part 43 (REY DAN AKU)

95 4 2
                                    

jam, hari, bulan begitu cepat berlalu, tak terasa sudah tinggal 2 bulan lagi aku disini. acara pentas seni dan teater akan berlangsung beberapa minggu lagi, kebetulan aku, sasa, ayu dan lili terpilih menjadi band wanita mewakili indonesia, suatu pencapaian yang lumayan bagi anak bisnis sepertiku, yang untuk pertama kalinya akan tampil ngeband dengan para ledies cantik menurut dirinya sendiri.
"din nanti siang kita latihan yu" kata sasa mengusulkan.
"boleh..." jawabku sambil masih fokus dengan laptop di depanku.
"i'm bored in here!, perpustakaan nda seru din" kata lilian sambil menopang dagu dengan kedua tangannya.
"emang kamu kira perpus, pasar malam harus seru" jawab ayu sambil membuka-buka lembaran buku lagu-lagu nasional dan daerah di Indonesia.
"bener banget yu" aku menjentikan jariku pertanda setuju.
"ahh kalian kan emang sama aja, kutu kupret!" lili berdiri dari kursi di sebrang mejaku. "sa, ke kantin yu cari makan" lanjut nya.
"hooooaaammm... (menguap malas) iya ayo, gue jadi ngantuk disini terus dari tadi" sasa menyucek matanya perlahan sambil ikut berdiri mengikuti lili.
"din, ay, kita duluan yaa bye" lanjut sasa.
akupun kini tinggal berdua dengan ayu di meja itu.
"din gimana kalo kita nyanyiin lagu kebangsaan kita yang judulnya indonesia pusaka?kayanya cocok untuk acara kaya gini?" tanya ayu.
aku mengangkat wajahku sebentar "hemm boleh juga tuh yu" jawabku lalu kembali menunduk ke layar laptopku.

drrrrrrttt....drrrrrttttt....ddddrrrrrrtt....

aku celingukan mendengar ada getaran handphone beberapa kali saat ayu sedang menyimpan buku yang tadi dia baca, ku pastikan dulu bahwa handphone yang bergetar itu adalah milikku. tapi ternyata bukan, itu sepertinya milik ayu yang tergeletak di meja di sebelah kursi yang tadi di duduki lili.
aku terpaksa berdiri dari dudukku untuk meraih handphone ayu, karna sepertinya suara itu berasal dari handphone nya. tapi sebelum tanganku menggapai handphone silver di atas meja itu, tangan si pemilik sudah terlanjur mengepal handphonenya dengan sigap.
"hape mu dari tadi bunyi, tadinya aku mau angkat telponnya" kataku kembali duduk di kursiku.
"ga papa ga penting ko, eh din aku ke toilet dulu ya" kata ayu yang buru-buru keluar dari perpus karna mungkin dia udah kebelet.
tidak lama setelah ayu keluar. sepertinya dia balik lagi dan berdiri di depanku. tanpa menatapnya aku langsung bertanya.
"ko balik lagi? ada yang ketinggalan?" tapi dia malah diam tanpa menjawab apapun ku angkat kepalaku menatap seseorang yang berdiri di depanku itu, dan ternyata itu bukan ayu.

