7.Teringat

54 2 1
                                    

Sheryn berkali-kali menghirup udara sebanyak-banyaknya, berada didekat Rivan ternyata membuat udara seakan menipis seketika. Dan membuat Sheryn berkeringat dingin, padahal ac mobil sudah dinyalakan Rivan sedari tadi.

Ucapan Rivan yang mau pulang bareng dengannya ternyata sangat tulus. Buktinya tadi pas bell pulang berbunyi, cowok itu sudah stand bye didepan kelas Sheryn yang membuat kelasnya mendadak riuh karena menggodanya dengan kata-kata 'pj-nya, sher.'

Mereka semua mengira kalau Sheryn sudah meresmikan hubungan dengan Rivan, padahal kenyataannya tidak sama sekali.

Sheryn menghela napasnya, lalu melirik pada Rivan yang tampak tenang memandang ke depan sambil menyetir. Tanpa sadar, sudut bibir Sheryn bergerak membentuk sebuah senyuman, sambil terus menatap cogan disampingnya.

Eh, kok gue malah senyam-senyum gini sih? Gak waras nih, gue. Batin Sheryn, lalu segera berbalik--bersandar pada kaca mobil dan menatap keluar. Mencoba menepis perasaannya yang ingin kembali menatap Rivan. Eh, apa tadi?

"Rumah lo dimana, Sher?"

Sheryn terlonjak kaget ketika mendengar suara Rivan. Ia lantas menoleh pada cowok disampingnya itu, lalu menatap lurus kedepan.

"Setelah lampu merah, lo belok ke kiri. Abis itu lurus aja, ntar ada perumahan." Jelasnya, tanpa menatap pada Rivan.

Sheryn memegangi dadanya yang berdegub hebat, entah perasaan apa ini. Setiap kali bertatap muka atau paling tidak berada didekat Rivan. Jantungnya selalu berefek samping menjadi gila seperti ini.

Tak berapa lama, Rivan menepikan mobilnya didepan rumah yang baru saja Sheryn tunjuk. Memberi tahukan kalau itu adalah rumahnya. Setelah Sheryn keluar dari mobil, Rivan pun ikut keluar mobil dan berderap menghampiri Sheryn.

"M-makasih ya Riv, lo udah m-mau nganterin gue pulang." Ucap Sheryn sambil menunduk, tak berani menatap ke depan pada Rivan. Bisa-bisa jantungnya bisa kembali menggila seperti tadi.

"Iya, sama-sama." Sahut Rivan, "oh iya, Sher. Nanti malem lo ada acara?"

Sheryn mencoba mendongak, menatap Rivan yang menaikkan kedua alisnya sambil bertanya. Sheryn kembali menunduk, "ng..nggak ada." Jawannya, menggeleng pelan.

Rivan mengangguk sambil tersenyum. "Kalau gitu lo mau,'kan, nanti malem jalan sama gue?"

Mendengar pertanyaan Rivan, lantas Sheryn mendongak--menatap tak percaya padanya.

"Lo mau,'kan?" Tanya Rivan sekali lagi.

Sheryn menggigit bibir bawahnya dengan gugup, beriringan dengan detak jantungnya yang kembali menggila. Begitu menyadari kalau dia dan Rivan akan 'Kencan', mungkin?

"I-iya.. gue m-mau." Jawab Sheryn, berusaha menghilangkan kegugupannya didepan Rivan.

"Oke, nanti malam gue jemput jam delapan." Ucap Rivan sambil tersenyum, "gue pulang dulu." Katanya, lalu mengusap lembut puncak kepala Sheryn. Sebelum akhirnya berderap memasuki mobil dan melajukan mobil tersebut.

Sheryn mematung ditempat, menatap mobil Rivan yang semakin menjauh dan sampai akhirnya menghilang dipersimpangan.

"Gue harus dandan cantik, malem ini." Gumamnya tanpa sadar.

****

Sheryn berkali-kali merapikan rambutnya sambil terus berpatut didepan cermin, mencoba mencari-cari apakah ada yang kurang dari dandanan naturalnya.

Matanya kini melirik jam dinding kamarnya yang menunjukkan pukul 19.58. Sheryn merasa gugup, tak berapa lama lagi Rivan akan datang menjemputnya. Dan sampai akhirnya, klakson berbunyi nyaring didepan rumahnya yang membuat jantung Sheryn berdetak hebat.

Let's Move On!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang