"hey, kamu... adinda ya?"
isak tangisku seketika berhenti, aku diam tanpa menoleh bahkan sampai sempat menahan nafas beberapa saat mengeluarkan nafas dengan pelan dan hati-hati. siapa orang yang menyapaku di makam tiger? padahal tak pernah ada seorangpun teman yang tau, aku berteman dengan tiger atau tau aku selalu mengunjungi makam tiger?
aku benar-benar merasa takut saat itu, melihat suasana pemakaman sore itu terlihat sepi. "aku ramal... kamu akan mengenalku saat menoleh?" katanya dengan menirukan gaya bahasa anak SMA di film remaja yang sedang booming tahun ini.
DEG!!! tiba-tiba aku semakin tercengang dengan pernyataan suara laki-laki di belakangku itu. aku menoleh perlahan mendapati seorang pria dengan seragam rapih, yang ku perkirakan itu adalah seragam kerjanya. aku menatapnya dari ujung kaki sampai ujung kepala seketika senyumku merekah mendapati seorang laki-laki yang pernah hilang di telan bumi setelah pertemuan terakhirku beberapa tahun lalu.
"bimo??" dia tersenyum bangga, karna mungkin aku masih mengenalnya setelah sekian lama tak jumpa."ini beneran kamu kan?" kataku meyakinkan penglihatanku "iya ini gue din" ternyata ini benar-benar bukan mimpi, dia adalah bimo anak buah tiger dulu, dia orang yang membawakanku makanan dan minuman saat pertama kali tiger mengajakku berkunjung ke markas nya waktu SMA dulu, dan aku juga cukup dekat dengannya karna dia adalah salah satu dari anak buah kepercayaan tiger waktu itu. "sekian lama gue nunggu lo berkunjung kesini din" katanya dengan senyum sedikit miris. ada apa dengan anak ini sekarang. "kenapa nunggu aku?" kataku dengan wajah sedikit heran. " kita ke taman kota yu, banyak yang pengen gue ceritain ke lo" aku hanya mengangguk dan mengikuti langkahnya menuju taman kota.***
sesampainya di taman kami duduk di atas rumput hijau yang membentang dengan pemandangan senja menatap ke arahku dan bimo. suasana seketika hening beberapa saat. kami hanya saling bungkam selama beberapa menit. "bim, kamu... sekarang kerja?" kataku memulai percakapan. "iya gue kerja jadi OB di sebuah perusahaan" katanya menjelaskan. aku memgangguk-angguk tanda mengerti "lo sendiri, ngapain?" katanya menolehkan kepalanya ke arahku."aku? duduk." jawabku sambil cengir tanpa dosa. "maksud gue bukan itu micin!" katanya sambil menepuk jidat dengan tangan kanannya. aku tertawa lepas, dan itu sangat membuatku merasa lega. "aku sekarang kuliah" jawabku mulai serius. "oh iya iyaa, oh ya, lo sering dateng ke makan tiger?" katanya sambil menatap matahari yang mulai lelah sore itu. " baru kali ini lagi aku datang ke pemakaman itu, setelah beberapa lama." kataku sambil melingkarkan kedua tanganku di lutut. wajahku sedikit ku tundukan entah kenapa tiba-tiba aku merasa sedih berada disini, aku jadi ingat dulu kami duduk di atas rumput seperti ini bergerombol dan bersenang-senang dengan tawa canda dan nyanyian memakai alat musik alakadarnya, tapi kini hanya ada aku dan bimo berdua, dengan banyak keheningan di antara kita. "lo kenapa?" bimo sedikit menundukan wajahnya menatapku yang memeluk lutut dengan kepala di atasnya menatap kosong kedepan. setelah di tanya seperti itu, tiba-tiba, aku merasakan panas di sekujur belahan pipiku, ada embun-embun kecil menghalangi mataku, sepertinya hari ini mereka tak bisa ku ajak kompromi lagi. aku menenggelamkan wajahku di lingkaran tanganku. ku tahan agar tak ada isak tangis yang keluar sedikitpun meskipun embun itu kini telah mengganas menjadi aliran sungai kecil di pipiku. "din lo nangis?" bimo terus mencari celah untuk melihat apa yang terjadi padaku. isakku semakin menjadi melihat bimo yang masih perduli padaku meskipun dulu aku tak pernah berniat mencari bimo untuk mengetahui banyak info tentang tiger.
