0.4

34 2 0
                                    

Siang harinya Keyara duduk bersandar di kepala ranjang. Daniel masih menemaninya. Mereka masih terdiam menikmati keheningan yang menyelimuti keduanya. Daniel menatap Keyara dengan lembut dan mengecup tangan Keyara. Keyara merasakan detak jantungnya bekerja lebih cepat.

Uhuuk

"Are you oke Key?" tanya Daniel

"Gak papa udah biasa kok"

"Key... Kamu pernah ngerasain cinta pada pandangan pertama gak?"

"Engga. Karena cinta itu datang karena terbiasa"

"But not me. Key, aku cinta kamu sejak pertama kamu datang ke sekolah. Dan aku merasa kalau kamu adalah tulang rusukku. So... Will you be my wife?"

Keyara menatap tak percaya pada Daniel. Keyara mengira Daniel sedang terkena demam tinggi. Dia menempelkan salah satu tangannya ke kening Daniel, dan satunya pada keningnya sendiri.

"Ahh... Panasnya sama. Kamu demam ya?"

"Key.. Iam so serious"

"Kita kan baru kenal bahkan mungkin kamu gak kenal aku kan"

"I know you. All about you"

Keyara mengerutkan keningnya bingung. Dia masih tak percaya dengan kata kata Daniel. Akhirnya Keyara menatap Daniel serius.

"Kamu serius ngelamar aku. Dan mau jadiin aku istri kamu?"

"Lebih dari serius Key. Dan aku butuh jawaban kamu sekarang"

"Aku gak mau"

Daniel menghela napas putus asa. Ditolak saat melamar memang bukan hal bagus. Daniel bangkit dari duduknya dan melangkah menuju pintu. Saat tangannya sudah memegang handel pintu Keyara memanggilnya.

"Aldaniel aku belum selesai bicara"

Daniel membalikkan badannya menatap Keyara dengan kedua tangan yang dimasukkan ke saku celana membuatnya lebih tampan.

"Apa lagi" ucap Daniel dingin

"Aku gak mau... Nolak nikah sama kamu"

Setelah Keyara mengucapkan itu dia langsung menunduk tak berani menatap Daniel. Daniel tersenyum dan mendekat ke arah ranjang. Memegang puncak kepala Keyara dan mengecup nya lembut.

"Now Keyara Alviaro"

"Gyanastyn. Kamu bahkan belum bilang ke Mama sama Papa aku Al"

"Setelah kamu sembuh aku bawa Mom and Dad ke rumah kamu"

Mereka tertawa bersama. Mereka tak menyadari bahwa dinding pun memiliki telinga untuk mendengarkan. Dari balik pintu Gaga mendengarkan pembicaraan mereka hingga tak sadar setetes air mata keluar dari ujung matanya.

Melihat orang yang aku cintai bahagia adalah hal yang indah, meski bukan aku kebahagiannya, batin Gaga.

Gaga mengetuk pintu pelan dan membukanya. Tersenyum lebar seperti biasanya. Daniel mempersilakan Gaga masuk dan mereka bertiga mengobrol santai tak menyinggung sedikitpun soal pembicaraan Daniel dan Keyara tadi.

"Bara sama Rey kemana Ga" tanya Daniel.

"Bara masih ngurusin Louisa. Rey tadi sih katanya ke kantin"

"Oh ya aku mau ngasih tau minggu depan kita tunangan kamu harus dateng ya"

Deg

Gaga merasa dunianya hancur seketika. Tak menyangka bahwa mereka akan sampai pada pembicaraan ini. Gaga menatap Daniel dan Keyara bergantian dan bertanya apa mereka serius akan bertunangan.

Keyara GyanastynTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang