padahal AC di kamarnya bersuhu 18°C. Sesekali pun alisnya seperti menyatu menandakan jika dia sedang berpikir keras. Mulut kecilnya juga kadang ikut melenguh, berteriak tertahan.
"El?"
Tidak ada yang berubah, tubuh itu tidak juga berhenti.
"El...." Kini panggilannya di sertai guncangan di lengan sang empunya nama.
"Kenapa tidak bangun juga, Pa?" suara lain mengisi ruang kamar, itu Snow. Gadis kecil yang sedari tadi melihat ibunya tidur dengan gelisah memutuskan naik ke atas ranjang.
"Mom.... Mommy...." Snow pun ikut membangunkan ibunya. Dia mengguncang sisi kiri tubuh El.
"Ngg...."
Menyesuaikan sinar yang masuk pada netranya, dia sedikit mengerjap.
"Ada apa?" Suaranya parau, khas orang bangun tidur.
Wajah pertama yang dilihatnya adalah Rio, dia bertanya pada Rio yang sudah duduk di tepian ranjang tepat di sisi kanan tubuhnya.
"Kenapa sayang?" Kali ini dia beralih pada Snow yang terduduk di sebelah kirinya.
El bangun dan bersandar pada kepala ranjang. "Kalian berdua kenapa?" tanyanya memandangi Snow dan Rio bergantian.
"Kau yang kenapa? Mimpi buruk?"
Seketika El kembali teringat akan mimpinya.
Rio benar, dia mimpi buruk. Hanya saja mimpi itu bukan mimpi yang mengerikan, melainkan menyakitkan. El kembali memimpikan kilasan masa lalunya bersama David. Kilasan hari terakhir dia berada di London. Kilasan tentang bagaimana Alecia mendatanginya malam itu, bagaimana Verona menyarankan dia untuk pergi demi keselamatan jiwa David.
Ya, dia pergi. Dia pergi meninggalkan London, meninggalkan prianya.
"Mommy!" Teriakan Snow dengan guncangan kembali pada tangannya menarik El dari lamunannya.
"Ya sudah, berkemaslah, El. Kau akan ke butik hari ini bukan?"
Pertanyaan Rio di angguki oleh El. Dia memang harus ke butik hari ini.
"Aku sudah menyiapkan sarapan, kami tunggu di ruang makan ya mommy," tutur Rio sambil bangkit kemudian merentangkan tangannya ke arah Snow, bermaksud akan menggendong putri kecilnya.
"Jangan banyak pikiran, acaramu sebentar lagi." Sebelum beranjak, Rio mengusap pucuk kepala El dengan Snow dalam gendongannya.
"Bye mommy...." Snow melambaikan tangannya yang dia tempelkan terlebih dahulu ke bibirnya ke arah El yang masih termangu di atas ranjang.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Reuni Mantan di Manhattan #ODOCtheWWG
RomanceCOMPLETED. (Proses revisi secepatnya). Range : [18++] Diharapkan pembaca bisa bijak. Jika memaksa membaca, silakan tanggung sendiri dosa dan akibatnya. Tapi jika sudah membaca, jangan berhenti begitu saja =D • • • Dingin. Satu kata yang bukan hanya...