Bab 1. Sleep Paralysis

11.2K 362 13
                                    

Foto pria bertelanjang dada dengan bulu-bulu halus menggoda di beberapa bagiannya adalah foto Ferdinan. Aku memajangnya di desktop karena Ferdinan sudah tidak ada di sini dan aku hanya tinggal sendiri. Ferdinan yang tampan dan bewokan itu menyusul ayahnya ke Malaysia sekaligus mencari kerja di sana. Masih kuingat wajahnya yang tampan dan bewokan itu mencium tanganku saat pamit hendak berangkat ke bandara. Badannya yang atletis, wangi sekali. Dan aku masih bisa merasakan jabat tangannya yang hangat serta kecupan bibirnya di tanganku. Aku merasakan juga buku-bulu bewoknya menggelitik saat mengecup tanganku.  Sebetulnya dia memang tidak mengecup, tetapi aku membayangkannya begitu.

Dada Ferdinan di foto ini sangat menonjol dan kekar. Aku mengambilnya secara sembunyi-sembunyi ketika aku dan Ferdinan berenang di Lumban Tirta , Palembang. Wajahnya yang sedang menghadap ke arah lain membuat lehernya tampak tegas dan maskulin. Jambangnya tumbuh merata dari pipi sampai dagu itu membuatnya kerap diperhatikan kaum hawa di sekitarnya. Dia memang memiliki rupa yang diidam-idamkan semua pria. Wajahnya, tubuhnya, dan juga bulu-bulu di beberapa bagian tubuhnya membuat pria-pria iri dan wanita-wanita bergairah kepadanya.

Dia memiliki tipe tubuh mesomorph. Tipe ini membuatnya tak perlu berusaha keras untuk membentuk tubuh. Tanpa berolahraga saja tubuhnya sudah kelihatan ideal begitu. Sangat enak dipandang baik saat mengenakan baju atau telanjang dada. Aku ingin punya tubuh seperti itu agar mudah mendapatkan pasangan. Sayangnya, tipe tubuhku justru tipe yang membutuhkan banyak usaha untuk dibentuk, yakni ectomorph. Bila aku ingin tubuh ideal maka aku harus menjaga asupan kalori dan berolahraga sekeras mungkin untuk membentuk otot-otot.

Hari ini aku tidak berolahraga. Hari ini aku sangat lelah. Setelah seharian duduk di depan komputer untuk memenuhi permintaan klien mengenai pengubahan logo produknya, akhirnya berhasil mendapat kata sepakat dengan revisi sudut di bagian kiri logo yang dibuat lebih bulat dari sebelumnya. Transaksi senilai 378$ itu akhirnya selesai juga. Punggungku terasa pegal sekali dan tangan bagian atasku sedikit kram. Aku menjauh dari meja kerja dan mematikan komputer.

Tak ada yang lebih menyenangkan selain klien yang puas dengan hasil kerjaku. Setelah menghabiskan waktu hampir 24 jam nonstop akhirnya aku berhasil melakukannya sesuai keinginan klien kini aku ingin tidur dan mengistirahatkan pikiranku.

Aku tinggal sendiri di kosan ini, seperti yang kuceritakan di prolog tadi. Dan selama itu aku sudah menjalani hari-hari menyenangkan tanpa mendapat satupun masalah dengan orang lain, kecuali sedikit masalah dengan klien-klienku dan para pencari dollar lainnya dari balik layar komputer. Bukan masalah besar.

Aku pun mulai memejamkan mata. Rasa kantuk melambai-lambai menyambutku ke alam mimpi. Mula-mula aku bermimpi berada di sebuah hutan yang ditumbuhi pinus-pinus tinggi. Di sisi hutan tampak seorang pemuda mirip Ferdinan. Dia sedang mandi sambil mengguyur-guyurkan air ke dada dan tangannya yang berotot. Matahari menyinari sebagian tubuhnya yang basah, membuatnya tampak seperti foto model pria untuk majalah gay. Aku menatapnya sambil  menelan ludah. Dia menyentuh bagian pinggang untuk membuka jeansnya. Adegan itu sangat pelan dan membuatku bergairah. Jarinya yang perkasa menurunkan celananya sedikit demi sedikit hingga tampak paha berbalut celana dalam berwarna putih. Di pahanya ada bulu-bulu lembut yang tidak terlalu tebal. Aku bisa melihatnya dari kejauhan dan merasakan bulu-bulu itu bergesekan di pahaku. Aku mendesah, tapi tiba-tiba saja aku malah terbangun.

Mataku menatap langit-langit kamar yang di tengahnya ada lampu menyala. Aku hendak bergerak tapi tak bisa. Sesuatu kasat mata menahan tubuhku. Sleep paralysis, batinku. Aku ketakutan dan ingin berteriak. Tetapi suaraku tidak keluar sama sekali. Aku meronta-ronta dan berusaha melepaskan diri.

Tapi tiba-tiba saja pikiran jorok meracuniku. Aku membayangkan sosok tak kelihatan itu adalah iblis ganteng dengan tubuh atletis dan berbulu di dadanya. Tubuh iblis itu berwarna merah dengan lekukan-lekukan berotot yang sempurna.  Tidak masalah di kepalanya ada dua tanduk, yang penting wajahnya benar-benar tampan dan tubuhnya perkasa.

Aku pun menggeliat, menikmati setiap moment tubuhku yang disesak. Aku memainkan mulut seolah sedang mencium mahluk ghaib yang menindihku. Kumajukan pinggangku ke depan hingga kemaluanku merasakan kehadiran tubuh lain di sana. Semakin lama semakin bergairahlah aku. Kupeluk sosok yang menindihku itu. Libidoku semakin naik dan naik, aku menggesekkan kepalaku seolah sedang merasai lehernya yang tegas. Dia benar-benar ada di sana, membuat gairahku semakin memuncak. Sesuatu yang hangat mulai naik dan membuatku kian tegang. Aku benar-benar mengalami apa yang disebut axis mundi, yaitu ketika lingga dan yoni berada pada posisi hendak dilepas namun belum lepas sepenuhnya.

Mendadak mataku terbuka. Aku sudah tidak kena ketindihan lagi. Aku beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi. Kuraupi wajahku dengan air segar. Suara kran air pada pukul dua dini hari benar-benar sunyi.

"Kupikir yang tadi itu nyata, " gumamku sambil menghadap cermin di kamar mandi itu.

" Memang nyata kok, "

Aku menoleh ke arah suara itu dan mendapati seorang pria dengan kulit berwarna merah menyala dan dua tanduk di kepalanya tengah berdiri tepat di sampingku.

Faustian DateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang