6.Mungkinkah?

45 4 0
                                    

  Sheryn melangkah pelan dikoridor yang menuju kelasnya. Kepalanya menunduk dan kedua tangan yang saling mertautan, menggambarkan  perasaannya yang cemas.

Pikirannya bekecamuk tentang ucapan Rivan yang terus terngiang-ngiang dikepalanya. Perasaannya bingung dan mencoba bertanya tentang perihal apakah Rivan berucap sedemikian padanya.

"Kamu cantik."

Mengingat kata-kata itu, Sheryn menghentakkan kakinya, berseru kesal dan meremas rambutnya dengan frustasi. Tanpa sadar, kini dirinya sudah berada didepan kelas dan mendapati wajah-wajah yang menatap heran penuh tanya padanya.

Sheryn terdiam dengan posisi yang masih sama, lalu beberapa detik kemudian menurunkan kedua tangannya yang masih berada diatas  kepala. Matanya menatap pada Ifan, Syawal dan Rahman yang sedang duduk dikursi depan kelas dan memperhatikan dirinya.

Sheryn mengubah raut wajahnya senatural mungkin. "Kenapa lo bertiga liatin gue gitu?"

Ifan, Syawal dan Rahman saling pandang, sampai kemudian kembali menoleh pada Sheryn.

"Emang kenapa, Mblo?" Tanya Rahman dengan satu alis terangkat, seolah mengejeknya.

Ifan dan Syawal menahan senyum mereka yang membuat Sheryn semakin kesal. Sheryn memutar bola matanya, lalu menatap sinis pada Rahman yang dengan watadosnya tersenyum pepsodent padanya.

"Gak usah sok-sok'an ngatain gue jomblo, deh!" Cetus Sheryn, "kalau pada kenyataannya, lo juga jomblo dan lebih senior dari gue."

Mendengar kata-kata Sheryn, kedua makhluk disamping Rahman terbahak mendengarnya. Seakan-akan itu adalah sebuah lelucon yang menggelikan perut mereka.

Rahman menoleh kesampingnya dengan wajah yang kurang enak dipandang. Sialan!

"Aduh.." ringis Syawal, disela-sela gelak tawanya. "Gimana, tuh? Lo dikatain jomblo senior, men." Tangannya menepuk-nepuk pundak Rahman dan kembali tertawa.

"Berasa netes air hidung gue ngedengernya." Sahut Ifan yang entah mengapa membuat Sheryn tersenyum menahan tawanya.

"Gila lo berdua, temennya dikatain malah diketawain. Jahat emang." Ucap Sheryn sambil berlalu masuk ke kelas, meninggalkan kedua makhluk yang masih saja mentertawakan Rahman.

Setelah masuk kelas, Sheryn segera duduk dibangkunya dan meraih ponsel yang tergeletak dibawah meja. Saat mendongak, dia mendapati dua cewek yang dengan wajah kepo andalan mereka. Siap mempertanyakan perihal apapun agar penyakit kepo mereka bisa berkurang.

Sheryn menatap jenuh pada Indy dan Arlin yang tersenyum manis padanya.

Modus sebelum kepo, ya gitu.
Capek, deh!

Sheryn meletakkan ponsel diatas meja, setelah mendengar deheman keras yang disengaja oleh Indy dan Arlin.
Matanya kini menatap mereka berdua secara bergantian.

"Mau tanya apaan?" Sheryn memutar bola matanya dengan jengah sambil manyun.

Indy berdecak, "biasa aja kali mukanya, mbak."

"Tauk, nih." Sahut Arlin, "bilang aja kalau lagi bahagia dan hati sedang berbunga-bunga."

Sheryn melirik kearah Arlin, "apaan sih lo, gak jelas banget. Siapa juga yang lagi bahagia."

Arlin mengerutkan kedua keningnya dengan bingung. "Lho, bukannya lo abis kencan sama gebetan. Harusnya lo seneng,'kan?"

"Siapa bilang, gebetan gue Rivan?"

"Eh, emang bener,'kan. Lo pernah suka sama Rivan waktu dulu?" Kini tatapan Sheryn beralih pada Indy yang bertanya.

"Ya ampun.." Sheryn mengusap wajahnya dengan frustasi. "Itu,'kan dulu."

Let's Move On!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang