Aku kaget bukan kepalang. Kugerakkan tubuhku untuk mundur sedikit demi sedikit.
"Bukannya tadi kamu yang mengharap kejadian itu kenyataan? " pungkasnya.
Aku tak tahu harus menjawab apa. Dia benar-benar nyata dan berdiri di sampingku dengan tubuhnya yang berwarna merah mencolok. Sepasang dadanya yang perkasa ditumbuhi bulu-bulu halus yang rata pada bagian menonjolnya. Putingnya kecil berwarna kecoklatan dan menggemaskan. Kedua lengannya lumayan berotot dan pundaknya lurus seolah dia rajin berolahraga.
Dia memutar tubuhnya di hadapanku. Aku menelan ludah melihat garis punggungnya yang melengkung dan torsonya yang sempurna berbentuk V. Badannya tidak terlalu besar, tetapi kelihatan empuk dan hangat untuk dipeluk.
Mendadak dia mendekatiku sambil merentangkan tangan. Refleks aku mundur sedikit.
"Tadi kau bilang, aku empuk untuk dipeluk?"
Astaga dia bisa membaca pikiranku. Aku tidak tahu harus menjawab apa.
"Ka-kamu," ucapku agak terbata.
"Ya, aku mau jadi pacarmu, " dia mengatakan itu tanpa beban sama sekali.
Hatiku girang namun sedikit grogi. Dia mendekatkan tubuhnya ke arahku. Aku tidak menghindar kali ini. Begitu pula saat dia melingkarkan tangannya ke pinggangku, aku hanya pasrah. Dia mendekatkan tubuhku kepadanya sehingga tubuh kami saling menempel. Hangat dan nyaman. Tubuhnya benar-benar empuk seperti yang kubayangkan.
Aku menyandarkan kepala ke pundaknya. Lehernya tegas seperti tadi saat dia menindihku dengan wujud tak terlihat. Aku mendongak sedikit dan menatap sepasang tanduk di kepalanya.
"Kamu punya tanduk, "
"Hahahaha," dia tertawa.
"Jangan dipegang, geli, "lanjutnya.
Tetapi jariku justru penasaran dan menuju ke sana. Kusentuh benda itu pelan-pelan. Dia bergidig bagai kucing yang terkena air.
"Bandel ya," dia mendorong tubuhku ke tembok kamar mandi dan mulai menciumi leherku. Aku mendesah dan mengendus telinganya yang runcing dengan penuh gairah. Tubuhnya tidak menguarkan bau apa-apa. Tidak ada keringat atau bau-bau lain seperti manusia. Dia mrmang berasal dari dunia lain.
Kuraba punggungnya yang perkasa. Sementara bibirnya masih menjelajahi tubuhku, aku mengelus punggungnya dari atas sampai bawah. Tubuhnya semulus dan sehangat tubuh manusia. Aku menggigit telinganya dengan bibirku. Gairahku memuncak lagi. Dia mendorong pantatku ke arahnya lebih dekat, dan lebih dekat lagi.
Tak pernah kubayangkan aku akan berkencan dengan laki-laki berbadan merah begini. Tetapi bagiku, dia tidak buruk. Dia justru pasangan yang ideal untukku. Dia memiliki segala yang kuinginkan.
***
Kami berdua tiduran di atas kasur. Kepalaku menyandar ke dadanya yang bidang dan berbulu. Kumainkan jariku di antara puting dan bulu-bulu halusnya.
"Kenapa kau mau kencan denganku? "
Aku menghentikan jariku lantas memundurkan kepalaku yang tadi menempel di dadanya.
"Aku tidak punya teman manusia yang bisa kukencani. "
"Kau bisa mencarinya. "
Aku melepaskan diri dari tubuhnya kemudian berbaring sejajar dengan tubuhnya.
"Entahlah," aku melepaskan napas berat yang menggantung di dada.
"Setiap kali memikirkan manusia untuk jadi kekasihku, aku ketakutan. Aku takut kalau suatu saat dia berubah pikiran dan mencoba hidup normal dengan mengencani perempuan, aku takut keluarganya tidak setuju, aku takut masyarakat menggrebek ketika kami berduaan, aku takut, sebab menyukai seseorang berarti menyukai dunia yang dia geluti. Sementara itu aku orangnya sering tak bisa sembunyi-sembunyi. "
Dia memandangku dari jaraknya. Sorot matanya hangat seperti manusia, terasa menempel di pipiku. Mendadak wajahnya betul-betul mendekat dan menempel di pipiku. Aku menoleh sehingga bibirku ketemu dengan bibirnya. Kami saling melumat dan memainkan lidah. Dia mengejar lidahku, aku mengejar lidahnya.
Kami pun telah sekali lagi bercumbu di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Faustian Date
Romance[UPDATE SETIAP MALAM MINGGU] Cerita tentang manusia yang berhubungan seks dengan Iblis tampan. WARNING : 1. Cerita mengandung adegan seks secara eksplisit. Bagi yang kurang suka mohon diskip saja. 2. Cerita mengandung tema LGBT, jadi bagi homoph...