aku langsung menghentikan semua aktifitasku, termasuk aktifitas bernafas, karna tiba-tiba rasanya ruangan luas ini terasa pengap dan panas.
untuk apa dia datang kemari. aku muak menatap wajah menjengkelkan yang selalu sedingin es itu.
aku segera menutup laptopku dan berdiri lalu mencoba cepat-cepat pergi dari tempat yang tiba-tiba menjadi kehilangan banyak pentilasi udara ini, karna aku merasa semakin pengap.
tapi saat aku berjalan melewatinya, tiba-tiba dia menggenggam tanganku erat. bahkan sangat erat meskipun aku mencoba melepasnya dia malah mengenggamnya semakin erat sampai aku merasakan perih di bagian pergelangan tanganku.
"apa mau lo!" tanyaku dengan suara berbisik dan untuk pertama kalinya aku berkata sekasar itu pada rey.
"ikut aku sebentar." jawabnya dengan nada yang begitu santai seperti tak pernah punya salah apapun.
"ga! gue ga mau! lepasiin!" jawabku sedikit lirih karna genggaman yang semakin erat dan menyakitkan.
"ikut aku sebentar saja 5 menit, beri aku waktu lima menit saja" katanya dengan nada masih di usahakan tak terlihat memohon. "lepasin! gue ga mau!" jawabku tak ingin mengalah. tapi rey semakin menarik tanganku "REY LEPASIN SAKIT!!" aku tak bisa lagi menahan suara berbisik seperti ini karna tangan rey benar-benar menyakiti pergelangan tanganku.
"what wrong sir??" seseorang di balik rak besar menatap kami berdua."dua menit, ya aku janji dua menit saja please.ku mohon." akhirnya kata itu keluar dari mulutnya. aku diam tak mengatakan apapun. "oh no, never mind, she is my girls oke, excuse me!"
pernyataan itu membuat hatiku terhenyak secara tiba-tiba tubuhku melemas dan jantungku mulai bekerja tak wajar, detakkannya seperti menghentak tak karuan. dia mengandengku lebih lembut dari yang pertama dia lakukan, dan entah kenapa dengan tiba-tiba kakiku melangkah mengikuti arah rey pergi dengan genggaman tangan hangat yang tak mampu ku lepas saat itu. dia membawaku ke ruang musik yang saat itu sedang sepi tanpa ada mahasiswa satupun.
"mau apa lo bawa gue kesini?" aku duduk di kursi depan piano, sebenarnya aku sangat tidak nyaman berkata sekasar ini pada rey, tapi aku harus sanggup untuk membuatnya tau bahwa aku bukanlah cewe bodoh yang selalu dia mainkan.
"entahlah, aku bahkan bingung harus mengatakan apa?"jawabnya tanpa menghiraukan kata-kata kasar yang sedari tadi terlontar di mulutku, lalu dia menarik kursi lain di dekatnya.
untuk beberapa saat kami berdua hanya diam, diam tanpa sepatah katapun, hingga akhirnya sebuah ucapan keluar dari bibir beku yang jarang bicara itu.
"maaf." katanya. hatiku rasanya terhenyak kembali . apa aku tak salah dengar, dia meminta maaf? tapi aku tak boleh terkecoh dan tergoda lagi. saat aku memaafkannya dia akan melakukan kembali kesalahan yang sama. "maaf? ciih. lo kira, gue akan merasa iba, saat lo minta maaf? ga rey! gue ga akan tertipu lagi oleh setiap kata maaf yang lo ucapkan" jawabku dengan begitu sinis. meskipun sebenarnya aku tak mau melakukannya.
"ya, aku tau aku salah. bahkan sangat salah. dan aku juga tau kamu tak akan pernah lagi memaafkanku." jawabnya dengan ekspresi dingin, tapi aku bisa melihat dari matanya bahwa dia sangat sedih dan menyesal.
"lo udah tau jawabannya. gue tak bisa lama-lama, gue mau ke kelas. permisi!" aku langsung berjalan ke arah pintu keluar dengan gemetar, karna untuk pertama kalinya aku setega itu pada rey, saat ini, aku bukan hanya menyakitinya, tapi juga rasanya aku menyakiti diriku sendiri saat ini. tubuhku rasanya lemas sekali untuk berjalan, sampai bolpoin yang aku pegang, tiba-tiba jatuh dan menggelinding ke kolong rak tempat drum-drum besar tertata rapih disana. aku menjongkokan tubuhku dan mencari bolpoinku, saat aku mencoba mengangkat kembali kepala dari kolong rak, belakang kepalaku terbentur kolong rak tersebut dan raknya bergoyang.

CINTA ZAMAN SEKOLAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang