Bagian 4

1.9K 245 20
                                    

"Bangun,"

Lami melenguh pelan saat pipinya di tampar tampar kecil lalu dia melihat si penculik berdiri di hadapannya, "Lo bisa mati kalau ga makan, sana makan."

"Hmmm" gumam Lami tidak jelas. Si penculik memutar bola matanya malas lalu melepas sapu tangan yang ada di mulut Lami, "TOLONG GUE TOLONG!!! GUE MASIH DI BAWAH UMUR."

"BANGSAT JANGAN TERIAK!" Si penculik menampar Lami kencang sampai Lami rasa ujung bibirnya sobek. Dia menangis lagi, "Sialan! Berenti nangis atau ga gue kasih makan?"

"Tolong.." lirih Lami terdengar sangat menyedihkan.

"Ikuti aturan gue kalau lo ga mau gue apa-apain. Inget, ini bukan anceman, gue beneran akan ngelakuin hal yang ga lo duga." Kata si penculik sambil melepas tangan Lami dan medorong gadis itu agar duduk di kursi dan menyodorkan sekotak makanan dengan menu seadanya.

Lami menangis. Selera makannya hilang, tapi perutnya tetap minta untuk diisi.

"Makan atau gue paksa?!"

Lami sedikit terkejut mendengar bentakan si penculik. Dengan segera gadis itu menghabiskan makanannya.

"Nah, kalau lo nurut juga ga bakal gue macem-macemin." Gumam si penculik sambil menarik Lami berdiri. Tentu saja setelah gadis itu menghabiskan makanannya.

"Gue," Lami diam sebentar, pipinya masih berdenyut akibat tamparan si penculik, "Gue mau ke kamar mandi."

Si penculik menghela nafasnya panjang lalu menggiring Lami ke kamar mandi. Dia berdiri di depan Lami yang sudah siap menaikkan rok sekolahnya.

"Cepetan, kenapa malah liatin gue?"

"Lo mau liat gue pipis?"

"Iya! Cepet!"

Lami menciut, "Ya udah ga jadi kalau gitu,"

"Emang lo pikir gue bodoh? Lo pasti berusaha kabur atau mungkin bunuh diri kalau gue tinggal sendirian disini. Udah sana kencing, gue juga ga nafsu liat badan lo, atau kemaluan lo sekalipun."

Lami terhenyak, ucapan si penculik benar-benar vulgar dan Lami kurang suka hal itu, "Balik badan kalau gitu, lagian gue juga ga punya niatan seperti yang lo bilang barusan."

"Hhhhhh," si penculik menggerutu lalu membalik badannya.

Setelah selesai dengan urusannya di toilet, si penculik kembali menggiring Lami ke tempat asal untuk mengikat gadis itu lagi.

"Gue janji ga akan teriak, tapi tolong jangan di bekap," gumam Lami saat si penculik sudah mengikat kembali tangannya ke atas kepala.

"Apa jaminannya?"

"Pukul gue lagi," balas Lami cepat. Dia berani bicara seperti itu karena mulut dan pipinya memang sudah tidak kuat lagi kalau harus disumpal dengan sapu tangan.

"Ok, deal, gue pegang janji lo." Penculik itu mengusap wajah Lami sebentar sebelum berbalik lalu duduk di sofa yang berada tidak jauh dari posisi Lami di ikat.

Si penculik menyalakan laptopnya dan sesekali melirik Lami yang juga sedang memperhatikannya, si penculik tidak mengatakan apa apa, tapi terlihat guratan tidak suka di matanya.

--

Waktu itu entah siang atau malam, si penculik datang dengan banyak pakaian di tasnya. "Nih ganti baju lo, gue bosen liat lo pake seragam terus." Katanya sambil melepas ikatan di tangan Lami.

Gadis itu tidak pernah melawan lagi. Dia lelah dan depresi. Lami memilih diam bahkan saat si penculik mengikutinya ke kamar mandi, "Mau liat gue ganti baju?" Tanya Lami pelan.

"Ke bathup sana, tutup tirainya." Kata si penculik. Lami mengangguk patuh lalu pergi ke bathup yang ada di sana, menutup tirai, lalu mulai menanggalkan semua bajunya.

"Boleh mandi?" tanya Lami dari balik tirai.

"Ya."

Lalu gemercik air keluar dari shower yang tergantung di tembok. Walau terhalang tirai, si penculik masih bisa dengan jelas melihat bentuk badan Lami yang tidak terbalut apapun.

Si penculik membalik badannya, dia menunduk pelan sambil mengusap tengkuknya yang terasa panas.

Beberapa saat kemudian suara gemercik air tersebut berhenti lalu berselang beberapa menit lagi sebelum tirai terbuka. Si penculik berbalik dan melihat korbannya sudah mengganti bajunya dengan hoodie kebesaran dan celana sweat pants yang dia bawakan.

Mereka berdua keluar dari kamar mandi, mungkin karena sudah terbiasa, Lami pergi tempat dimana dia di ikat.

"Mau gue ikat?"

Lami diam, "Bukannya emang gitu?"

Terdengar kekehan kecil dari si penculik, "Good girl," bisiknya sambil mengikat tangan Lami ke atas. Si penculik menatap Lami dari dekat, "Berapa umur lo?"

"14." jawab Lami ragu. Si penculik mendekatkan wajahnya ke leher Lami, menyesap wangi tubuh Lami dari balik masker hitamnya dan membuat Lami berdebar, "Ke .. kenapa?"

"Gue nafsu liat lo,"

Badan Lami menegang dan matanya sudah siap untuk menangis lagi, "Tolong, gue masih,"

"Tenang, ga sekarang, gue ada urusan." kata si penculik sambil mundur perlahan sebelum berbalik dan keluar dari ruangan itu. Lami mulai menangis lagi,

ga sekarang.

Berarti bisa kapanpun dan Lami tidak pernah ingin kapanpun itu terjadi.

-

Aing tau kok ini crack tp vomment dongggg

Twilight ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang