COMPLETED.
(Proses revisi secepatnya).
Range : [18++]
Diharapkan pembaca bisa bijak. Jika memaksa membaca, silakan tanggung sendiri dosa dan akibatnya. Tapi jika sudah membaca, jangan berhenti begitu saja =D
•
•
•
Dingin.
Satu kata yang bukan hanya...
My playlist today: Dipa Barus ft. Kallula - No One Can Stop Us, how yours?
"Setidaknya aku memiliki satu kartu," tukas David mulai geram. "Snow anak kandungku dan dia adalah ibu kandungnya."
David tersenyum sombong kepada Rio yang bersedekap di depannya. Belum pernah sejak sepuluh tahun terakhir mereka cekcok lagi. Karena selama ini semua permasalahan di antara mereka selalu teratasi. Belum lagi didukung dengan pemikiran David dan Rio yang sejalan dan seirama.
"Nous verrons qui va-t-elle choisir parmi nous," sahut Rio malah mengejek David.
"Brengsek!" David berang. Hampir saja dia menonjok wajah tampan Rio jika Snow tidak datang.
"Ada uncle David!" Snow menyambut David dengan girang. "Mommy pasti senang. Iya 'kan, Pa?"
Pertanyaan Snow hanya disenyumi oleh Rio. Tanpa ada yang tau, sebenarnya amarah dalam diri David semakin membuncah. Seharusnya dia yang dipanggil papa atau daddy, bukan Rio!
Lenguhan suara merdu serta gerakan menggeliat di sebelah ranjang menyadarkan David yang mengepalkan tangan tanpa sadar. Mengingat perkataan Rio seperti sudah berhasil mencuri hati El itu membuatnya kesal. Dia bahkan tidak tau apa dan bagaimana Rio memperlakukan El selama ini.
Fuckin' damn!
Sorot mata biru itu mulai terbuka perlahan. David hanya memperhatikan dari tempatnya. Karena di antara mereka terhalang oleh Snow yang masih tidur di tengah-tengah sebagai pembatas.
El mengerjapkan mata indahnya beberapa kali. Selain karena rasa kantuk yang berat, ada sedikit pusing juga yang dia rasakan. Dia seperti baru bangun dari tidur panjang yang lama. Iya, dia tau dia bukan putri tidur. Tapi rasanya, durasi tidurnya kali ink sudah seperti tertidur berhari-hari.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kau?!" pekik El terkejut saat ditangkapnya ada wajah David di ujung tempat tidur. Dimana dia?!
"Diamlah, Queen," David berkata kepada El tapi dagunya menunjukkan ke tengah ranjang yang diisi oleh Snow.
Saat menangkap keberadaan Snow di antara mereka, El semakin mendelikkan matanya terkejut.
"Di mana ini?" tanyanya langsung terduduk.
El memperhatikan sekitarnya. Asing. Belum lagi ada guncangan kecil di tubuhnya. Seperti sedang di pesawat.
"Awan?" Dia mengernyit bingung ketika beberapa awan putih tertangkap netra birunya.
David berhedem. "Kau sudah tau kita ada di mana," sahutnya dengan cuek. Well, dia sebenarnya masih jengkel tentang pembicaraan terakhir mereka.
El mengatakan dia yang bersalah tanpa mau menjelaskan apa penyebabnya dia pergi. Belum lagi cara El membela Rio dengan tersirat. Cih! Membuat David semakin membaca ada yang tidak beres di antara mantan pacarnya dan temannya itu.