aku mengangkat sedikit kepalaku dan berkata lirih "aku rindu tiger" tangisku pecah kembali di balik senja yang semakin tenggelam sore itu. bimo mendekatkan tubuhnya ke arahku mengusap usap puncak kepalaku dengan lembut, mungkin cuman itu yang bisa dia lakukan saat ini, aku tau, tidak ada jawaban atas perkataanku itu. aku menenggelamkan kembali kepalaku, untuk pertama kalinya lagi, aku merasa sangat sedih dan menangis seperti orang kalut beberapa minggu lalu.
"inilah hidup, terkadang terlihat tak adil, tapi ingat tak ada rencana Tuhan yang tak baik untuk kita,selalu ada kebaikan di balik segala kesakitan, lo kira gue tak memiliki masa-masa sulit sebelum ini?" aku mengangkat kepalaku menatap wajah bimo yang tersenyum miris menghadap langit yang mulai berwarna biru tua. "semenjak tiger meninggal tertembak waktu itu, gue benar-benar kalut, gue bingung harus apa? dan harus kemana? sampai untuk makanpun rasanya sulit. gue sempat mencopet seseorang saat itu, dan itu adalah pertama kalinya gue ngelakuin hal yang di benci Tuhan itu, hanya untuk makan dan berganti pakaian. setelahku ambil dompet orang itu tiba-tiba gue sadar,bahwa tiger tak pernah mengajari gue dan kawan-kawan yang lain untuk makan-makanan dari hasil tidak halal. akhirnya gue ngembaliin dompet itu dengan isinya yang masih utuh, dan tiba-tiba orang itu, ngasih gue imbalan selembar uang, dan ngajak gue kerja di perusahaannya sebagai office boy. Kurang baik apa coba Tuhan waktu itu?! sampai akhirnya gue sadar bahwa sedikit saja kita melakukan kebaikan, maka akan banyak balasan kebaikan setelahnya. lo percaya itu kan?" kini dia menatapku yang sedang menatapnya. dia menatap begitu dalam seperti menjelajahi fikiranku yang sekarang sedang tak karuan. "ceritakan saja kalo lo mau cerita, tiger titipin lo ke gue sebelum dia pergi." aku mengangkat tubuhku yang tadinya masih memeluk lutut. aku menatapnya sambil menghapus beberapa air mata yang belum mengering. dia kembali menatap kedepan. "lo masih inget pas ketemu gue di jalanan waktu di kejar-kejar polisi?" tanpa menunggu jawaban dia langsung meneruskan ceritanya "sengaja gue ga nunggu tiger dan langsung lari melewati lo begitu aja waktu itu, karna tiger yang nyuruh gue untuk selamat dari kejaran polisi waktu itu, dan dia tau, hari itu lo bakal datang ke markas,berjaga-jaga jika terjadi apa-apa dengannya, dia nyuruh gue untuk tak berhenti berlari sampai tak ada lagi polisi yang ngejar gue. dia tau, jika dia yang terus berlari maka dia adalah laki-laki pengecut yang begitu teganya meninggalkan wanita yang terkesima dengan keadaan yang tak biasa saat itu, akhirnya dia pasrah, cuman buat ngelindungi lo adinda. lo tau dulu aku sempat merasa kesal padamu, karna... semenjak lo datang di hidup tiger, dia jadi banyak berubah dan ku kira dia tak perduli lagi dengan kita. tapi nyatanya salah. dia memberikan pngertian pada kita, bahwa lo merubahnya jadi pribadi yang lebih dewasa dan tak egois lagi, dan aku adalah salah satu saksi dari banyaknya perubahan pada diri tiger yang dulu keras kepala. dan asal kau tau juga adinda, ini pertama kalinya dia merasakan jatuh cinta pada seorang wanita" bimo menatapku dengan senyum yang terlihat lebih santai. aku hanya bisa menatapnya. entah apa yang harus ku jawab atas cerita panjang lebar yang telah bimo simpan sekian lama itu.
"maafin gue adinda" katanya. wajahnya kembali meredup, dia seperti sedang menyesali sesuatu. "untuk apa?" jawabku masih dengan suara lirih. "gue ga nyari lo dari dulu" aku menatap wajah redup itu, apa yang salah jika dia tak mencariku?
dia seakan mengerti bahwa ada pertanyaan di balik tatapanku, dia langsung menceritakan alasannya.
"dulu gue sempat kesal ke lo, karna gue ngerasa lo lah penyebab tiger meninggal tertembak, gue rasanya benci saat itu ke lo, karna... demi apapun tiger yang kita juluki samurai perak itu harus mati karna melindungi seorang wanita yang bahkan masih sangat baru datang di hidupnya. dia mengorbankan hidupnya begitu saja. dan manusiawi bukan jika saat itu gue sempat membenci lo?" dia menatapku dengan tatapan sedikit menakutkan saat itu, aku hanya mengangguk lemas. "tapi gue baru sadar, bahwa saat gue ga ngelakuin apa yang tiger amanatkan ke gue, itu sama aja gue, mengecewakan nya, menyakiti hatinya. akhirnya baru-baru ini gue nyari lo lagi. dan gue yakin dengan nunggu lo dateng ke makam tiger, itu akan membuahkan hasil meskipun kemungkinannya kecil dan akhirnya semuanya benar terjadi, gue nemuin lo sekarang" dia menatapku lagi.
"maafin gue ya dulu sempat memilih benci pada orang yang bahkan lo sendiri tak menyadarinya" dia mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan aku menerima uluran tangannya.
"oh ya ada satu lagi yang ingin gue kasih tau"
"apa?" jawabku. dia tiba-tiba mendekatkan wajahnya ke arahku membuatku merasa bingung saat itu. wajahnya kini berada beberapa senti dari wajahku, aku menutup mataku dengan paksa entak kenapa aku tiba-tiba melakukan ini. "ada kutu di rambut lo" jawabnya sambil mengambil sesuatu di atas kepalaku yang pastinya bukan kutu, hanya semut kecil yang mungkin sejak tadi menjelajahi rambutku. "dasar dongo!!!!" aku memukul-mukul pundaknya sekeras mungkin bahkan sempat menjambak rambutnya tapi tidak begitu keras. dia hanya tertawa puas dengan ekspresiku yang mungkin sangat terlihat bodoh saat itu.
"udah udah.. gue cape" katanya sambil masih menyisakan tawa-tawa kecil di hembusan nafas nya yang tak beraturan.
"oh ya gue ada sesuatu juga buat lo"
"ah jangan-jangan boong lagi" kataku yang mulai beranjak dari dudukku karna hari mulai gelap dan aku harus segera pulang. "ini beneran" bimo juga berdiri. kami kini berdiri saling berhadapan. dia mengambil sesuatu di saku baju kerjanya."ini.."
jangan pernah sia-siakan orang baik di sekitarmu.
karna kau tau? setelah dia pergi.
hanya satu yang kamu miliki.
yaitu penyesalanhallo readers CZS maaf yaa updatenya selalu telat.
dan jangan lupa dan jangan bosan untuk lanjut membaca yaa...TERIMAKASIH JUGA UNTUK MASUKAN NYA TENTANG CERITA YANG MASIH AMATIR INI :)
SAMPAI KETEMU DI PART SELANJUTNYA MY LOVELY READERS
see you....👋
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA ZAMAN SEKOLAH
Teen FictionAdinda adalah seorang gadis cantik yang di kagumi banyak pria, berzodiak virgo dan memiliki sifat periang dan baik hati. tapi dia tidak pernah bisa melupakan seorang laki-laki yang hidup di masalalunya. meskipun sering tersakiti karna kepergiannya b...